Warga Sumsel Berobat Keluar Kota karena Kekurangan Dokter Spesialis

Satu dokter spesialis di Sumsel harus layani 11 ribu pasien

Palembang, IDN Times - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut Indonesia membutuhkan banyak tambahan dokter spesialis untuk mengisi kekurangan di daerah. Jumlah dokter spesialis di wilayah kota besar berbanding terbalik dengan dokter spesialis yang berada di daerah.

Kepala Dinas Kesehatan Sumatra Selatan (Dinkes Sumsel), Trisnawarman, mengakui ada perbedaan jumlah dokter spesialis di Bumi Sriwijaya. Wilayah yang jauh dari perkotaan memaksa warganya harus pergi ke kota tetangga demi mendapatkan pengobatan dari dokter spesialis.

"Memang di Sumsel ada kekurangan juga seperti data yang dikeluarkan Kemenkes RI. Kekurangan itu terbanyak untuk dokter subspesialis, seperti dokter anestesi, paru, dan penyakit dalam," ungkap Trisnawarman kepada IDN Times, Sabtu (7/1/2023).

Baca Juga: Pecat Dokter ASN di Puskesmas, Pj Bupati Muba Digugat ke PTUN

1. Satu dokter spesialis di Sumsel harus obati 11 ribu pasien

Warga Sumsel Berobat Keluar Kota karena Kekurangan Dokter Spesialisilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah dokter di Sumsel pada 2021 mencapai 1.078 orang yang tersebar di Puskesmas dan rumah sakit. Sedangkan data dokter umum di tahun yang sama mencapai 2.340 orang.

Jumlah tersebut masih jauh dari kata cukup untuk melayani masyarakat yang ingin mendapatkan pengobatan. Menurut Trisnawarman, kurangnya dokter spesialis menyebabkan satu dokter spesialis harus melayani 9.000-11.000 orang

"Dari segi ketersediaan sudah ada banyak dokter spesialis, tetapi masih banyak kekurangan. Perlu dibuka kran penerimaan dokter spesialis dan sekarang sedang dilakukan," ujar dia.

Baca Juga: Tak Kesampaian Jadi Dokter, Pria Ini Nekat Buka Praktik

2. Sumsel kekurangan dokter subspesialis

Warga Sumsel Berobat Keluar Kota karena Kekurangan Dokter Spesialisilustrasi konsultasi dokter (IDN Times/Mardya Shakti)

Penyebaran dokter spesialis di daerah memunculkan ketimpangan jumlah dokter. Trisnawarman mencontohkan wilayah yang jauh seperti Musi Rawas Utara (Muratara) dan Musi Rawas (Mura), memaksa warganya harus pergi ke kota terdekat seperti Lubuk Linggau.

Dokter di daerah biasanya akan memberi rujukan ke kota terdekat untuk menemui dokter subspesialis. Lubuk Linggau dipilih karena paling dekat ketimbang harus ke ibu kota provinsi di Palembang. Begitu juga dengan fasilitas kesehatan, di Lubuk Linggau dinilai memadai untuk dokter spesialis dan peralatan medis.

"Biasanya di kota besar terdekat. Merujuk ke subspesialis yang menangani penyakit pasien. Setelah didiagnosa oleh dokter spesialis, biasanya akan disarankan ke subspesialis," jelas dia.

Dirinya juga mencatat dari ketersediaan dokter spesialis di 17 kabupaten dan kota di Sumsel, masing-masing daerah sudah memiliki dokter spesialis untuk empat bidang seperti spesialis anak, bedah, penyakit dalam, dan obygin.

"Untuk daerah yang jauh biasanya ada satu sampai dua dokter spesialis. Cuma memang kita juga kekurangan untuk dokter subspesialis, seperti penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi, anestesi, paru," ujar dia.

3. Kebanyakan dokter berada di kota

Warga Sumsel Berobat Keluar Kota karena Kekurangan Dokter Spesialisunsplahs.com/Jeshoots.com

Dinkes Sumsel mencatat kebanyakan dokter spesialis berada di kota Palembang. Pihaknya tak bisa menyalahkan banyak dokter yang ingin berpraktik di kota besar. Menurutnya, persoalan ini harus ditangkap pemerintah kabupaten dan kota untuk menjaring dokter spesialis.

"Selama ini sebenarnya pemerintah ada program wajib pengabdian dokter spesialis ke daerah-daerah. Pemerintah kabupaten dan kota seharusnya menganggarkan juga insentif kepada para dokter," ujar dia.

Persoalan kurangnya dokter spesialis khususnya di daerah disebabkan banyak faktor, salah satunya insentif yang minim. Menurutnya, seorang dokter spesialis paling tidak mendapatkan insentif minimal Rp25 juta.

"Bisa buat pengumuman, silakan datang ke kota ini ada insentif rumah dinas atau bonus lain. Siapa yang gak mau. Dokter juga gak mau ditelantarkan, mereka menginginkan hidup yang layak," jelas dia.

4. Beasiswa spesialis bisa menambah kuota dokter

Warga Sumsel Berobat Keluar Kota karena Kekurangan Dokter Spesialisilustrasi dokter (pixabay.com/jennycepeda)

Berbagai solusi sudah disiapkan untuk menjaring dokter spesialis agar mau bertugas di daerah. Salah satunya program beasiswa yang diberikan Kemenkes dan Kemenkeu lewat LPDP.

Beasiswa ini dibuka untuk para dokter yang ingin mengambil spesialis. Setelah mengambil spesialis, para dokter diharapkan tergerak mengabdi di daerah.

"Di Sumsel banyak dokter yang lolos. Beasiswanya tidak ada kuota, semua bisa ikut," jelas dia.

5. Dokter harus sampai ke desa-desa

Warga Sumsel Berobat Keluar Kota karena Kekurangan Dokter SpesialisGubernur Sumsel Herman Deru (Dok: Humas Pemprov Sumsel)

Gubernur Sumsel, Herman Deru, tak menampik wilayahnya mengalami defisit jumlah dokter. Tak hanya dari segi kuantitas, sebaran tenaga kesehatan masih banyak menumpuk di perkotaan.

"Jadi tidak sampai ke desa-desa, hanya sampai ibu kota atau kabupaten saja," jelas dia.

Menurutnya, sudah kewajiban dokter untuk mengabdi kepada masyarakat lewat ilmu yang dimilikinya. Setiap dokter memiliki tanggung jawab moril yang harus diaplikasikan kepada kehidupan.

"Apa lagi ada janji dan sumpah dokter untuk melayani tidak hanya di kota saja, tetapi semuanya," tutup dia.

Baca Juga: 5 Mitos dan Fakta Kesehatan Anak Ala Tokopedia Parents

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya