Perjuangan Bu Komariah Membangun Mimpi Siswa SD Filial di Banyuasin

Bu Komariah sendirian mengajar semua siswa di sekolah

Banyuasin, IDN Times - Anak-anak harus mendapat akses pendidikan meski mereka harus berjuang dalam keterbatasan. Ungkapan itu menjadi prinsip bagi Siti Komariah (31), guru SD Muhammadiyah 4 Filial di Desa Saluran, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin.

Ia akrab disapa Bu Komariah oleh anak-anak di sekolah sebelum dan selama pandemik. Dirinya memilih mengabdikan diri mengajar anak-anak di desa yang terletak di perbatasan Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin tersebut.

Dirinya sudah delapan tahun mengabdikan diri di dunia pendidikan. Ia tak sedikit pun mengeluh mengajarkan anak-anak desa dengan keterbatasan ekonomi, meski Komariah bisa saja memilih mencari pekerjaan lain yang lebih baik di luar. Namun, rasa tanggung jawab terhadap pendidikan anak desa yang harus dilaksanakan.

"Saya masih mengajar di sini seperti biasa. Sebagai seorang guru, saya memiliki tanggung jawab untuk membagikan ilmu yang saya miliki ke anak-anak," ungkap Siti Komariah kepada IDN Times, Kamis (26/8/2021).

1. Semangat Komariah jaga mimpi siswa tidak padam

Perjuangan Bu Komariah Membangun Mimpi Siswa SD Filial di BanyuasinKondisi SD Muhammadiyah 4 Filial Banyuasin (IDN Times/Rangga Erfizal)

Komariah menjadi sosok guru yang luar biasa bagi murid-muridnya. Ia mengajar 21 anak Desa Saluran yang memiliki semangat untuk meraih pendidikan. Komariah bercerita, baru-baru ini dirinya harus memperjuangkan anak didiknya untuk meraih beasiswa agar tidak putus sekolah hanya sampai SD.

Dirinya sempat didatangi seorang donatur yang menjanjikan memberi beasiswa hingga anak-anak yang diajarnya dapat meraih pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Komariah menganggap itu sebagai peluang yang harus dikejar anak didiknya.

"Donatur itu sempat memberi janji beasiswa kepada saya, orangtua, dan siswa. Selepas ujian kelulusan, saya teringat janji itu dan saya kejar untuk mengurusnya. Walaupun mereka bukan anak kandung, tapi saya tetap berjuang agar mimpi mereka untuk pendidikan tidak padam," ujar dia.

Selama masa libur sekolah jelang tahun ajaran baru, Komariah mengurus berkas-berkas yang dibutuhkan muridnya untuk mendapat beasiswa. Dirinya keluar desa, melakukan perjalanan satu jam ke Palembang untuk memperjuangkan janji donatur tersebut.

"Alhamdulillah, donatur itu menepati janjinya sehingga anak-anak dapat melanjutkan pendidikan. Saya berprinsip anak-anak ini walaupun keluar desa, mereka akan maju. Itu akan berguna bagi kehidupan mereka kelak, pun untuk desa dan masyarakat luas," ujar dia.

Baca Juga: Prioritaskan Pendidikan, 10 Artis Ini Tamatan Sekolah Internasional

2. Banyak godaan untuk meninggalkan sekolah

Perjuangan Bu Komariah Membangun Mimpi Siswa SD Filial di BanyuasinKondisi SD Muhammadiyah 4 Filial Banyuasin (IDN Times/Rangga Erfizal)

Sebagai sekolah cabang, kondisi bangunan tempat mereka belajar cukup memprihatinkan dibanding sekolah lain. Namun, dirinya tetap berprinsip untuk konsisten demi kelangsungan pendidikan seluruh muridnya. Komariah sempat merasakan masa-masa sulit dalam mengajar anak-anak di desa.

Tiga tahun silam, banyak guru-guru yang memilih keluar dari sekolah cabang tersebut. Tinggal dirinya seorang yang berjuang. Godaan untuk meninggalkan murid-muridnya pun sempat dirasakan Komariah.

"Saya terpanggil untuk memberikan ilmu ke anak-anak, karena di desa tidak ada tenaga pendidik lain. Mau tidak mau harus turun agar sekolah dapat bertahan," ujar dia.

3. Tetap berlakukan sekolah tatap muka akibat keterbatasan

Perjuangan Bu Komariah Membangun Mimpi Siswa SD Filial di BanyuasinIlustrasi belajar daring di tengah pandemik COVID-19 yang kian masif di Indonesia (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)

Sejak awal pandemik, ia tetap menjalankan belajar tatap muka. Komariah mengaku keputusan tersebut bukan bermaksud untuk menentang kebijakan pemerintah, tetapi karena keterbatasan yang memaksa mereka harus bertahan.

Para murid tetap semangat bersekolah. Mereka tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes) untuk meminimalisir anak-anak terpapar virus.

"Kalau online kita khawatir anak-anak tidak akan bisa, karena tidak semua anak dan orangtua di sini punya gawai untuk kapasitas online," jelas dia.

Baca Juga: Kualitas Pendidikan di Sumsel Merosot Akibat PJJ Berkepanjangan

4. Komariah mengajar 21 anak dalam satu kelas

Perjuangan Bu Komariah Membangun Mimpi Siswa SD Filial di BanyuasinBelajar online. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

Para murid yang diajar oleh Komariah berasal dari masyarakat kelas bawah. Orangtuanya rata-rata bertani atau menjadi buruh sadap karet di desa tersebut. Kondisi mereka membuat Komariah membangun mimpi kepada anak-anak yang dibimbingnya dengan cita-cita tinggi.

"Ini sudah masuk tahun ketiga saya masih mengajar sendirian, belum ada tambahan guru. Kalau dari saya inginnya ada guru tambahan. Namun aturan sekolah, satu guru minimal memegang 20 siswa sedangkan murid saya ada 21," jelas dia.

Kalau dibilang repot, Komariah sempat angkat tangan pertama kali. Ada 21 orang yang harus dibimbing di tengah keterbatasan pengajar. Apa lagi, dirinya juga merupakan seorang ibu dengan anak kecil yang harus dijaga di rumah.

"Ibu sih merasa repot harus mengajar anak kelas 1-6 dengan 21 siswa. Jadi saya harus mengajar mereka secara bergantian dengan pola bergilir. Kelas 1 dan 2, lalu 3 dan 4, 5 dan 6. Materi pun seluruh pelajaran. MTK, IPA, IPS, PKN, Muatan Lokal yang diajarkan berbeda hari," jelas dia.

5. Prinsip mulia Bu Komariah

Perjuangan Bu Komariah Membangun Mimpi Siswa SD Filial di Banyuasin(Ilustrasi pendidikan) IDN Times/Sukma Shakti

Komariah memilih bertahan di tengah situasi tidak menentu. Harapannya terus menyala karena semangat anak-anak untuk belajar yang tinggi. Semangat itulah yang selalu dipegang Komariah hingga bisa bertahan sebagai pengajar, meski gaji yang diterimanya dari sekolah tidak besar dan sering terlambat.

Gaji yang diterima Komariah jauh dari kata layak, hanya sekitar Rp500.000 per bulan. Dirinya terkadang menggunakan gaji untuk membeli peralatan sekolah jika dibutuhkan.

"Siapa sih yang mau dibayar dengan gaji kecil yang untuk hari-hari saja tidak cukup. Kalau tidak ada keikhlasan hati, gak akan sanggup saya. Saya hanya berpikir bagaimana SDM desa mau dibentuk kalau tidak dari sektor pendidikan," pungkas dia.

Baca Juga: Pemkot Palembang Klaim Konsisten Tingkatkan Pendidikan Sekolah Filial

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya