Sriwijaya FC kontra Persiraja di Stadion GSJ Palembang (Dok. Media officer IDN Times)
Prestasi Sriwijaya FC makin konsisten dan mendominasi dunia si kulit bundar. Setelah mengukir gelar double winner, SFC menunjukkan keterampilan tim selalu di papan atas. Klub bersaing di level tertinggi dan selalu menjadi kandidat kuat untuk berbagai gelar domestik.
Komitmen Sriwijaya FC pada 2008-2011 di sepak bola makin kuat hasil partisipasi tim mengikuti turnamen internasional AFC Cup, yang menjadi pilar reputasi prestasi klub di Asia. Tahun 2012 Sriwijaya FC kembali menyabet juara lewat Indonesia Super League (ISL), kasta tertinggi sepak bola Indonesia saat itu.
Pemain Sriwijaya FC yang membawa tim juara di ISL adalah pemain bintang dan andalan klub seperti Keith Jerome 'Kayamba' Gumbs, Firman Utina, dan Ferry Rotinsulu. Masa-masa itu merupakan momen paling bercahaya bagi tim kebanggaan masyarakat Sumsel.
Namun pada 2013-2018, Sriwijaya FC mulai menghadapi tantangan dan degradasi. Kejayaan SFC mengalami kemunduran, terutama masalah finansial dan manajerial. Pergantian pelatih dan pemain cukup sering dilakukan kala itu, berakibat stabilitas tim terganggu.
Tiba di tahun kelam bagi Sriwjaya FC, pada 2019 klub asal Sumsel ini degradasi ke Liga 2. Fase kejayaan tim hilang. Tahun kejayaan Sriwijaya FC terputus. Degradasi menjadi pukulan berat bagi klub yang dikenal dengan prestasi dan kejayaan.
Sejak 2019, Sriwijaya FC terus berjuang untuk kembali ke Liga 1. Namun berbagai upaya dan usaha belum membuahkan hasil baik. Kini Sriwijaya FC berharap tetap bertahan di Liga 2 sudah menjadi keinginan paling realistis melihat kondisi finansial dan manajerial klub.