Sopir Truk Batu Bara Mengeluh Sering Diteror Lewat Lemparan Batu

Sopir waswas saat lewat Jalan Lintas Sumatra di malam hari

Muara Enim, IDN Times - Para sopir truk angkutan batu bara harap-harap cemas setelah marak kasus pelemparan batu ke kaca mobil. Peristiwaw pelemparan batu bukan pertama kali terjadi, namun sudah berulang hingga merusak truk yang mereka kendarai.

Kasus pelemparan batu tersebut hingga kini belum pernah terungkap. Penyerangan oleh Orang Tidak Dikenal (OTK) membuat para sopir waswas menjadi korban selanjutnya.

"Saya mengalami pelemparan itu pada Senin, 10 Juli 2023. Kaca depan mobil pecah terkena lemparan batu, tetapi saya masih selamat," ungkap seorang korban bernama Harun, Senin (17/7/2023).

Baca Juga: Truk Baru Bara Rem Blong Picu Kecelakaan Beruntun di Muara Enim 

1. Sopir terluka dilarikan ke rumah sakit

Sopir Truk Batu Bara Mengeluh Sering Diteror Lewat Lemparan BatuMobil truk angkut batu bara di Muara Enim jadi korban penyerangan OTK (Dok: istimewa)

Para sopir mengeluh tidak ada perlindungan keselamatan bagi mereka. Kejadian pelemparan batu makin masif dan tercatat sudah sekitar 25 kali terjadi. Pelemparan batu tersebut tidak hanya membuat mobil yang dikendarai rusak, karena baru-baru ini seorang sopir truk batu bara harus dilarikan ke rumah sakit karena terluka.

"Sekilas saya lihat mereka ada di pinggir jalan ketika melempari truk dengan batu. Kemudian saya berhenti untuk melihat ke belakang, dan mereka sudah kabur menggunakan sepeda motor," jelas dia.

Harun menerangkan, peristiwa pelemparan batu tersebut berada di jalan Lintas Baturaja-Muara Enim tepatnya di Kecamatan Lawang Kidul, Muara Enim. Jika malam hari, lokasi yang sepi tanpa penerangan membuat pelaku sulit diendus. Lokasi pelemparan bisa dikatakan sebagai titik buta bagi pengemudi karena jalan tak memiliki penerangan.

"Selain tidak punya penerangan, juga tidak ada patroli polisi. Jika dibiarkan, para sopir akan terus waswas. Jika sudah ada sopir yang diserang, kami lebih memilih menunggu di pool hingga jalanan benar-benar sudah sepi untuk melanjutkan perjalanan," jelas dia.

Baca Juga: Angkutan Batu Bara Diprotes, Gubernur Sumsel Akan Evaluasi Perusahaan

2. Penyerangan berpengaruh pada pendapatan

Sopir Truk Batu Bara Mengeluh Sering Diteror Lewat Lemparan BatuMobil truk angkut batu bara di Muara Enim jadi korban penyerangan OTK (Dok: istimewa)

Hal serupa juga dirasakan sopir angkutan batu bara asal Lampung, Nurdiansyah. Teror di jalur tersebut berimbas pada pendapatannya. Para sopir yang takut untuk beroperasi berimbas pada target ritase yang menurun.

"Kalau dulu dalam sebulan saya paling sedikit bisa 25 ritase. Dengan kondisi sekarang, 20 ritase itu sudah beruntung. Apalagi waktu melintas di malam hari sudah diperpendek," jelas dia.

Penurunan ritase ini berkaitan dengan pengiriman batu bara yang juga membuat pendapatan jauh menurun drastis.

"Bagi kami ini seperti melintas di jalur gaza. Memang hanya batu yang dilempar, bukan bom, tapi mengancam jiwa dan keselamatan kami maupun pengendara lain," ungkap Nurdiansyah.

3. Penyerangan sopir sebagai efek domino

Sopir Truk Batu Bara Mengeluh Sering Diteror Lewat Lemparan BatuIlustrasi tongkang mengangkut batu bara (IDN Times/Yuda Almerio)

Pemerhati Sosial dari Yayasan Green Invite Sembilan, Sigit Raharjo, mengaku prihatin melihat kondisi tersebut. Dia menyayangkan pelemparan batu yang dilakukan oknum masyarakat.

"Sopir hanya bekerja, terlepas dari apapun pemicunya, mereka pekerja yang dilindungi. Mudah-mudahan bisa tertangkap dan lebih aman, semua bisa berjalan lancar," jelas dia.

Dampak yang sudah pasti muncul apabila jumlah batu bara yang dikirim dan dijual perusahaan Wilayah Muara Enim ini turun, juga berakibat pada pengurangan jam operasional transportir batu bara.

Efek domino yang dirasakan banyak pihak kata Sigit, adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang notabene justru merugikan warga Muara Enim sendiri. Apalagi sebagian besar pekerja lokal merupakan warga Muara Enim dan sekitarnya.

"Pemerintah sebagai pembina pengusaha batu bara diminta untuk mendorong seluruh perusahaan agar bisa bekerja sama membuat jalan khusus tersebut. Sehingga konflik atau gesekan dengan masyarakat bisa diminimalisir," tutup dia.

Baca Juga: Jalan Lintas Sumatra di Jambi Lumpuh Gara-gara Angkutan Batu Bara

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya