[WANSUS] Kilas Kisah Politisi Senior PDIP Sumsel, MA Pati Gantada

Pengabdian empat periode di DPRD Sumsel

Palembang, IDN Times -Tanpa terasa, akhir dari masa 20 tahun pengabdian seorang Muhammad Aliandra Pati Gantada di Parlemen Sumsel usai sudah. Selama rentang empat periode yang telah berlalu ini, begitu banyak peristiwa politik dengan semua dinamika yang dilalui politisi PDI Perjuangan ini.

Dikenal sebagai sosok yang punya komitmen dan piawai membuat situasi politik di DPRD Sumsel menjadi cair, Anta, sapaan akrabnya, menjadi figur yang dijadikan panutan para politisi lintas partai.

Bersama IDN Times, Ketua DPRD Sumsel periode 2014-2019 ini sedikit menceritakan tentang hal ihwal hingga dirinya terjun ke panggung politik, setelah sempat menjadi pengacara dan dosen di Universitas Tridinanti Palembang itu.

“Dua hal setelah saya menyelesaikan kuliah, karena bapak saya merupakan pejabat di Pemerintah Provinsi Sumsel, yakni Kepala Dinas DLLAJR (sekarang Dinas Perhubungan). Sebagai anak yang baru mengenal dunia, merasa senang dengan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan. Namun saat itu tidak diarahkan, dibimbing dan ditentukan. Tidak sama sekali diberikan, misal di beri perusahaan dan sebagainya,” ujar dia mengawali kisahnya.

1. Anak kepala dinas yang tak lulus tes CPNS dua kali

[WANSUS] Kilas Kisah Politisi Senior PDIP Sumsel, MA Pati GantadaIDN Times/istimewa

Seusai merampungkan studinya di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya (FH Unsri) tahun 1988, Gantada muda mencoba peruntungan dengan mengikuti tes masuk Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Saat itu, dia merasa sedikit merasa ada peluang untuk lulus dari tes PNS, karena sang ayah merupakan seorang kepala dinas. Ternyata, hasil yang diharapkan jauh dari harapan, dua kali ikut tes CPNS dua kali pula gagal.

“Padahal saat itu saya anak kepala dinas. Tapi tidak lulus menjadi PNS bukan menjadi putus asa. Saya juga punya cita-cita ingin menjadi notaris, bahkan hingga dua kali juga ikut tes di Universitas Padjadjaran pada tahun 1988, 1989 dan 1990. Tapi, saya tidak lulus saat ikut tes (notaris) itu," kata dia.

Pada akhirnya, Gantada muda pamit dengan keluarga besarnya, untuk mengembara ke Jakarta. Di ibu kota, Gantada mengikuti pendidikan Advokat. Nah disinilah, perjalanan karir Gantada berawal. "Nah, akhirnya saya pamit untuk ke Jakarta. Karir hidup saya menjadi asisten Advokat," tuturnya.

2. Dari pengacara, dosen dan hingga masuk ke PDI Perjuangan

[WANSUS] Kilas Kisah Politisi Senior PDIP Sumsel, MA Pati GantadaIDN Times/istimewa

Menyandang profesi sebagai Advokat, kemudian Gantada balik kucing ke Palembang dan turut mengembangkan Universitas Tridinanti Palembang.

Tapi, bicara tentang latar belakang Gantada, tak lain dari seorang yang bebas dan aktif pada kegiatan organisasi. Namun organisasi yang digelutinya itu organisasi yang tidak terikat dan di bawah kendali pemerintah atau universitas.

"Saya juga kerap berkumpul dengan kawan-kawan pro demokrasi dan saya pengen dari yang lain. Ya, kalau saya mau hidup enak, saya bisa, karena saat itu bapak saya kepala dinas," tegasnya.

Pada tahun 1992, Gantada memulai profesi Advokatnya di Sumsel dan selang satu tahun atau pada 1993, lisensi kantor tempat dia bekerja keluar dan bergabung dengan Chairil Syah. Ketika bergabung dengan Chairil Syah, Gantada lebih banyak sebagai volunteer di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Palembang.

“Saat itu banyak sekali membantu masyarakat yang terlibat dalam kasus tanah, karena masyarakat harus berhadapan dengan penguasa. Dari dunia itu. maka terpanggilah untuk ikut Pengacara Partai Demokrasi Indonesia (PPDI) tahun 1996 - 1997. Disitulah saya mulai bergaul secara de facto dengan politik. Mengapa saya memilih PDIP, karena ada sejarah bapak saya dulu PNI. Jadi saya sering membaca buku-buku tentang Soekarno," kenangnya.

3. Awal perjalanan Gantada bersama PDI Perjuangan

[WANSUS] Kilas Kisah Politisi Senior PDIP Sumsel, MA Pati GantadaIDN Times/istimewa

Gantada mengatakan, bersentuhan dengan politik yang sesungguhnya itu ketika jadi pengacara TPDI (Tim Pembela Demokrasi Indonesia). Kerja TPDI saat itu membela Megawati Soekarno Putri, dimana Partai Demokrasi Indonesia ingin dipecah oleh Soeharto.

"Saat itukan ibu Mega sudah menang jadi ketua PDI, tapi tidak diakui pemerintah, di situ dua tahun proses hukum, saya jadi salah satu pengacara di dalamnya. Salah satunyo Yohanes, Fahlevi Maizano juga ada kebetulan memang orang PDI dan pengacara, di situ bergaul dengan pak Adjis Saib. kemudian ikut gugatan-gugatan,” kata dia.

Setelah menyelesaikan tugas bersama TPDI, Gantada kembali ke dunia kampus pada tahun 1998 hingga Desember 1999. Barulah, pada Desember 1999 itu benar-benar menjadi bagian dari PDIP dan disiapkan untuk Pemilu. Setelah masa reformasi 1998, PDI merubah nama menjadi PDI Perjuangan dan ikut Pemilu 1999.

“Disitulah, saya ditawarkan oleh almarhum pak Azis Said. Saat itu saya sudah balik ke kampus dan belum gabung dengan PDI hanya masih simpatisan. Ketika di dunia kampus menggalang mahasiswa reformasi, selesai reformasi dipanggil, kita mau menyusun nama caleg. Sementara PDIP tidak punya caleg yang punya otak, banyak yang pake otot,” ungkap dia.

4. Gantada perkenalkan PDI Perjuangan ke pelosok Sumsel

[WANSUS] Kilas Kisah Politisi Senior PDIP Sumsel, MA Pati GantadaIDN Times/istimewa

Setelah resmi masuk PDIP, Gantada bersama pengurus PDIP keliling Sumsel, didapati kondisi DPC sudah porak poranda. Langsung dibangkitkan kembali sampai Pemilu.

Gantada juga termasuk orang yanh membangun PDIP Sumsel dari pertama pasca-kongres Bali. Setelah kongres dan kembali ke Palembang, dia ditugaskan menyosialisasikan dari PDI menjadi PDI Perjungan dengan lambang banteng moncong putih.

“Enam bulan saya keliling sumsel. Dapil saya OKI. Itu tidak ada suara individu, tapi pada Pemilu 1999 dari 27 kursi, Sumsel dapil OKI dapat 4 kursi. Saya bersama Kwatno, Sri Astuti, dan Meyta Dewi,” jelasnya.

5. Sudah merasakan seperti apa selera lima Gubernur Sumsel

[WANSUS] Kilas Kisah Politisi Senior PDIP Sumsel, MA Pati GantadaIDN Times/Istimewa

Kembali menyoroti karir Gantada di DPRD Sumsel, suami dari Deo Yuvanti itu sudah melewati 5 kepemimpinan Gubernur Sumsel. Mulai dari Ramli Hasan Basri, Rosihan Arsyad, Syahrial Oesman, Alex Noerdin dan terakhir Herman Deru.

“Saya sudah melewati kepemimpinan 5 gubernur, bicara tentang tupoksi DPRD dari APBD yang kami bahas di era reformasi Rp300 miliar pada tahun 1999, hingga saat ini tahun 2019 yang hampir menyentuh Rp10 triliun. Bayangkan, mungkin 3000 kali peningkatan, dan untukPerda sudah banyak sekali,” ujar dia.

Dalam berpolitik, terang Gantada, hal yang harus menjadi pegangan adalah bagaimana membaca arah, selera dan kepemimpinan. Sebagai politisi PDIP, maka Gantada selalu berkomunikasi dengan Almarhum Taufik Kiemas. Karena, menurut dia, setiap pemimpin itu punya selera yang berbeda. Memang, konsepsinya menang, namun implementasi selera bisa beda.

Baca Juga: Jabat Ketua DPRD Sumsel, Anita: Kami Siap Dukung dan Kritisi Pemprov

6. Masa PDIP Sumsel membangkitkan tokoh-tokoh baru

[WANSUS] Kilas Kisah Politisi Senior PDIP Sumsel, MA Pati GantadaIDN Times/istimewa

Nah pada era 10 tahun atau dari 1999-2009, merupakan masa PDIP untuk membangkitkan ketokohan. Setelah itu, ke depan PDIP butuh tokoh intelektual dan berpengalaman. Karena, untuk membaca situasi seperti saat ini tidak bisa instan.

“Sekarang suasananya berbeda. Alam berubah, masa kita ambil dari Golkar. Kemudian pada tahun 2007 Eddy Santana Putra dari Golkar masuk PDIP dan itu tiga tahun berjalan baru semua menerima. Dari situlah, PDIP berproses menciptakan tokoh-tokoh baru untuk tidak nyomot tokoh lain lagi. Karena, ada ideologis merah dan kuning tidak akan bersatu. Ini alamnya. Lalu tokoh muda ini di soundingkan ke jakarta,” terang dia.

Dari situlah, jelas Gantada, bermunculan tokoh-tokoh muda PDIP Sumsel, seperti Beni Hernedi, Ilyas Panji Alam, Giri Ramanda dan Ferdian yang merupakan bagian dari Repdem. Mereka ini merupakan anak-anak muda PDIP yang punya prospek ke depan.

Karena PDIP Sumsel sudah menelurkan tokoh-tokoh baru dan Gantada lebih dari seorang politisi senior, maka dia pun sadar dan pandai menempatkan diri. Posisi seorang Gantada tak lain sebagai figur yang harus mendorong tokoh-tokoh muda tersebut untuk menjadi salah satu pemimpin di Sumsel. Apalagi, secara struktural dia dipercaya untuk menuai partai sebagai Dewan Pertimbangan, yang berfungsi memberikan masukan.

Baca Juga: Selamat! KPU Tetapkan 75 Caleg DPRD Sumsel Terpilih, Ini Daftarnya

7. Politisi millenial PDIP jangan hanya duduk di belakang meja

[WANSUS] Kilas Kisah Politisi Senior PDIP Sumsel, MA Pati GantadaIDN Times/Istimewa

Berbicara tentang politisi millenial, Gantada menilai, bahwa politisi tersebut harus lebih canggih secara pengetahuan. Namun, perlu komunikasi lebih mendalam ke masyarakat.

Pertama mereka harus mempunyai budi pekerti baik dan etika. Kedua feeling, membaca arah perubahan yang baik serta gejala alam. Anak muda itu feeling bagus, tapi kurang attitude. Itu dua hal yang harus dipahami. Karena, medan pertempuran sudah berbeda, bukan lagi jamannya yang berdarah-darah.

Perbanyak pengalaman saat sudah menjadi politisi, perbanyak pergaulan. Politik ini hubungan ke manusia, kalau pengetahuan banyak sumbernya. Pengalaman harus banyak mengadopsi pengalaman orang lain.

“Kemudian bermasyarakat, karena era millenial ini sumber informasi sangat cepat, jadi mereka malas membaca jejak politisi lain. Sejarah tokoh tidak hanya nasional, ada tokoh-tokoh di desa. Orang-orang partai di desa. Jangan tidak disentuh. Untuk dapat informasi itu turun ke bawah. Tidak boleh milenial hanya di belakang meja,” pesannya. .

Terlepas dari semua itu, Gantada menuturkan, hal yang paling terkesan bagi dia adalah mampu mengakomodir seluruh kepentingan di DPRD Sumsel selama 20 tahun tersebut. Selama masa itu juga, semua kepentingan politik baik di eksekutif dan legislatif berjalan dengan ini mulus dan aman.

Biodata :

Nama : M Alindra Pati Gantada, S.H, M.Hum
Tempat, tanggal lahir : Baturaja – OKU, 31 Maret 1964
Alamat : Jalan Batang Hari Blok I No 05 RT 022 RW 011 Kel Sukamaju Kec Sako Palembang
Agama :Islam
Status : Kawin
a. Nama Istri : Deo Yuvanti
b. Jumlah Anak : 3 anak

Partai Politik : Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan

Riwayat Pendidikan
- SD Negeri 100 Palembang tahun 1970 S/D 1975
- SMP Negeri 1 Palembang tahun 1975 S/D 1979
- SMA Negeri 2 Palembang tahun 1979 S/D 1982
- S-1 Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya tahun 1982 S/D 1988
- S-2 Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Sriwijaya tahun 2001 S/D 2005

Riwayat Pekerjaan
- Tenaga Relawan LBH Palembang (1990-1998)
- Pengacara/ Advokat (1996 – 1999)
- Dosen tetap Universitas Tridinanti Palembang (1993-sekarang)

Jabatan di DPRD Sumsel
- Wakil Ketua dan Sekretaris Komisi C DPRD Provinsi Sumsel (1999 – 2004)
- Anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan (2004 – 2009)
- Ketua Komisi III dan Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Sumsel (2009 – 2014)
- Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumsel (2009 – 2014)
- Ketua Sementara DPRD Provinsi Sumsel (2014)
- Ketua Fraksi PDIP DPRD Provinsi Sumsel
- Ketua Badan Anggaran DPRD Provinsi Sumsel

Aktifitas dalam Organisasi Kemasyarakatan/Pemuda :
- Ketua KW. BMI Sumatera Selatan (2002 – 2007)
- Ketua DPD. BMI Provinsi Sumatera Selatan (2007 – 2012)
- Anggota Majelis Pemuda Indonesia (MPI) DPD. KNPI Provinsi Sumatera Selatan
- Penasehat RepDem Provinsi Sumatera Selatan
- Penasehat PD. BAMUSI Provinsi Sumatera Selatan
- Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Sumsel

Aktifitas lain yang dianggap perlu :
- Wakil Ketua Bidang Keanggotaan dan Organisasi DPD. PDI Perjuangan Provinsi Sumatera Selatan (2005 – 2010)
- Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sumsel
- Nomor KTA PDI PERJUANGAN : 007.17.14.13.05.1998

 

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya