Mengenal Tradisi Nganggung di Babel, Uniknya Makan Sedulang

- Nganggung merupakan tradisi khas Bangka Belitung yang mempererat silaturahmi dan gotong royong.
- Tradisi ini digelar saat acara besar keagamaan, untuk memperkuat budaya gotong royong dan menjalin kebersamaan serta solidaritas.
- Pelestarian tradisi nganggung di Bangka Belitung sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Bangka Belitung No. 4 tahun 2017.
Warga di Bangka Belitung berbondong-bondong membawa tudung saji bercorak berwarna merah ke tempat perkumpulan dalam suatu acara. Kegiatan ini dikenal dengan Nganggung yang merupakan tradisi khas Bangka Belitung yang menarik.
Nganggung juga dikenal dengan Sepintu Sedulang yang artinya satu rumah (satu pintu) membawa sedulang (satu dulang). Biasanya, masyarakat menyiapkan makanan seperti lauk pauk dan kue di dalam dulang yang ditutupi dengan tudung saji yang bercorak.
Mereka membawa dulang berisi makanan itu kemudian ditukarkan antarsatu sama lain, pada momen itu, mereka makan bersama sambil berbincang-bincang.
1. Tradisi yang banyak makna kehidupan sosial

Tradisi nganggung biasanya digelar saat acara besar keagamaan di Provinsi Bangka Belitung. Nganggung dilaksanakan pada saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Fitri, Idul Adha, Muharram, dan Nisfu Syakban serta acara penting di berbagai desa.
Tradisi ini memiliki banyak sekali makna dalam kehidupan sehari-hari, dengan kegiatan ini diharapkan semakin memperat tali silahturahmi. Nganggung juga memperkuat budaya gotong royong di tengah masyarakat, menjalin kebersamaan dan solidaritas, dan membagikan rezeki dengan sesama.
Ada beberapa desa di Bangka Belitung yang melaksanakan nganggung saat acara mendoakan orang yang sudah meninggal. Hal ini agar tak membebankan keluarga yang ditinggalkan, maka warga sekitar sepakat untuk nganggung.
2. Tradisi yang harus terus dilestarikan

Tradisi lokal masyarakat melayu di Bangka Belitung ini harus terus dilestarikan oleh masyarakat setempat. Setiap Hari Besar Keagamaan Islam, tradisi turun temurun ini selalu dilaksanakan, hal ini menunjukan bahwa masyarakat sangat melestarikan budaya.
Pelestarian suatu budaya ini sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Bangka Belitung No. 4 tahun 2017, yang berisi "kebiasaan atau adat istiadat budaya Bangka harus diberdayakan, dibina, dilindungi, dan dilestarikan. Mengacu pada perda No.4 tahun 2017, tradisi nganggung merupakan adat istiadat"
Untuk melestarikan budaya ini, perlu peran serta semua pihak agar dapat mendorong generasi muda ikut melestarikannya agar tidak pudar tergerus jaman.
3. Dulang dan tudung saji punya makna

Tradisi Nganggung dari Bangka Belitung juga sering digaungkan di kancah nasional oleh sejumlah pemuda pemudi daerah. Pada ajang kebudayaan tertentu, mereka memperkenalkan budaya nganggung dengan menampilkan busana dan atribut bernuansa tudung saji khas dengan coraknya.
Dulang dan tudung saji memiliki makna tersendiri. Dulang biasa terbuat dari seng, kuningan dan timah yang digunakan untuk alas tempat makanan yang akan dibawa. Makna dari bentuk dulang yang bundar melambangkan sikap dinamis dari penduduknya.
Sementara itu tudung saji terbuat dari anyaman daun pandan berduri atau nipah, yang bercorak berwarna cerah. Makna warna merah tudung saji melambangkan keberanian, etos kerja, dan kebersamaan.
Warna khas dari tudung saji ini biasanya merah, hijau dan list bagian tudungnya berwarna kuning.