Walhi Sebut Ada Empat Pulau di Sumsel yang Terancam Hilang

Dampak penurunan tanah dan kenaikan air laut

Palembang, IDN Times -Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumsel mencatat, dampak dari perubahan Iklim dan kerusakan lingkungan di wilayah Sumsel mengakibatkan banyak bencana secara ekologis.

kerusakan lingkungan tersebut, terjadi di semua wilayah dari Hulu dan Hilir, mulai dari banjir bandang, longsor, kebakaran hutan dan lahan, serta meningginya permukaan air sungai/laut.

"Untuk di Sumsel saja, khususnya di daerah perairan Banyuasin ada 23 pulau-pulau kecil yang terancam, baik yang berpenduduk maupun tidak," kata Direktur Eksekutif Walhi Sumsel, M Hairul Sobri, Selasa (14/1).

1. Dampak penurunan tanah dan kenaikan air laut, dua pulau di Sumsel menghilang

Walhi Sebut Ada Empat Pulau di Sumsel yang Terancam HilangWalhi menilai perubahan iklim sangat berdampak (IDN Times/Rangga Erfizal)

Hairul mengungkapkan, selama tahun 2019 lalu ada dua pulau di Sumsel yang hilang akibat naiknya permukaan air. Sedangkan pada tahun 2020 ini, pihaknya memprediksi ada 4 pulau yang terancam hilang. 

"Pulau yang hilang pada tahun 2019 adalah Pulau Betet, dengan ketinggian tanah (Elevasi) -1 MDPL serta Pulau Gundul -3 MDPL. Sisanya seperti Pulau Burung, Pulau Kalong, Pulau Salah Namo dan Pulau Keramat terancam di tahun ini. Ada penurunan tanah dan kenaikan air laut," ungkap dia.

2. Ada peningkatan suhu panas bumi di Sumsel

Walhi Sebut Ada Empat Pulau di Sumsel yang Terancam HilangDirektur Eksekutif Walhi Sumsel, M Hairul Sobri (IDN Times/Rangga Erfizal)

Hairul menjelaskan, kalau dilihat secara global fakta itu juga terjadi karena pengaruh mencairnya es di kutub utara, yang menyebabkan bertambahnya air laut sebanyak 3,3 milimeter. Dalam dua tahun terakhir, perubahan iklim membuat peningkatan suhu 0,39 derajat, dan rata-rata suhu udara di Sumsel 37 derajat.

"Itu terjadi akibat penggunaan fosil sebagai bahan bakar. Faktor karhutla (kebakaran hutan dan lahan) yang meningkatkan emisi, mengakibatkan menurunkan permukaan rawa. Kemudian kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang menurunkan sedimen tanah dan rusaknya DAS," jelas dia.

3. Kerusakan alam di hulu Sumsel di kawasan Bukit Barisan terancam bencana

Walhi Sebut Ada Empat Pulau di Sumsel yang Terancam HilangKekeringan di Sumsel beberapa waktu lalu (IDN Times/Rangga Erfizal)

Selain itu, papar Hairul, rusaknya hutan wilayah hulu di Sumsel seperti Bukit Barisan juga terancam banjir bandang dan longsor. Saat musim hujan air dapat menjadi bencana, sedangkan saat musim kemarau, air dapat menghilang begitu saja.

"Pada 2019 lalu, Kabupaten Pali menjadi daerah yang paling kekeringan akibat kemarau. Puncaknya di bulan Agustus, hingga mencapai 44 persen, lalu diikuti Palembang 16 persen, Banyuasin 14 persen, Empat Lawang, Ogan Ilir 9 persen, Lahat 5 Persen, Musi Rawas Utara dan OKU 2 persen," papar dia.

Baca Juga: Video Buang Sampah di Sungai Musi Palembang Viral, Dua Oknum Diciduk 

4. Kolam retensi dan RTH di Kota Palembang belum terpenuhi

Walhi Sebut Ada Empat Pulau di Sumsel yang Terancam HilangKawasan Rivai Palembang terendam banjir (IDN Times/Rangga Erfizal)

Khusus Palembang, kata Hairul, kurangnya kolam retansi dan ruang terbuka hijau (RTH) membuat air hujan akan sulit tertampung. Dari catatan Walhi Sumsel, Palembang hanya memiliki 32 kolam retensi, semestinya harus ada 77 kolam retensi. Sedangkan untuk RTH hanya sekitar 3.801 Hektare (Ha) dari kebutuhan 12.081 Ha.

"Palembang ini termasuk kota rawa, tapi pemenuhan kolam retensi dan RTH tidak disiapkan. RTH ini tidak ada perencanaan pertambahan. Kolam retensi yang lama juga tidak maksimal," tandas dia.

 

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya