Perlombaan bidar di Sungai Musi Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)
Seiring zaman, perahu pencalang yang dulunya hanya bisa dikendarai oleh satu orang, perlahan dibentuk sebesar bidar.
"Bidar memang khas Palembang, tradisi perlombaan bidar yang sering dilaksanakan di hari besar seperti peringatan HUT RI pada 17 Agutus. Menurut sejarah, lomba dilakukan untuk mengingat legenda rakyat dan melestarikannya," kata Vebri.
Awal perlombaan bidar, lanjutnya, berasal dari cerita Palembang di zaman dulu tentang legenda Putri Dayang Merindu. Putri Dayang Merindu adalah seorang putri cantik jelita yang diperebutkan oleh dua orang pria.
"Menurut kisah, kedua pria tersebut mencintai Putri Dayang Merindu hingga akhirnya mereka menjadikan bidar sebagai perlombaan untuk memenangkan hati sang putri, perlombaan bidar ditonton seluruh masyarakat di Sungai Musi," tambah Vebri.
Hingga pada akhirnya dalam perlombaan bidar itu tidak ada yang menang, karena dua pria tersebut ditemukan tak bernyawa di bawah bidar yang terbalik.
"Kedua pemuda itu sama kuat dan sama cepat. Keduanya menggunakan tenaga dalam masing-masing untuk mencapai garis finish pada waktu bersamaan. Penduduk Sungai Musi melihat kedua pemuda tertelungkup di perahu masing-masing, karena sudah tidak bernyawa lagi," jelasnya.