Songket Palembang Sebagai Akulutrasi Peradaban Kerajaan Sriwijaya

Warga diminta menyadari daerah lain punya warisan songket

Palembang, IDN Times - UNESCO menetapkan songket menjadi Warisan Budaya Non Benda Kemanusiaan milik Malaysia. Penetapan ini diharapkan tidak membuat Indonesia risau, sebab songket khas Malaysia dan Indonesia memiliki perbedaan.

Arkeolog dari Balai Arkeologi Sumatra Selatan (Sumsel), Retno Purwanti menyebutkan, letak geografis antara semenanjung Malaya dan Sumatra yang berdekatan, memungkinkan hubungan erat kebudayaan dapat tercipta. Tak sampai di sana, hubungan kedua negara dibuktikan dari banyak orang Indonesia yang berlabuh di Malaysia kemudian membawa budaya Indonesia terbawa.

"Jadi warga Palembang diharapkan jangan jumawa mengatakan bahwa songket hanya milik Palembang semata. Indonesia pun masih banyak kain songket khas daerah masing-masing seperti Jambi, Sumut, Bali, hingga Ternate. Mungkin juga ada di India dan Cina," ungkap Retno, Selasa (21/12/2021).

1. Banyak relief peninggalan Sriwijaya menampilkan songket

Songket Palembang Sebagai Akulutrasi Peradaban Kerajaan SriwijayaArkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Dr. Retno Purwanti, mengukur penemuan batu (IDN Times/Rangga Erfizal)

Retno menilai, songket sudah menjadi ciri budaya Sumsel sejak lama. Atau diperkirakan sejak masa Kerajaan Maritim Sriwijaya. Hal ini dibuktikan dengan peninggalan arca di Candi Bumi Ayu di Sumsel, Candi Mendut di Jawa Tengah, dan Candi Gumpung di Jambi. Ketiga candi itu menampilkan relief motif songket.

Belum lagi makam-makam raja kesultanan Palembang di abad 16-17 masehi turut menyertakan ciri khas songket.

"Songket Palembang menjadi lebih terkenal dibanding songket di wilayah lain, karena memiliki keunikan motif yang lebih banyak dari daerah lain," jelas dia.

Klaim Malaysia atas songket harus disikapi bijak oleh Indonesia, untuk memastikan budayanya tak lagi diklaim sepihak oleh negara lain. Menurut Retno, masih banyak budaya lain yang bisa diangkat Indonesia untuk diakui dunia.

"Indonesia masih memiliki kekayaan budaya yang berlimpah. Belum tentu budaya yang ada di Indonesia ada juga di Malaysia," beber dia.

Baca Juga: Songket Jadi Warisan Budaya Malaysia, Sumsel Desak Pusat Protes

2. Songket punya kaitan erat dengan hubungan dagang Sriwijaya

Songket Palembang Sebagai Akulutrasi Peradaban Kerajaan SriwijayaJenis Songket yang ada di Museum Balaputra Dewa Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Pernyataan Retno dibenarkan Budayawan Palembang, Ali Hanafiah. Menurutnya, ragam budaya dan corak songket Palembang membuat kain khas Sumsel itu lebih dikenal dunia luas.

Ali mencatat ada sekitar 50 motif songket dari Sumsel, di mana setiap motif membawa hikayat berbeda-beda. Salah satu yang terkenal adalah motif Janda Berais atau biasa digunakan oleh seorang janda. Lalu ada Bungo Cino yang erat kaitannya dengan bangsawan keturunan Cina.

Selanjutnya Limar Mentok yang berkaitan dengan cerita perkawinan Sultan di Muntok, Bangka Barat. Lalu Nago Besaung yang memiliki kaitan kepercayaan keturunan Cina di Palembang.

"Proses menenun erat kaitannya dengan masa Kedatuan Sriwijaya, di mana hubungan dagang yang erat. Ini dimulai saat sutra asal Siam, benang dari Cina dan India masuk. Orang Palembang membuat motifnya berasal dari kreasi mereka sendiri," jelas dia.

Baca Juga: UNESCO Akui Kain Songket Jadi Warisan Budaya Tak Benda Asal Malaysia

3. Perlu kesadaran literatur untuk angkat songket Palembang

Songket Palembang Sebagai Akulutrasi Peradaban Kerajaan SriwijayaProses pembuatan bolu motif songket di Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ali menambahkan, songket Malaysia dan Palembang atau songket Indonesia, secara umum memiliki perspektif budaya yang berbeda. Songket merupakan budaya Indonesia yang berasal dari serapan bahasa Melayu, yakni Sungkit atau mengait dan mencungkil. Songket Palembang erat kaitannya dengan kegiatan adat seperti perkawinan, akikah, ataupun prosesi kematian.

"Yang perlu dilakukan saat ini adalah kajian songket secara ilmiah, sehingga memunculkan literatur yang memadai. Selama ini, kajian ilmiahnya yang kurang," tutup dia.

Baca Juga: UMKM Songket Palembang Manfaatkan Tokopedia Raup Omzet Puluhan Juta

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya