Tiga Jalur Tengkorak di Sumsel yang Rawan dan Penuh Cerita Mistis

Noni Belanda, pocong hingga tuyul kerap bayangi pengendara

Palembang, IDN Times - Jalan lintas Pagar Alam dan Lahat yang menghubungkan dua wilayah dataran tinggi di Sumatra Selatan (Sumsel) bagian barat, bisa disebut sebagai jalur tengkorak di Bumi Sriwijaya. Kondisi geografis yang dipenuhi perbukitan dan jurang yang dalam, membuat wilayah tersebut menjadi rawan.

Jalur tersebut dibuat sejak zaman kolonial Belanda, sebab Kota Pagar Alam menjadi wilayah perkebunan teh ketika itu. Ada dua kecelakaan besar yang terjadi selama jalan tersebut dioperasikan, yakni kecelakaan di Liku Endikat tahun 1993 dan terakhir kecelakaan Liku Lematang akhir Desember 2019 lalu, hingga merebut 41 orang korban jiwa.

"Kalau di Liku lematang dan Liku Endikat itu memang banyak 'penunggu'. Mulai dari sosok pocong, kuntilanak merah berupa noni Belanda hingga tuyul. Mereka memang suka mengganggu pengemudi yang melintas tidak sopan," ungkap Ketua Pesangrahan Daulat Ing Suro, Gagak Suro kepada IDN Times, Kamis (5/10/2020).

1. Minta warga selalu berdoa jika melewati jalur Lahat-Pagar Alam

Tiga Jalur Tengkorak di Sumsel yang Rawan dan Penuh Cerita MistisWarga Desa Prahu Dipo dan petugas berjaga-jaga di jalan Lku Lematang, Pagaralam, lokasi jatuhnya Bus Sriwijaya/IDN TImes/Istimewa

Menurut Gagak, dirinya bercerita dari kejadian nyata tahun 2018 lalu yang menimpa dirinya saat melintas di wilayah Liku Lematang. Mobil yang ditumpanginya jatuh ke jurang, tepat di lokasi kejadian Bus Sriwijaya tahun 2019.

Saat itu, dirinya mengatakan ada beberapa gangguan dari mahluk halus yang menyebabkan mobil bisa terjatuh. Beruntung seluruh penumpang hanya mengalami luka-luka akibat kejadian tersebut.

"Sopir bilang ada sosok cewek di belakangnya. Kalau pocong suka menampakkan diri di depan mobil, sedangkan tuyul muncul saat mobil terjatuh," jelas dia.

Jalur yang dulunya hutan belantara dibangun di atas jalur tebing. Kondisi yang berliku secara tak kasat mata memiliki gangguan dari mahluk halus. Antara percaya dan tidak, Gagak menyarankan bagi pengemudi yang melintas agar tak menyalakan musik, berlaku sopan, dan tetap berdoa ketika melintasi jalur itu.

"Banyak orang yang celaka karena terkejut ada penampakan. Apa lagi tempatnya dulu memang hutan belantara tempat orang diculik dan dibunuh," jelas dia.

Baca Juga: Bripka Bobby Tewas Setelah Mobilnya Tabrak Angkot di Lubuk Linggau

2. Kecelakaan di Liku Pematang dan Endikat terjadi karena tiga faktor

Tiga Jalur Tengkorak di Sumsel yang Rawan dan Penuh Cerita MistisANTARA FOTO/Handout/Dok Basarnas Palembang

Dikonfirmasi terpisah, Kapolres Pagar Alam AKBP Dolly Gumara menuturkan, wilayah Liku Lematang dan Liku Endikat merupakan wilayah pegunungan yang berliku dan curam sehingga rawan terjadi kecelakaan dan menjadi jalur tengkorak. Faktor alam menjadi salah satu penyebab kecelakaan sering terjadi di sana.

"Mengacu pada jalur liku Endikat dan Liku Lematang karena memang wilayahnya rawan longsor dan rawan kecelakaan. Di sana kan jalan berliku daerahnya, tebing dan tanjakan tajam. Oleh sebab itu kecelakaan banyak dipengaruhi oleh kerawanan alamnya, seperti itu," ungkap Dolly.

Menurutnya, banyak faktor yang memengaruhi terjadinya kecelakaan di dua jalur tengkorak. Selain faktor alam yang berkelok, faktor manusia dan kendaraan juga menentukan. Menurutnya, kedua faktor tersebut selalu menjadi penyebab kecelakaan setelah dilakukan investigasi. Dari dua kejadian kecelakaan besar yang merenggut korban jiwa, dirinya menuturkan selalu ada faktor kelalaian manusia dan kendaraan.

"Paling banyak terjadi pada kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Karena kerawanan tinggi di sana, kita saran siapkan kendaraan dan orangnya agar dalam kondisi prima. Kalau gak siap bisa fatal," tutur dia.

Dolly juga menambahkan, kejadian kecelakaan berujung maut, luka dan cedera, memang banyak terjadi di dua lokasi tersebut. Tim dari Polres Pagar Alam meminta masyarakat menyiapkan kondisi fisik yang prima bagi kendaraan dan fisik agar hal yang tidak diinginkan bisa terhindar.

"Kita sudah melakukan langkah pengamanan di dua lokasi dengan memasang rambu peringatan dan menurunkan tim untuk patrol. Apa lagi saat musim hujan akan menjadi lebih rawan karena jalanan licin dan longsor," jelas dia.

Baca Juga: Polda Sumsel Serahkan Berkas Kecelakaan Bus PO Sriwijaya di Pagaralam

3. Berharap jembatan Lematang dapat dibangun untuk kurangi kerawanan

Tiga Jalur Tengkorak di Sumsel yang Rawan dan Penuh Cerita MistisPetugas gabungan saat melakukan evakuasi korban Bus Sriwijaya, di Desa Prahu Dipo, Pagaralam/IDN Times/Istimewa

Camat Dempo Tengah, Hafiz Ramadhan, membenarkan wilayahnya rawan kecelakaan terutama di Liku Lematang dan Liku Endikat. Wilayah tersebut menjadi jalur utama untuk mengangkut hasil perkebunan Pagar Alam.

"Jalan dan jembatan itu tetap dipertahankan sampai sekarang, dan terus mengalami perkembangan dari masa ke masa hingga menjadi jalan nasional. Memang untuk kejadian kecelakaan banyak dipengaruhi oleh faktor infrastruktur, jalannya curam, dan perbukitan yang rawan longsor," tutur dia.

Hafiz berharap setelah kejadian Bus Sriwijaya yang terjun ke jurang saat melakukan perjalanan dari Bengkulu tahun lalu, menjadi catatan bagi pemerintah daerah dan pusat agar segera membangun Jembatan Lematang baru untuk memotong jalur berliku. Jembatan itu sempat digadang-gadang akan dibangun oleh Gubernur Sumsel, Herman Deru.

"Jembatan sangat penting. Selain mengurangi risiko kecelakaan, jembatan itu juga dapat memotong jarak tempuh dan bisa dijadikan ikon baru pariwisata," tutur dia.

4. Jalur Bypass Soekarno Hatta Palembang kerap terlihat orang menyebrang

Tiga Jalur Tengkorak di Sumsel yang Rawan dan Penuh Cerita MistisIlustrasi Kecelakaan (IDN Times/Arief Rahmat)

Jalur lain yang dianggap rawan dan mistis berada di Jalan Soekarno Hatta Palembang. Beberapa cerita bahkan menyebutkan, banyak pengendara melihat penampakan orang menyeberang. Pengendara yang terkejut lantas terjatuh hingga terjadi kecelakaan.

Ketua Supranatural Sumsel, Hang Sholahudin menuturkan, dirinya sering merasakan kehadiran makhluk halus di sepanjang Jalan Soekarno Hatta saat melintas. Selain faktor kelalaian, dirinya tidak menampik banyaknya kecelakaan di jalan Bypass tersebut mengakibatkan banyak nyawa melayang.

"Kecelakaan di jalan tidak bisa dilepaskan oleh faktor mahluk gaib. Memang jalan sepi dan sering terlihat bayangan orang menyeberang sekelebat. Intinya kita jangan lupa berdoa," tutur dia.

5. Human Error menjadi faktor utama kecelakaan di Palembang

Tiga Jalur Tengkorak di Sumsel yang Rawan dan Penuh Cerita MistisIlustrasi Kecelakaan (IDN Times/Sukma Shakti)

Kanit lantas Polrestabes Palembang, Iptu Sucipto memiliki pandangan lain soal kecelakaan lalu lintas di jalan Bypass Soekarno-Hatta. Menurutnya, kelalaian pengemudi jadi faktor utama kecelakaan. Kondisi jalan lurus membuat pengendara hilang fokus hingga menabrak median dan keluar jalur.

"Beberapa kita temui banyak kejadian ada yang mengantuk, oleng karena tidak fokus dan membawa kendaraan dengan kecepatan tinggi. Ada yang main handphone saat bermotor lalu jatuh. Banyak faktor human error," jelas dia.

Sucipto menambahkan, meski jalan Bypass Soekarno Hatta sering terjadi kecelakaan namun tidak bisa dikatakan sebagai jalur black spot atau tengkorak. Jalanan di Palembang secara umum menurut Sucipto tak ada memiliki tempat yang bisa disebut wilayah tengkorak.

"Black spot itu ada penilaiannya, yakni di sepanjang TKP radius 500 meter selama 5 tahun ada kejadian kecelakaan dengan bobot nilai lebih 30, kriterianya 10 meninggal, luka berat 5, luka ringan 1 dalam satu kejadian. Kalau memenuhi unsur itu baru bisa dikatakan jalur tengkorak. Jadi Soekarno Hatta hanya rawan laka saja," tutup dia.

Baca Juga: Fakta-fakta Kecelakaan Truk Maut di Puncak Bogor yang Tewaskan 5 Orang

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya