[WANSUS] Menjajal Rapat, Aplikasi Besutan Anak Muda Asal Palembang

Aplikasi Rapat menjamin keamanan data pengguna

Palembang, IDN Times - Pertemuan virtual di tengah pandemik COVID-19 kini menjadi kenormalan baru bagi masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Mulai dari sekelas webinar hingga reuni kecil-kecilan antar keluarga maupun teman. Masyarakat kini terbiasa menggunakan video konferensi untuk bertatap muka.

 Menariknya, momentum seperti ini menjadi peluang bagi anak muda asal Palembang untuk membuat aplikasi tatap muka online bernama Rapat. Hasil karya Andalas Global Teknologi ini diinisiasi oleh Tommy Maulana dan Abdul Aziz Zulfikar dibantu beberapa tim pengembang lainnya.

Desain antarmuka aplikasi ini cukup simpel, dan penggunaannya juga sangat mudah. Bagi pengguna smartphone hanya membutuhkan ruang 15 megabytes untuk meng-install aplikasi ini. Bahkan pengguna desktop tak perlu lagi mengunduh aplikasi tersebut.

IDN Times mewawancarai khusus pembuatnya, dan menggali lebih dalam tentang apa kelebihan aplikasi digital tersebut dibandingkan pendahulunya seperti Zoom dan Meet.

1. Apa latar belakang menciptakan aplikasi pertemuan virtual tersebut?

[WANSUS] Menjajal Rapat, Aplikasi Besutan Anak Muda Asal PalembangIlustrasi pengguna aplikasi rapat milik Andalas Global Teknologi tim asal Palembang (IDN Times/Dokumen)

Aplikasi pertemuan virtual yang beredar dan banyak digunakan saat ini berasal dari luar negeri. Belum lagi isu keamanan atau pencurian data penggunanya. Kedua hal itu menjadi konsen kami untuk menciptakan aplikasi komunikasi internal untuk video call dengan rekan kerja, keluarga, atau sahabat di saat pandemik COVID-19.

Perlahan, server private khusus ini mulai berkembang untuk berkomunikasi dengan yang lainnya sehingga kehadiran aplikasi Rapat bisa menepis isu keamanan. Lahirnya aplikasi Rapat bertujuan untuk menjembatani serta membantu remote working, ataupun webinar tanpa harus bergantung dengan platform luar negeri.

Kami menyadari jika aplikasi sejenis sudah menjamur, tapi kebanyakan made in luar negeri. Dari sepengetahuan kami, memang baru segelintir orang Indonesia yang membuat atau menciptakan aplikasi pertemuan virtual serupa.

Makanya, tim memilih merah dan putih yang sangat dominan sebagai logo Rapat. Alasannya, kedua warna itu melambangkan bendera Indonesia dan menegaskan bahwa Rapat merupakan aplikasi karya Tanah Air, Bangsa Ibu Pertiwi.

2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan Rapat, hingga kesulitan yang ditemui?

[WANSUS] Menjajal Rapat, Aplikasi Besutan Anak Muda Asal PalembangIlustrasi pengguna aplikasi rapat milik Andalas Global Teknologi tim asal Palembang (IDN Times/Dokumen)

TIm membutuhkan waktu kurang lebih 6 Bulan. Bermula sejak awal COVID-19 di luar negeri hingga masuk ke Indonesia, serta penggunaan aplikasi pertemuan virtual yang sebelumnya mulai meningkat.

Awalnya tim dan resource saja yang mengenalkan aplikasi. Jadi lingkup promosi hanya dilakukan melalui broadcast WhatsApp serta lewat komunikasi antar teman-teman dekat, tujuannya membantu menyebarkan kehadiran Rapat.

Rapat awalnya baru tersedia untuk pengguna Android, sebab tim juga masih kesulitan dalam mengembangkan versi iOS. Selain karena membutuhkan perangkat khusus dengan akun developer di Apple yang diharuskan melakukan pembayaran setiap tahun, kami memang sampai sekarang masih melakukan pendanaan sendiri alias bootstraping.

Waktu pembuatan aplikasi, tim Andalas Global Teknologi juga mengeluarkan biaya. Tetapi kita masih merinci sehingga belum dapat dijabarkan secara jelas dan mendetail. 

3. Adakah dukungan pendanaan dari pihak lain atau rencana kerja sama, dan bagaimana target pengembangan aplikasi Rapat?

[WANSUS] Menjajal Rapat, Aplikasi Besutan Anak Muda Asal PalembangIlustrasi pengguna aplikasi rapat milik tim Andalas Global Teknologi asal Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Sampai sejauh ini belum. Namun sudah ada penjajakan dengan beberapa angel investor. Pihak programmer menarget agar Rapat dapat digunakan oleh seluruh pengguna baru pertemuan virtual dengan berbagai platform seperti Android, iOS, Desktop atau Laptop.

Tim tentu memiliki optimis besar, dengan keyakinan kuat untuk dapat mengambil peluang dan menarget minimal 1 persen marketshare dari aplikasi sejenis untuk enam bulan pertama.

Kita juga merumuskan beberapa strategi yang akan dilakukan ke depan agar Rapat yang menjadi aplikasi buatan dalam negeri, bisa diterima dan dijadikan pilihan saat melakukan pertemuan daring.

Baca Juga: Beda Kerja di Korporasi Vs Startup, Mana yang Paling Baik?

4. Apa saja kelebihan aplikasi Rapat sehingga orang-orang harus terdorong untuk mencobanya?

[WANSUS] Menjajal Rapat, Aplikasi Besutan Anak Muda Asal PalembangIlustrasi pengguna aplikasi rapat milik tim Andalas Global Teknologi asal Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Aplikasi Rapat gratis untuk seluruh pengguna dan dapat digunakan tanpa harus melakukan login terlebih dahulu, itu pun opsional. Kemudian, Rapat dapat dilakukan untuk pertemuan virtual maksimal 70 peserta selama berjam-jam, tanpa harus ada biaya berlangganan atau biaya tambahan.

Selain itu, Rapat menggunakan enkripsi end-to-end yang mengacu pada perlindungan konten antar pengguna, bahkan kami sebagai penyedia layanan pun tidak dapat mengakses konten yang dibagikan oleh pengguna itu sendiri.

Sejauh ini Rapat berjalan dengan baik, dan bisa peserta bisa melakukannya dalam room meeting. Kami selaku pembuat dan pengembangan mengimbau pengguna Rapat berada di jaringan internet yang cepat atau stabil, agar pertemuan bisa berjalan lancar dan tanpa kendala.

Baca Juga: Ternyata COVID-19 Bisa Bertahan 5 Hari di Ponsel

5. Pandemik COVID-19 membawa perubahan besar terhada penggunaan digital oleh masyarakat dunia, semula yang biasa dilakukan langsung tapi kini cukup dengan virtual. Lalu seperti apa Anda melihat perkembangan digitalisasi dalam negeri?

[WANSUS] Menjajal Rapat, Aplikasi Besutan Anak Muda Asal PalembangIlustrasi pengguna aplikasi rapat milik tim Andalas Global Teknologi asal Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Bagi tim pengembang, digitalisasi itu hanya piranti. Bangsa Indonesia bakal berkelanjutan dan kuat bila mampu memenuhi kebutuhan yang fundamental. Masih banyak talenta anak bangsa yang dapat dikembangkan, asalkan semua mampu menjawab peluang yang sedang dibutuhkan.

Masalah yang terjadi sekarang karena adanya kesenjangan antar wilayah dan lapisan masyarakat, sehingga ketersediaan infrastruktur antar wilayah yang dapat mendukung transformasi digital berbeda-beda, atau mustahil dilakukan transformasi digitalisasi secara nasional.

Lalu potensi SDA, SDM, maupun ketersediaan infrastruktur pendukung, perlu menjadi basis pembuatan kebijakan pendidikan. Wilayah Pulau Jawa, sebagian Sumatra, Bali, dan sebagian Sulawesi, mungkin infrastrukturnya mendukung untuk memasuki transformasi digitalisasi. Namun wilayah lain belum tentu.

Belum lagi masalah kesenjangan sosial antar lapisan masyarakat turut terjadi di semua wilayah, termasuk perkotaan. Membuat kebijakan pendidikan dalam satu wilayah jadi tidak satu tujuan. Maka, catatan penting sebaiknya kebijakan pendidikan nasional jangan seragam atau tunggal. Melainkan merujuk pada potensi masing-masing daerah.

Selanjutnya di wilayah-wilayah yang infrastruktur transportasi dan telekomunikasinya, termasuk pasokan listriknya, masih terkendala tidak bisa dilakukan trasnformasi digitalisasi secara masif. Demikian pula pada lapisan sosial yang masuk kategori kelompok sosial bawah, digitalisasi proses pembelajaran justru jadi beban oleh mereka.

Tapi Kami yakin jika perubahan bisa dilakukan mulai dari sekarang, transformasi digitial bisa dilakukan beberapa tahun ke depan. Asal SDA, SDM dan infrastrukturnya digarap mulai dari sekarang.

Baca Juga: Larang Aplikasi Zoom, BNPT Ingatkan Pencurian Data dari Aplikasi 

6. Apakah akan ada rencana membuat aplikasi lain seetlah Rapat virtual?

[WANSUS] Menjajal Rapat, Aplikasi Besutan Anak Muda Asal PalembangIlustrasi pengguna aplikasi rapat milik Andalas Global Teknologi tim asal Palembang (IDN Times/Dokumen)

Ada, karena sebelumnya tim sudah mengembangkan beberapa aplikasi lain. Seperti perusahaan terlibat dalam project non-profit mengenai kartu prakerja tentang catatan kritis menyoal video pelatihan berbayar Rp1 juta.

Serta aplikasi kerja sama pejabat publik Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang Wakil Wali Kota, Fitrianati Agustinda dengan nama Sobat Finda tentang pemberitaan di media by request by order.

Segera setelah Rapat ini berjalan dengan baik, Kami akan membawa hal-hal baru bagi masyarakat. Harapannya bangsa Indonesia terus berinovasi agar lebih maju dan memiliki daya saing.

Berikut link unduh aplikasi di Playstore untuk pengguna Android: Rapat. Atau, buka di peramban tanpa harus diunduh Rapat. Ayo dukung aplikasi buatan Anak Bangsa, selamat mencoba!

Baca Juga: Google Cloud Platform Hadir di Indonesia, Perusahaan Bisa Gunakan AI

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya