TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Fakta Menarik di Banyuasin, Ternyata Ada Pantai Bongen

Pantai yang satu ini lain dari pada yang lain, lho

Ilustrasi suku anak dalam (IDN Times/Mardya Shakti)

Setiap daerah memiliki beragam fakta menarik yang tak diketahui banyak orang, seperti halnya di Banyuasin, Sumatra Selatan (Sumsel).

Kabupaten pemekaran Musi Banyuasin sejak 2002 itu memiliki kawasan bernama Pantai Bongen yang sering dikunjungi wisatawan. Apa itu Pantai Bongen? Berikut IDN Times bagikan informasi dan fakta menarik lainnya, simak yuk!

Baca Juga: Mengenal 8 Adat Banyuasin, dari Arakan Hingga Meso Sembakai

1. Fenomena Pantai Bongen

Ilustrasi anak sungai (IDN Times/Anata)

Sebagian orang mengetahui darah di Sumsel tak mempunyai wisata alam pantai. Namun kenapa di Banyuasin ada Pantai Bongen? Sebutan ini menyasar pesisir sungai yang bisa mengering dan kemudian muncul area pasir yang luas mirip dengan pantai.

Wajar saja jika Pantai Bongen menjadi wilayah favorit di Banyuasin dan sering dikunjungi para wisatawan lokal maupun luar untuk swafoto.

2. Kawasan konservasi di Banyuasin

IDN Times/Indiana Malia

Salah satu kabupaten yang dikelilingi aliran anak Sungai Musi ini memiliki banyak kawasan konservasi.

Selain kawasan hutan lindung, Banyuasin juga memiliki banyak pesisir sungai yang dilindungi pemerintah setempat.

Baca Juga: Mengenal 7 Sejarah Suku Banyuasin yang Menganut Sistem Kekerabatan 

3. Ciri khas Bahasa Musi

Ilustrasi percakapan (ANTARA FOTO/Moch Asim)

Kental dengan logat kedaerahan, rata-rata warga di Banyusin menggunakan Bahasa Musi untuk percakapan sehari-hari. Bahasa Musi hampir mirip dengan bahasa Palembang, hanya saat pengucapan ada khas penambahan huruf 'e' seperti pada kata 'lebam' di akhir kalimat.

Seperti bertanya 'mau ke mana?' menjadi "nak ke mane?". Umumnya, penduduk di Banyuasin lebih sering berbahasa asli dibanding bicara bahasa Indonesia.

4. Kesenian Senjang

Tarian Senjang Banyuasin (IDN Times/istimewa)

Warga Banyuasin masih melestarikan budaya asli bernama Senjang. Kesenian itu sering ditampilkan saat kegiatan yang mengundang keramaian. Senjang merupakan seni lisan pengucapan pantun yang saling bersahutan satu dengan lainnya dan dilakukan terus menerus.

Umumnya dalam kesenian Senjang berisikan kritik atau nasihat. Senjang juga sering diadakan saat perkawinan adat oleh penduduk setempat.

5. Suku anak dalam

Ilustrasi suku anak dalam - Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen

Keturunan Suku Anak Dalam di Banyuasin hingga kini masih ada. Dalam kesehariannya, Suku Anak Dalam atau Suku Kubi di Banyuasin masih mengenakan pakaian dari kulit kayu.

Suku Anak Dalam di Banyuasin kebanyakan tinggal di kawasan konservasi hutan. Kendati masih ada keturunan, tapi populasi suku ini makin sedikit karena banyak penebangan hutan.

Baca Juga: Profil Askolani, Anak Petani yang Menjadi Bupati Banyuasin

Berita Terkini Lainnya