Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi orang Palembang. (Wikipedia)

Palembang, IDN Times - Masyarakat asli Palembang dikenal dengan raut wajah yang condong ke oriental. Ciri fisik orang Palembang yang mirip Tionghoa ini bukan tanpa alasan; ada perpaduan genetik antara penduduk asli dan pendatang Tionghoa. 

Banyak masyarakat yang berasal dari suku Palembang, punya kulit yang putih dengan mata yang sipit, mirip seperti orang yang berasal dari Asia Timur. Bahkan, tak jarang orang Palembang kerap dikira sebagai orang Tionghoa.

Perpaduan ini terjadi melalui perkawinan campur antara Sultan Palembang dengan putri Tiongkok. Selain itu, orang Tionghoa juga datang ke Palembang untuk berdagang dan menetap di Sungai Musi lalu naik ke darat pada masa pemerintahan Belanda. Bukan hal yang mustahil perkawinan antara penduduk lokal dan etnis Tionghoa terjadi pada masa itu.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang menyebabkan orang Palembang mirip Tionghoa!

1. Banyak imigran dari China setelah kejatuhan Sriwijaya

Jembatan Ampera Palembang. (Wikipedia)

Pada masa berdirinya Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang, hubungannya dengan Tiongkok telah terjalin sejak lama. Kerajaan Sriwijaya dianggap sebagai pusat agama Buddha dan juga menjadi tempat yang ideal untuk belajar dan mempersiapkan perjalanan ke India.

Pada tahun 671 Masehi, seorang pendeta agama Buddha dari Tiongkok bernama I-Tshing datang ke Palembang. Ia menetap selama enam bulan sebelum melanjutkan perjalanan ke India.

Kemudian, pelajar hingga imigran Tionghoa lainnya berdatangan ke Palembang untuk belajar dan berdagang. Mereka membawa barang dagangan seperti keramik dan sutra untuk diperdagangkan di wilayah tersebut

Gelombang imigran terus berlanjut hingga masa keruntuhan Kerajaan Sriwijaya, yang menyebabkan terjadinya kekosongan kekuasaan di Palembang. Bahkan setelah kejatuhan Sriwijaya, banyak imigran dari China termasuk perompak datang ke Palembang bersama keluarga mereka untuk menetap.

2. Perkawinan campur Laksamana Cheng Ho

Laksamana Cheng Ho merupakan penjelajah terkenal asal China. (Dok. tionghoa.info)

Sejak dulu, wilayah Palembang terkenal sebagai pusat perdagangan. Banyak kapal-kapal bangsa asing yang singgah ke wilayah ini. Apalagi untuk ke Sungai Musi di Palembang yang melewati perairan cukup ramai, yaitu Selat Bangka. 

Gelombang perdagangan ini mulai ramai di era dinasti Ming. Lalu, pada awal abad ke-15, Laksamana Cheng Ho yang berasal dari Cina daratan diutus untuk datang ke Palembang bersama dengan para pengikutnya.

Kedatangannya punya maksud untuk menumpas bajak laut Chen Zuyi dari Guandong sekaligus menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut dan menetap dalam jangka waktu yang cukup lama. Hingga akhirnya, Laksamana Cheng Ho pun meminang wanita pribumi, begitu pula dengan para prajuritnya. Keturunan mereka pun menghasilkan fisik keturunannya yang memiliki campuran wajah pribumi dengan Tionghoa.

3. Perkawinan campur Sultan Palembang

Sultan Mahmud Badaruddin I. (IDN Times/istimewa)

Perkawinan campur juga dilakukan oleh Sultan Palembang Darussalam yang ke-4, yakni Sultan Mahmud Badaruddin I, pemimpin yang berkuasa sejak 1724-1757. 

Dalam buku Ungrounded Empires: The Cultural Politics of Modern Chinese Transnationalism karangan Aihwa Ong dan Donald Nonini menyebutkan, sang sultan menikahi seorang perempuan keturunan China.

Perkawinan campur ini juga dilakukan oleh para orang-orang kerajaan dan bangsawan lainnya. Pada masa itu pula, sang sultan juga menjalin hubungan dengan banyak orang-orang keturunan Tionghoa dan menjadikannya orang-orang yang membantu dalam mengelola tambang timah di Bangka. 

Para pejabat tambang ini pun melakukan kontrak untuk mengirim buruh dari China daratan secara besar-besaran sebagai pekerja tambang. Hingga akhirnya, gelombang migrasi ini membuat orang-orang Tionghoa banyak menetap di Palembang dan Bangka, kemudian melakukan perkawinan campur pula.

Hingga akhirnya, banyak orang-orang Palembang yang memiliki wajah seperti orang-orang Tionghoa hingga sekarang. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa tidak semua orang Palembang memiliki ciri fisik yang sama. Keberagaman tetap ada, mencerminkan kekayaan genetik dan sejarah panjang kota Palembang sebagai kota tertua di Indonesia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team