TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penyintas COVID-19 Palembang: Overthinking Hingga Dijauhi Rekan Kerja

Sempat stres karena sang ibu tertular virus darinya

Ilustrasi ruang isolasi. (ANTARA FOTO/Fauzan)

Stres karena menjadi overthinking setelah terpapar COVID-19. Hal itulah yang dirasakan oleh Ilham, seorang warga Palembang yang menjadi penyintas corona virus disease 19. Ilham merupakan satu di antara banyak orang yang tak cuma mengkhawatirkan kesehatan atau keselamatan dirinya saat terjangkit COVID-19. 

Orang-orang yang ia sayangi; orangtua, teman, dan kekasih, dicemaskan tertular virus corona darinya saat dinyatakan positif COVID-19 pada 16 Februari 2021, berdasarkan hasil Swab PCR di klinik kesehatan Palembang.

"Saya merasakan gejala selama dua minggu seperti meriang kecapekan disertai pilek dan terkadang batuk. Kemudian badan mulai demam, kepala pusing, mengigil, bahkan kondisi tubuh hilang penciuman dan drop," katanya kepada IDN Times, Sabtu (3/7/2021).

1. Sempat mengira kelelahan sebelum positif COVID-19

Ilustrasi pasien yang berhasil sembuh dari COVID-19 (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)

Iam sapaan pria ini bercerita, dirinya tidak memeriksakan diri saat mengalami gejala COVID-19 selama dua pekan. Dirinya mengira tubuhnya hanya lelah karena bekerja hingga menderita flu.

Namun saat indra penciuman mulai hilang, ia memutuskan kontrol ke instansi kesehatan. Seminggu menunggu hasil tes Swab PCR, dokter langsung menyarankannya isolasi mandiri (isoman) selama sepekan.

"Perlahan kondisi membaik dan demam mulai reda, tetapi penciuman masih hilang dan kadang sedikit sesak nafas," ujar dia.

2. Selama isolasi menghilangkan kejenuhan membuat kondisi fisik membaik

Ilustrasi sholat jenazah pasien COVID-19 di RSUD PPU . Dok. IDN Times/bt

Tak puas hanya menjalani isoman, Iam kemudian mendapat perawatan ke rumah sakit selama 12 hari. Ia tidur di kamar inap isolasi Rumah Sakit Pelabuhan Palembang. Iam mendapat pengobatan dan makan secara rutin. Obat yang ia konsumsi sehari bisa diminum empat kali. Selain itu pula ia aktif senam pagi untuk memulihkan kondisi fisik dan menghilangkan kejenuhan.

"Waktu badan mulai berangsur pulih, sedikit-sedikit bisa mencium aroma. Pada hari ke-7 saya tes swab 2 kali dan di hari ke 11 hasil menunjukkan tes negatif. Dokter mengizinkan pulang," jelasnya.

3. Berpikiran buruk memengaruhi kesehatan mental

Ilustrasi Ruang Isolasi Mandiri COVID-19, ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Iam mengungkapkan, ia mengkhawatirkan virus corona di dalam tubuhnya menularkan orang yang disayang. Karena khawatir berlebih itu juga, Iam overthinking atau berpikiran berlebihan terhadap sesuatu yang buruk.

Benar saja, Iam menularkan COVID-19 kepada ibunya. Ia bersama sang ibu menjalani isoman di rumah sakit. Dukungan dan motivasi dari orang terdekat untuk sembuh adalah poin utama, selain menjalani pengobatan medis.

Selain overthinking, paradigma terhadap penyintas COVID-19 sebagai aib masih terjadi di Palembang.  Iam pernah disudutkan teman sebaya dan beberapa tetangga di lingkungan tempat tinggalnya. 

"Ada orang yang masih takut dan sedikit menjaga jarak. Setelah sembuh total, Alhamdulillah keluarga dan teman tidak ada lagi yang menjauhi," ungkapnya.

4. Vaksinasi COVID-19 penting dalam menjaga antibodi

Ilustrasi petugas medis berada di dalam ruangan Respiratory Intensive Care Unit. (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Sebelum positif COVID-19, ia sempat meragukan penyebaran virus corona. Pasca mengalami sakit dan isoman, ia sadar bahwa virus itu nyata. Meski kini penyintas COVID-19 boleh vaksinasi, namun ia belum menerima vaksin karena masih menunggu giliran jatah masyarakat umum.

Menurut Iam, vaksinasi sangat penting untuk membentuk kekebalan tubuh atau antibodi. "Paling tidak jadi pagar untuk diri," timpalnya.

Berita Terkini Lainnya