Suku di Sumatra Selatan dan Keragamannya yang Wajib Kamu Tahu

- Sumatra Selatan adalah provinsi tertua di Indonesia dengan beragam suku dan warisan sejarah yang kaya
- Suku Melayu mendiami hampir seluruh wilayah provinsi, memiliki adat istiadat kaya, dan penggunaan bahasa Melayu yang melekat
- Suku Ogan, Komering, Banyuasin, dan Pasemah juga memiliki kekayaan budaya dan tradisi unik yang memperkaya identitas Sumatra Selatan
Dikenal sebagai provinsi tertua di Indonesia dengan kota Palembang sebagai pusat pergerakan ekonomi dan peradaban, Sumatra Selatan juga menjadi wilayah yang memiliki warisan sejarah, kebudayaan, dan suku yang amat beragam.
Tahukah kamu? Selain sebagai provinsi yang turut lahir dari sejarah Kerajaan Sriwijaya, rupanya Sumatra Selatan diperkirakan mulai mengalami perkembangan dan terbentuk sejak tahun 682 Masehi. Cukup lama bukan?
Sejalan dengan ceritanya yang tersohor, Sumatra Selatan juga memiliki belasan suku yang masih eksis hingga hari ini. Bahkan kecenderungan penggunaan bahasa melayu pun masih melekat dalam kehidupan sehari-hari wong kito galo.
Bagi kamu yang penasaran dengan keberadaan suku dan berapa jumlah suku yang ada di Sumatra Selatan, kamu wajib banget untuk baca artikel IDN Times ini yang merujuk pada berbagai sumber, simak!
1. Suku Melayu dominasi kota Palembang

Suku Melayu adalah salah satu suku terbesar di Sumatra Selatan. Mereka mendiami hampir seluruh wilayah provinsi ini, terutama di daerah kota Palembang dan sekitarnya. Bahasa yang digunakan oleh suku tersebut adalah bahasa Melayu, yang menjadi bahasa pengantar utama di wilayah ini.
Suku Melayu juga dikenal dengan adat istiadat yang kaya. Seperti tari-tarian tradisional, seni kerajinan tangan, dan masakan khas seperti pempek, tekwan, dan martabak Palembang. Hanya saja, tidak sedikit masyarakat di Palembang yang mengalami akulturasi budaya.
Perpaduan budaya ini kerap terjadi antara orang-orang melayu asli dan budaya lain yang hidup berdampingan, khususnya yang terjadi di Palembang. Tapi kalian jangan khawatir, karena penggunaan bahasa asli Palembang sendiri masih sangat kental.
2. Suku Ogan dan kekuatan tradisi yang masih terjaga

Melansir dari wikipedia, Suku Ogan berasal dari wilayah Ogan Komering Ulu (OKU) yang terletak di bagian barat Sumsel. Bahasa Ogan memiliki kesamaan dengan bahasa Melayu, namun dengan perbedaan dialek yang cukup signifikan.
Suku Ogan dikenal dengan kebudayaan yang masih kuat dipertahankan, seperti upacara adat, seni tari, dan musik tradisional. Mereka juga memiliki sistem kekerabatan yang sangat erat, dengan kehidupan sosial yang sangat menghargai adat dan tradisi.
Gelombang masyarakat suku Ogan pertama dan tertua berasal dari wilayah Gunung Seminung Pesagi pada abad ke-14 dengan pemukiman pertama berada di Ulu Tenggayak yang kini berada di wilayah administrasi Desa Mendingin, Kecamatan Ulu Ogan, Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Berwawal dari sinilah kemudian Suku Ogan pertama berinisiatif melakukan pembukaan rimba untuk pemukiman (nyusuk). Dari keturunan ini, melahirkan orang-orang Ogan klasik/pertama yang meliputi kemargaan Temenggungan (Ulu Ogan), Samikerian (Pengandonan), dan Aji (Semidang Aji). Mereka bahkan turut mempelopori keadatan Ogan dan masih memelihara kesenian asal mereka yaitu kesenian Nyambai, Ngigal, dan Kulintangan.
3. Suku Komering dengan tradisi bercocok tanam yang terus melekat hingga saat ini

Suku Komering berasal dari daerah yang berada di sekitar sungai Komering, terletak di daerah Ogan Komering Ilir (OKI). Meskipun serumpun dengan suku Ogan, suku Komering memiliki dialek dan kebudayaan yang sedikit berbeda. Biasanya, nada bicara suku Komering akan terdengar lebih tegas dan keras, berbeda dengan penggunaan bahasa melayu pada umumnya.
Meski begitu, ternyata keistimewaan suku ini terletak pada tradisi pertanian yang kuat dan terjaga hingga dewasa ini. Kebanyakan masyarakatnya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, terutama padi dan tanaman palawija. Mereka juga dikenal dengan seni musik dan tari tradisional yang indah. Ombai Akas menjadi salah satu lagu yang cukup dikenal lho! Penasaran gak? lagu ini bisa kalian cari langsung juga ya.
4. Suku Banyuasin yang didominasi nelayan dan terkenal dengan hasil tangkapan lautnya

Bila kamu pernah mendengar lagu Nenek Moyangku Seorang Pelaut yang diciptakan oleh Ibu Sud pada tahun 1940, maka ini cukup menggambarkan suku Banyuasin. Suku ini mendiami daerah pesisir timur Sumatra Selatan, khususnya di Kabupaten Banyuasin.
Suku ini dikenal memiliki tradisi pelayaran dan perikanan yang sangat kuat karena kedekatannya dengan Laut Selatan. Bahkan ketika kamu ingin melakukan perjalanan ke Pulau Bangka, kamu akan melewati kabupaten yang didiami oleh Suku Banyuasin ini.
Jadi tidak heran apabila komoditas dan pendapatan utama masyarakatnya didominasi oleh tangkapan laut, seperti ikan dan udang. Namun, beberapa masyarakat lainnya juga ada yang berprofesi sebagai petani dan pedagang.
Selain itu, mereka juga terpengaruh oleh kebudayaan Melayu, yang tercermin dalam bahasa, adat istiadat, dan seni mereka. Nama kabupaten ini pun berasal dari nama Sungai Banyuasin, yang melintasi wilayahnya dan Kabupaten Musi Banyuasin.
Perkataan Banyuasin sendiri berasal dari istilah Bahasa Melayu Palembang yang merupakan perkataan pinjaman dari bahasa Jawa yakni banyu (air) dan asin, merujuk pada kualitas air sungai tersebut yang masin rasanya, terutama ke arah pantai.
5. Suku Pasemah yang kaya akan adat serta kearifan lokalnya

Suku Pasemah identik dengan Kota Pagar Alam, Lahat, Muara Enim, dan Empat Lawang. Empat Lawang merupakan kabupaten baru pemerkaran dari Kabupaten Lahat. Sedangkan Muara Enim yang merupakan suku Basemah adalah daerah sekitar Semendo, kurang lebih 50 km dari kota Muara Enim. Sehari-harinya Suku Pasemah melakukan komunikasi dengan sesamanya dengan menggunakan bahasa basemah.
Ada banyak hal menarik dari suku ini. Selain bahasa dan dialeknya yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri, masyarakat suku ini didominasi bertempat tinggal di kawasan pegunungan dan kawasan bukit barisan. Sehingga bisa dipastikan aktivitas dari Suku Pasemah adalah berkebun dan bersawah.
Dalam kehidupan sehari-hari, mereka mengenal dua jenis sawah, yaitu sawah tadah hujan dan sawah payau atau rawa-rawa. Berkebun kopi dikerjakan dengan cara membuka hutan. Sistem perladangan ini dilakukan dengan cara sederhana. Daerah ini juga menghasilkan buah-buahan dan sayur-sayuran.
Pekerjaan lainnya adalah beternak dan menangkap ikan di sungai. Sebagian masyarakat mengenal seni kerajinan menganyam rotan dan bambu.
Nah, dari artikel ini kamu sekarang sudah mulai bisa memahami perbedaan suku yang ada di Sumatra Selatan kan? Dengan kekayaan dan keragamannya, Sumatra Selatan mencerminkan budaya dan adat istiadat yang beragam.
Setiap suku memiliki ciri khas tersendiri dalam hal bahasa, kebudayaan, dan tradisi, yang saling memperkaya dan menjadi bagian penting dari identitas provinsi ini. Keberagaman suku-suku di Sumsel menjadikan provinsi ini sebagai contoh kekayaan budaya Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan.