Ribuan Babi Mati Mendadak di Palembang, Diduga Kena Virus Babi Afrika

Sampel masih diperiksa Balai Veteriner Lampung

Palembang, IDN Times - Sekitar seribu babi ditemukan mati mendadak dari peternakan di kawasan Talang Buruk, Kilometer 7 Palembang. Kematian hewan ternak itu secara beruntun diketahui sejak dua pekan setelah Idulfitri, atau 15 Juni 2020 lalu. Babi itu diduga mati akibat terserang penyakit Africa Swine Faver (ASF), atau Demam Babi Afrika.

"Tim dari Balai Veteriner Lampung kemarin sudah datang mengambil sampel. Memang saat ke sana (peternakan), babinya sudah habis semua. Sehingga tim hanya mengambil sampel dari kotoran babi itu," ungkap Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia Sumatra Selatan (PDHI Sumsel, drh. Jafrizal, Jumat (3/7).

1. Bibit babi dibeli dari Medan dan Lampung

Ribuan Babi Mati Mendadak di Palembang, Diduga Kena Virus Babi AfrikaUnsplash/Amber Kipp

Virus Demam Babi Afrika baru pertama kali terjadi di kota Palembang. Meski virus serupa sempat menyebar di provinsi lain seperti Sumatra Utara, Batam, Lampung dan Bali. Dari pengakuan peternak, mereka membeli bibit babi dari luar wilayah untuk dibesarkan di Palembang.

"Ada dua kemungkinan bisa dari Lampung atau Medan. Karena saat kita telusuri, bibit babi ini dibeli dari Lampung dan Medan," ujar dia.

Baca Juga: Peternak Ayam Keluhkan Pancaroba, Picu Hewan Ternak Stres dan Tetelo

2. Virus demam babi tidak berbahaya bagi manusia

Ribuan Babi Mati Mendadak di Palembang, Diduga Kena Virus Babi Afrika(Ilustrasi) IDN Times/Wayan Antara

Saat pertama kali mendapat info terkait banyaknya babi mati yang mendadak, Jafrizal mencatat ada 878 babi yang mati. Babi tersebut lalu dikubur oleh pemiliknya agar wabah tidak meluas. Demam Babi Afrika diketahui merupakan penyakit yang menyerang sesama babi dengan masa inkubasi 4 sampai 14 hari. Vaksin virus untuk babi ini juga belum ditemukan.

"Virus demam babi ini tidak berbahaya bagi manusia, karena penularannya antar babi. Berbeda kalau Flu Babi. Tapi kita memastikan terlebih dulu dari hasil pemeriksaan sampel, apakah babi tersebut mati karena virus ASF atau H1N1," jelas dia.

3. Virus dapat bertahan tiga bulan di kandang

Ribuan Babi Mati Mendadak di Palembang, Diduga Kena Virus Babi AfrikaIDN Times/Wayan Antara

Dirinya berharap, ke depan peternak babi dapat melapor jika kembali akan beternak. Hal itu dilakukan agar Dinas Peternakan dan Balai Veteriner bisa ke lapangan melakukan pengecekan.

Sebab menurutnya, selama ini babi-babi tersebut tidak pernah dilaporkan Saat terjadi kematian mendadak atau misterius, pihaknya tidak sempat mengambil sampel langsung.

"Akibat kematian ini banyak peternak yang takut, karena masa virus itu bisa bertahan tiga bulan di kandang. Kita juga usulkan ke peternak untuk mengurus administrasi kesehatan, dan izinnya," jelas dia.

4. Dinas Pertanian Pangan ambil sampel dari pedagang

Ribuan Babi Mati Mendadak di Palembang, Diduga Kena Virus Babi AfrikaFoto hanya ilustrasi. (Dok.IDN Times/Satpol PP Makassar)

Kepala Dinas Pertanian Pangan Kota Palembang, Sayuti mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil sampel yang diperkirakan memakan waktu satu minggu. Pihaknya bersama balai, sempat kesulitan karena tidak lagi menemui babi yang berpenyakit.

"Kita ambil sampel yang tersisa seperti darah sisa babi, kotoran, dan daging babi yang berada di pasar. Selanjutnya, kita tunggu hasil pemeriksaan," tandas dia.

Baca Juga: Flu Burung Serang Unggas di Palembang,  Ini Respons Dinas Peternakan 

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya