Destinasi Wisata Rohani Jalan Penderitaan Yesus Kristus di Sumsel

Intinya sih...
- Tempat ziarah Via Crucis Sukomoro di Palembang menawarkan pengalaman wisata rohani dengan 14 stasi yang menceritakan penderitaan dan pengorbanan Yesus.
- Tempat ini dibangun di lahan seluas 4 hektare, awalnya merupakan lahan Panti Werdha Sumarah Sukomoro dan kini menjadi lokasi wisata rohani terbesar di Sumbagsel.
- Pengunjung dapat beribadah di kapel, berdoa di Gua Maria, serta menikmati suasana alam sekitar tanpa dikenakan biaya masuk, namun diminta untuk mengisi buku tamu dan memberikan uang parkir.
Banyuasin, IDN Times - Berjarak 18 kilometer dari pusat kota Palembang ada salah satu tempat perenungan menapaki jalan penderitaan dilalui Yesus Kristus saat memanggul salib di Kota Yarusalem Kuno.
Diresmikan dan diberkati pada 2021 silam, Via Crucis Sukomoro terletak di perbatasan Palembang-Banyuasin, Sumatra Selatan bisa menjadi alternatif masyarakat Sumatra Bagian Selatan (Sumbagsel) untuk melakukan wisata rohani.
Komplek wisata rohani tersebut berdesain Classic Middle East dengan gerbang besar yang menyambut peziarah layaknya berada di Gerbang Kota Yarusalem Kuno. Di depan gerbang tersebut pengunjung akan menemukan patung yang menggambarkan Yesus Kristus sedang berdoa di Taman Getsemani pada malam terakhir sebelum ditangkap dan diadili oleh Pontius Pilatus.
Digerbang ini juga para pengunjung dapat memulai wisata dengan masuk ke dalam area berisikan 14 stasi menceritakan setiap penderitaan dan pengorbanan Yesus. Di atas gerbang juga digambarkan dengan patung dua malaikat yang selalu menjaga kota suci.
"Mulai dibangun pada 27 Februari 2021, via Crucis Sukomoro diberkati pada 12 Desember 2021. Kurang dari satu tahun pembangunannya dilakukan sebelum dibuka untuk umum," ungkap Guide Via Crucis Sukomoro, Bambang Haryo kepada IDN Times, Sabtu (21/12/2024).
1. Jadi lokasi wisata rohani termegah di Indonesia
Tempat ziarah umat Kristiani tersebut dibangun di atas luas lahan seluas 4 hektare (ha). Sebelum menjadi tempat wisata rohani, kawasan tersebut merupakan lahan Panti Werdha Sumarah Sukomoro.
Seiring waktu, terjadi perluasan pembangunan dengan dibangun Gua Maria Misericordiae (Bunda Balas kasih), menjadi tempat ibadah yang didedikasikan untuk peziarah yang ingin berdoa. Pembangunan pun terus mengalami perluasan hingga muncul ide untuk membuat tempat ibadah bagi umat Kristiani berada di Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin.
Menurut Bambang, awalnya Via Crucis Sukomoro didirikan untuk membuat tempat rekreasi atau wisata rohani di Palembang khususnya umat Katolik. Di bawah Keuskupan Agung Palembang, jalan penderitaan Yesus itu menjadi salah satu lokasi wisata rohani termegah di Indonesia dan satu-satunya di Sumbagsel.
"Jalan salib ini merupakan penggambaran penderitaan Yesus yang dibangun sebetulnya untuk melengkapi Gua Maria yang sudah ada. Dalam perkembangan muncul via Crucis itu bisa diartikan sebagai jalan penderitaan atau via Delarosa atau jalan penderitaan Kristus," jelas dia.
2. Dibangun para seniman asal Yogyakarta
Dalam proses perencanaan pembangunan14 stasi yang menggambarkan penderitaan Yesus tersebut, seniman patung asal Gamping, Sleman, Yogyakarta bernama Gregorius Sutanto bersama tim Blandang-Blendung Art Studio dilibatkan untuk membuat cerita jalan salib menjadi terasa nyata.
Penggambaran jalan penderitaan tersebut diperoleh dari Alkitab dimana para seniman memilih batu yang sama dengan batu yang memiliki kemiripan dengan zaman Yesus menghadapi penyaliban.
"Patung itu disusun agar sama persis dengan jalan salib Yesus. Lalu tingginya dibuat menyesuaikan tinggi orang Indonesia. Pembangunannya melibatkan warga sekitar dengan para seniman dari Yogyakarta," jelas dia.
3. Setiap stasi menggambarkan jalan penderitaan Yesus
Lorong memanjang dengan lokasi yang dibuat menyerupai tempat penyalibannya di Bukit Kalvari atau Golgota membuat pengunjung merasa dekat dengan penderitaan Yesus. Total ada 14 stasi terhubung dengan susunan batu plaras menggambarkan adegan satu dengan adegan lainnya dari proses Yesus pertama ditangkap dan digiring menuju tiang salib.
Ke-14 stasi menunjukkan rekaan adegan dari kesengsaraan yang telah dilalui melalui penggambaran kisah sengsara. Dengan bentuk setengah lingkaran dengan luas ukuran 6x4 meter, patung-patung tersebut dibuat dengan setting khas ruang simbolik kerajaan dan suasan Kota Yerusalem.
Pada patung pertama, peziarah akan melihat bagaimana Yesus Kristus ditangkap dan dibawa menghadap Pontius Pilatus saat menghadapi berbagai macam tuduhan. Pengunjung juga akan melihat patung Pontius Pilatus, pengawal dan para penuduh yang menudingnya. Bergerak maju ke depan, pengunjung kembali dilihatkan bagaimana Yesus menggunakan rantai memanggul salib menuju tempat penghakiman.
Pengunjung akan dibuat tertegun saat menyaksikan penggambaran Yesus terjatuh untuk pertama kalinya saat memanggul salib yang ada. Saat menghadapi kesulitan Yesus juga digambarkan pada stasi IV, bertemu dengan Maria sang ibu saat sedang memanggul salib. Ketika itu, Maria dijaga oleh dua prajurit Pilatus. Pengunjung juga dapat menyaksikan bagaimana Yesus masih mendapat pertolongan pada stasi V saat Simon dari Kirene membantunya memanggul salib.
Pada stasi VI seorang wanita bernama Veronika digambarkan turut membantu Yesus menggunakan kerudungnya untuk membasuh wajah kristus dalam perjalanan menuju bukit Galgota.
Dalam penggambaran jalan salib tersebut, Yesus berkali-kali terjatuh. Dirinya dipaksa untuk berdiri dan berjalan menuju tiang salib. Pada stase ke XI, pengunjung dapat melihat penggambaran bagaimana Yesus mulai disalib oleh prajurit Pilatus. Yesus digambarkan tersalib di stase ke XII. Memasuki stase ke XIII dan stase ke XIV Yesus mulai diturunkan untuk selanjutnya dimakamkan.
4. Ada misa harian yang bisa diikuti peziarah
Setelah selesai mengikuti perjalanan proses penyaliban Yesus tersebut pengunjung dapat berjalan menuju Gua Maria. Di sana, pengunjung dapat berdoa pada bagian tengah dan sayap kiri Gua Maria karena disediakan bangku panjang bagi peziarah. Sedangkan pada sayap kanan menjadi tempat penyalaan lilin dan sumber air suci.
"Untuk ibadah misa dibuka setiap hari dari Senin-Sabtu pukul 18.00 sedangkan hari Minggu pukul 17.00. Di sini sudah tercipta misa harian yang dilayani romo," jelas dia.
5. Wisatawan lokal dan mancanegara berkunjung ke Via Curcis Sukomoro
Menurut Bambang, pengunjung Via Curcis berasal dari beragam latar belakang tak hanya umat Katolik di Sumsel. Kebanyakan peziarah yang datang juga berasal dari Pulau Jawa, maupun luar Sumsel seperti Lampung.
"Orang-orang dari luar kota juga banyak yang datang. Via Crucis Sukomoro ini juga sudah terkenal hingga ke Hong Kong, Australia dan Roma. Terakhir ada wisatawan asal Australia yang berkunjung," jelas dia.
Keberadaan Via Crucis Sukomoro cepat menjadi perbincangan umat Katolik dari berbagai belahan dunia. Bukan tanpa alasan, banyak umat Katolik Indonesia yang pergi dan mengenalkan tempat ziarah baru tersebut kepada orang-orang di luar negeri. Biasanya mereka adalah para pastur maupun mahasiswa Indonesia yang berada di luar negeri.
"Banyak wisman yang datang. Para pastur yang bertugas di Roma turut berbagi soal Via Crucis Sukomoro. Biasanya mereka sebelum kembali ke kota masing-masing mereka akan terlebih dahulu singgah di sini," jelas dia.
6. Waktu terbaik datang berziarah ke Via Curcis Sukomoro
Bambang menyebutkan, waktu yang tepat untuk berkunjung ke wisata rohani Via Crucis Sukomoro adalah pada pagi dan sore hari. Sedangkan untuk waktu teramai pengunjung terjadi saat jelang Natal atau pada Mei dan Oktober.
"Di bulan Mei menjadi bulan Maria banyak pengunjung yang datang. Sedangkan untuk di bulan Oktober merupakan bulan Rosario. Kedua waktu menjadi waktu-waktu ramainya pengunjung yang berziarah," jelas dia.
7. Pengelola tidak kenakan HTM bagi pengunjung di luar umat Katolik
Selain itu, baru-baru ini juga dibangun kapel sebagai tempat beribadah umat kristiani saat berkunjung ke Via Crucis Sukomoro. Selain itu, ada juga dua rumah yang difungsikan bagi rumah uskup dan susteran dari Korea tak jauh dari Gua Maria.
Untuk menambah kesan sedang menyaksikan jalan Yesus pihak pengelola juga menanami areal sekitar dengan pohon kurma, zaitun hingga pohon ara. Pihak pengelola tidak mematok harga bagi masyarakat umum untuk datang ke Via Curcis Sukomoro.
Mereka hanya diminta untuk mengisi buku tamu dan memberikan uang parkir. Sementara khusus umat katolik mereka akan diberikan amplop persembahan.
"Bagi mereka yang beragama lain/non peziarah yang mau masuk tidak dilarang. Hanya saja mereka harus mengikuti aturan yang ada. Jika ingin foto tidak naik ke patung dan tidak boleh berlebihan," jelas dia.