Kronologi Pelarian Pekerja Asal Palembang dari Jerat Agency TKI Ilegal

Kisah dua saudara lepas dari sindikat perdagangan manusia

Palembang, IDN Times -Tingginya hasrat masyarakat Indonesia yang ingin mengubah nasib mencari peruntungan di negeri orang, membuat publik lalai dan tidak melihat lagi jelas atau tidaknya agency penyalur tenaga kerja yang mereka tuju.  

Nah, agency penyalur tenaga kerja yang bisa membuat masyarakat Indonesia tergiur ini, banyak muncul di media sosial, salah satunya di Facebook. Singkatnya, bagi mereka yang sudah masuk perangkap, akan sulit keluar dari jebakan tersebut. Bukannya mendapat pekerjaan yang diinginkan, tapi harus merelakan dirinya sengsara di negeri orang.

Karena bermula dari informasi di Facebook inilah, membuat dua saudara sepupu, VA (22) dan NZ (22) asal Palembang, dijual oleh sindikat perdagangan orang ke Malaysia. Impian untuk bekerja sebagai kasir dan waiters harus pupus, setelah dipaksa menjadi pembantu di negeri Jiran itu.

Saat IDN Times mendatangi kediaman orang tua VA di kawasan Sekip Bendung, Kecamatan Kemuning, Palembang, Jumat (8/11), baik VA dan NZ masih terlihat shock. Keduanya belum berani keluar rumah untuk melakukan aktivitas seperti biasa.

"Kami pertama melihat iklan lowongan kerja di Facebook, dengan gaji 1.200 ringgit atau sekitar Rp4 juta sampai Rp5 juta. Mereka pun menjanjikan pekerjaan yang layak selama 8 jam, dan cuti di akhir pekan," ujar VA mengawali ceritanya.

1. Tergiur dari lowongan kerja yang ada di Facebook

Kronologi Pelarian Pekerja Asal Palembang dari Jerat Agency TKI IlegalNZ menujukan lowongan kerja yang menjerat mereka (IDN Times/Rangga Erfizal)

VA mengungkapkan, semua kisah yang dialami mereka itu bermula ketika ada lowongan kerja yang menjanjikan di Facebook pada 21 Agustus 2019 lalu. Kemudian VA mengontak nomor telepon yang tertera di akun itu, dan terhubung dengan seseorang bernama Linda. Dalam komunikasi tersebut, Linda mengaku memiliki perusahaan penyalur tenaga kerja di Surabaya, Jawa Timur (Jatim).

Tidak ada rasa curiga sama sekali dalam diri VA. Setelah bertanya tentang sistem kerja dan kesempatan yang akan di dapat, VA tidak langsung menyetujui pekerjaan tersebut. VA juga akan mengabari Linda, bila pengumuman lamaran kerjanya di salah satu perusahaan BUMN sudah diumumkan, yakni pada 30 Agustus.

"Tanggal 24 Agustus Linda menghubungi kita, dan saya bilang mau izin ke orangtua dulu. Rencananya saya dengan NZ yang melamar untuk jadi waiters dan kasir. Saya sempat tanya-tanya bagaimana sistem kerjanya, lalu dijelasin sama Linda itu," ungkap dia.

Setelah 24 Agustus, Linda kembali menghubungi dan melakukan interview VA dan NZ pada tanggal 28 Agustus. Untuk lebih meyakinkan, Linda memberikan nama perusahaan yang di kemudian diketahui VA dan NZ merupakan perusahaan fiktif. Menurut VA, Linda mengirimkan alamat dan nama perusahaan beserta foto perusahaan  PT Putra Duta Pembangunan.

"Linda meminta dikirimkan data-data seperti akta kelahiran, KTP, piagam, dan surat-surat identitas lainnya. Saya kirim lewat Whatsapp. Kemudian, tanggal 30 tanpa ada aba-aba sudah ada tiket untuk kami berdua agar berangkat ke Surabaya pada tanggal 4 September," jelas dia.

2. Berangkat dari Palembang ke Surabaya dibawah ancaman agency

Kronologi Pelarian Pekerja Asal Palembang dari Jerat Agency TKI IlegalTergiur loker dari Facebook (IDN Times/Rangga Erfizal)

Saat akan berangkat itulah, VA dan NZ mulai merasakan hal yang janggal. Karena mereka terbang ke Surabaya dibawah ancaman Linda, agar tidak menceritakan kepergian ke Malaysia, dan hanya boleh mengatakan akan bekerja di Surabaya sebagai waiters dan kasir.

"Kami tidak mau berangkat, tetapi mereka mengancam kalau tidak berangkat akan dilaporkan ke polisi karena penipuan. Mereka bilang data kami dipegang. Jadi kami takut kalau tidak berangkat. Kami hanya boleh mengatakan pergi kerja ke Surabaya, bukan ke Malaysia," jelas VA yang mengingat setiap detail kejadian.

Ketika akan berangkat, VA dan NZ izin kepada orangtua mereka untuk bekerja di Surabaya. Walau orangtua mereka sempat menentang keberangkatan tersebut, tetapi tetap saja VA dan NZ tidak memberitahukan bahwa mereka akan bekerja ke Malaysia.

Hari keberangkatan tiba, VA dan NZ terbang dari Bandara Sultan Mahmud Baddaruddin (SMB) II Palembang ke Bandara Juanda, Surabaya, pada sekitar hari Rabu, (4/10) dan tiba sekitar pukul 12.00 WIB. Setelah dua jam menunggu di bandara, keduanya baru dijemput Linda dan Emil beserta anak-anaknya, sekitar pukul 14.00 WIB.

"Kami berkomunikasi dengan Linda lewat WA, jadi ketika ketemu di bandara saya dan Linda beserta suaminya dan anaknya langsung pergi dari bandara. Kami tidak langsung ke perusahaan yang dijanjikan, tetapi menemani Linda menjenguk orang tuanya di rumah sakit di Malang. Kami belum curiga saat itu, karena masih berpikir ya sudah paling menjenguk sebentar," terang VA.

3. VA dan NZ diinapkan di rumah sang agency di Blitar selama tiga pekan tanpa kejelasan

Kronologi Pelarian Pekerja Asal Palembang dari Jerat Agency TKI IlegalMasih banyak warga Indonesia yang bekerja tanpa kejelasan di luar negeri maupun tertipu agency (IDN Times/Rangga Erfizal)

Setelah dari rumah sakit di Malang, keduanya kembali diajak Linda ke rumahnya yang berada di Blitar dan diajak menginap disana. Linda beralasan, bila tidur di perusahaan, tidak cukup tempat karena sempit. Mendengar alasan Linda, kedua saudara sepupu itu masih bisa menerimanya. Hanya saja, VA dan NZ harus menunggu di Blitar selama tiga pekan tanpa kejelasan.

"Linda juga bilang ke kami, kalau suaminya berasal satu daerah dengan kami. Mengakunya dari Lahat Sumsel. Dari logat pun Sumatera, jadi kami komunikasi di rumah itu, seperti sehari-hari saja, masih percaya di situ. Terus Linda cerita nanti akan ada orang Prabumulih juga yang datang setelah kami. Mereka juga bilang tidak hanya Malaysia, tetapi juga menyalurkan ke Arab, dan Dubai," kata VA.

4. Dua saudara ini harus berpindah-pindah lokasi dari satu rumah ke rumah lain

Kronologi Pelarian Pekerja Asal Palembang dari Jerat Agency TKI IlegalRumah orang tua VA di Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)

Setelah melewati masa tiga pekan di Blitar, barulah ada kesan curiga dalam diri VA dan NZ. Hanya saja, keduanya masih berhati-hati karena belum tahu akan apa yang terjadi nantinya.

Dibalik kecurigaan keduanya, pada Senin (16/9), Linda mengatakan ke pada VA dan NZ untuk bersiap-siap, karena akan berangkat ke rumah bosnya Linda bernama Agus, di Tulung Agung, untuk membuat paspor. Dari sinilah, kecurigaan mereka dua semakin menjadi setelah di briefing untuk membuat pengakuan berbeda di loket imigrasi.

"Kami diminta ngomong kalau kami ke Malaysia untuk liburan, jangan bilang bekerja, karena kalau bilang bekerja paspor tidak jadi. Kami di briefing di parkiran Imigrasi Surabaya. Di situ banyak orang suruhan yang mengawasi kami. Saat sampai di imigrasi ada 12 orang, 1 cowok. Sampai imigrasi sekitar jam 1 siang," jelas dia.

VA melanjutkan, agar tidak mengundang kecurigaan pihak imigrasi dan kepolisian, maka sebanyak 12 orang termasuk dirinya, diminta masuk satu per satu. Saat itu, VA terpaksa melakukannya karena di bawah ancaman dan selalu di awasi oleh orang suruhan.

"Sopir yang membawa kami ke imigrasi bilang, Kalau kalian ditanya orang imigrasi bilang saja mau melancong. Kalau kamu bilang untuk bekerja pasti tidak jadi. Dalam rombongan itu ada yang dari Maluku, Bandung, Lampung, Palembang, ada dari Jawa Timur. Di imigrasi ada orang yang mengawasi. Jam 17.00 WIB baru semuanya beres," ujar VA.

5. VA dan NZ mulai berpisah di Batam, dibawa ke Johor bertemu para TKI ilegal lainnya, hingga diminta untuk membakar sajadah, Alquran dan lainnya saat tiba di Pahang

Kronologi Pelarian Pekerja Asal Palembang dari Jerat Agency TKI IlegalVA dan NZ tidak menyangka akan menjadi korban perdagangan manusia (IDN Times/Rangga Erfizal)

Paspor dan dokumen keberangkatan sudah siap semua oleh si agency, namun VA dan NZ mendapat kabar lagi bahwa pekerjaan mereka berubah, yang tidak sesuai dengan kesepakatan awal. VA kesal dan sempat memprotes, namun tidak bisa berbuat apa-apa.

Masuk 23 September malam, VA dan NZ berangkat dari Bandara Juanda, Surabaya menuju Batam. Tiba di Batam, menjadi awal kisah perpisahan kedua saudara sepupu ini, hingga mereka harus bekerja di bawah sindikat perdagangan manusia internasional.

VA menuturkan, ketika di bawa ke Pelabuhan Batam Center, keduanya dipisah dengan menggunakan kapal berbeda hingga sampai ke Johor. Keduanya hanya dijanjikan akan bertemu di Johor, namun tidak pernah kesampaian. VA kemudian dijemput orang Malaysia bernama Yusuf.

Yusuf juga yang mengajak VA bermalam di rumahnya di perumahan Austin Perdana, Johor, nomor 26/6. VA tidak sendirian, ada 6 orang yang bernasib sama dengannya. Saat melihat enam orang itu, VA menyadari bahwa mereka di tipu oleh agency penyaluran tenaga kerja. Suara tangisan juga didengarkan VA setelah tiba di rumah tersebut.

Semalam menginap di rumah Yusuf, Selasa, 24 September 2019, VA kembali diantar Yusuf ke sebuah terminal Bus, Larkin Johor, untuk ke rumah Agency berikutnya di Pahang. Sementara, semua identitas VA, termasuk telepon seluler (ponsel) ditahan dan dititipkan dengan sopir bus setempat. Dengan kondisi perut yang masih kosong selepas meninggalkan Batam, VA terus menahan lapar sampai ke Pahang.

Untuk sampai ke Pahang, membutuhkan waktu 6 jam perjalanan darat menggunakan bus dari Johor. Saat tiba di Pahang, VA terkejut karena seluruh barangnya mulai dari sajadah, mukena, Yassin dan tulisan arab (buatan ibunya) di minta untuk dibakar. Mereka meminta VA harus menerima hal itu, lantaran sudah menjadi peraturan di sana.

"Saya mau diantar ke rumah agen KSM Indah di Pahang, semua ditahan mulai dari SIM, identitas, Alquran, tulisan arab, yassin, baju panjang dibakar. Karena tidak boleh," kata dia.

Setelah sampai di agency terbaru itu, kemudian VA melakukan medical check up dan baru diminta untuk persiapan bekerja di rumah dan minimarket milik majikannya yang baru.

"Saya tidak tahu nama, taunya manggil bos saja, aku disuruh bangun jam setangah 3 pagi sampai jam 7 kerja mengurusi rumah, mandikan anaknya, sampai bikin sarapan. Jam 7 aku harus ke kedai, lepas jam 10 aku masak untuk beres-beres di lantai dua minimarket. Jam setengah 12 aku kerja lagi. Jam 3 aku masak lagi dan menyiapkan makanan anjing. Balik ke rumah sore kerja seperti PRT lagi. Bos saat itu bilang, boleh makan kalau kita makan, kita tidur kalau mereka tidur," tutur dia.

Karena tidak bisa masak, VA dikembalikan ke agency dan mendapat caci maki dari pemilik agency. Bermacam siksaan didapat VA, mulai dari ditampar, di jewer, ditendang dan siksaan lainnya. Pihak agency sengaja VA disiksa di ruang tamu, karena di situ satu-satunya ruang yang tidak memiliki kamera CCTV.

Selepas kembali ke agen, VA menjalani hari-hari yang semakin kelam. VA menjadi petugas kebersihan harian yang disewakan per hari. Hingga tanggal 1 Oktober, Hasan Basri, warga Pahang, si pemilik rumah makan menjemputnya. Di sini ada 12 pekerja Indonesia lain yang ilegal bekerja. Namun, VA tidak kehilangan akal untuk meminta bantuan.

Bekerja sebagai pembuat minuman, VA lantas kerap meminjam ponsel pelanggan dengan bermodalkan kertas kecil dan menuliskan "Tolong Aku". Banyak pelanggan di sana yang bersimpati yang meminjamkan ponsel ke pada VA.

" Ada 5 orang yang nolong saya, mereka pinjam kan ponsel. Lalu saya menghubungi mamak di Palembang, kasih tau saya di Malaysia. Minta bantuan. Lalu mamak punya saudara dan minta tolong temannya orang Malaysia yang polisi untuk mendatangi saya," jelas dia.

6. Agency minta tebusan Rp30 juta kepada orang tua VA, kalau ingin kembali ke Palembang

Kronologi Pelarian Pekerja Asal Palembang dari Jerat Agency TKI IlegalVA dan NZ hanya dua orang yang masih selamat, masih banyak Warga Indonesia yang terlibat perdagangan manusia (IDN Times/Rangga Erfizal)

Usaha VA menghubungi orangtuanya, ada polisi yang mendatangi restoran tempat Hasan Basri. Benar saja, Hasan Basri sangat marah ketika ada orang suruhan keluarga VA mendatanginya. Lagi-lagi VA di kembalikan ke agency.

Usai polisi itu datanglah alur cerita mulai berubah, Hasan Basri marah saat mengetahui orang suruhan keluarga VA datang. Dirinya pun kembali dipulangkan ke Agency. Lantas, pihak agency berniat mengecoh keluarga VA dan Polisi Malaysia dengan memulangkan VA ke Batam, sebelum di bawa ke Malaysia lagi. VA sempat dimaki-maki karena melibatkan polisi.

"Itu tanggal 5 Oktober jam setengah 8 malam, saya ditarik agency. Saya di siksa lagi. Terus dia marah, setelah orang tidur saya disiksa lagi sama dia. Sekitar jam 3 subuh tanggal 9 Oktober, saya dikembalikan ke Indonesia ke agen yang ada di Batam. Bos Agency itu bilang kalau kamu mau pulang, bilang orangtua kamu harus tebus saya Rp30 juta. Dalam perjalanan ke Batam, aku cerita dengan dua perempuan orang Indonesia. Mereka mengubah dandanan saya, meminjamkan sepatu, baju dan jilbab, untuk mengubah tampilan agar tidak ketahuan agen yang di Batam," ungkap dia.

VA lalu dibantu orang Indonesia lainnya bernama Gufron, yang menyamar menjadi suami VA. Perjalanan ke pelabuhan Batam Center bukan tanpa hambatan. VA tetap diikuti agency tersebut setelah penyamarannya di ketahui. VA juga terpaksa berlari dari kejaran agency dan naik taksi untuk pergi dari tempat tersebut.

"Setelah berhasil kabur, saya baru ke rumah bibi saya, di sana ketemu mamak dan bapak. Baru dari sana saya ke Palembang lagi," jelas dia.

7. Beda kisah dengan VA, NZ sempat jatuh pingsan akibat kelelahan kerja dan sempat dipindahkan agency ke majikan lain

Kronologi Pelarian Pekerja Asal Palembang dari Jerat Agency TKI IlegalVA dan NZ bersyukur bisa berkumpul dengan keluarga (IDN Times/Rangga Erfizal)

Berbeda VA, jalan cerita NZ ternyata lebih lama tinggal di negeri Jiran itu sebagai pembantu. Setelah terpisah dengan VA, NZ juga dibawa agency penyaluran pekerja di Malaysia. Dirinya tidak mendapat makan sedikit pun sejak dari Batam Indonesia, hingga badannya lemas. Apa lagi dirinya juga khawatir dengan VA. Keduanya putus kontak lantaran ponsel mereka disita oleh agency.

Ketika terpisah dari saudara sepupunya VA, NZ diantarkan ke terminal bus di Johor untuk berangkat ke Pahang di rumah Agency Amelia. NZ hanya menangis selama beberapa hari, sehingga pihak agency Amelia menelpon agency milik Linda.

"Saya dengar agency di Malaysia marah-marah, kalau saya nangis terus. Mereka mengancam kalau saya masih menangis, VA akan di siksa," jelas dia.

Tiga hari di Agency Amelia, NZ pun kembali dipindahkan ke Agency 66. Di sana NZ di training selama dua minggu untuk menjadi pembantu, lantaran tidak memiliki keahlian dalam pekerjaan tersebut. Seingat NZ, ada 12 orang Indonesia juga yang di training di sana yang bernasib sama, dan tidak memiliki surat-surat izin bekerja.

"Lalu pada 9 Oktober 2019 malam, saya dikatakan oleh administrasi kantor untuk siap-siap. Karena besok pagi, majikan saya yang baru akan datang. Keesokan harinya memang saya dijemput dan langsung bekerja. Pekerjaan pertama saya mencuci baju tiga ember besar menggunakan tangan," kenang NZ.

Di rumah majikan yang baru ini, NZ menjalani hari yang lebih berat. Tanpa diberi istirahat, dia harus membersihkan rumah yang bak istana. NZ terkejut dengan luas rumah dari majikannya itu. Untuk ruang tamu saja, dirinya butuh waktu 3 jam membersihkannya. Belum lagi ruangan lain dari rumah berlantai dua yang memiliki 5 kamar dan 5 kamar mandi itu.

"Kamar mandinya gak boleh basah, harus tetap kering. Pokoknya rumah itu besar sekali. Saya di kasih makan satu hari sekali, itu pun sedikit karena diancam waktu saya tidak boleh terbuang," keluh NZ.

Pada suatu saat yang terlalu lelah, sore itu akhirnya NZ pingsan. Saat terbangun, dia sudah berada di dalam kamar. Tidak lama sadar dirinya, lalu NZ dijemput agency karena sang majikan melapor.

"Saya dianggap melakukan drama. Padahal saat ke dokter, saya dikatakan mengalami kekurangan darah. Lalu pemilik agency marah dan mengatakan menebus saya sebesar Rp35 juta. Setelah itu, selama satu minggu saya diasingkan, dari 10 Oktober saya tidak dihiraukan, makan tetap di kasih. Jadi lepas satu minggu, tanggal 17 Oktober malam, agency bilang besok ada bos baru," jelas dia.

Baca Juga: Pemprov Jatim Pulangkan 380 TKI Ilegal Selama 2018

8. Kisah pelarian NZ hingga akhirnya lepas, dimulai dari bermasalahnya paspor saat berada di Batam

Kronologi Pelarian Pekerja Asal Palembang dari Jerat Agency TKI IlegalMasih banyak warga Indonesia yang bekerja tanpa kejelasan di luar negeri maupun tertipu agency (IDN Times/Rangga Erfizal)

Cerita NZ pun kemudian berlabuh ke tangan majikan baru, seorang keturunan India di Malaysia. Meski cerewet, dirinya mengaku diberi sedikit kelonggaran. NZ kini berada di kawasan Kluang, Johor, Malaysia. NZ mengaku bekerja di sana dari tanggal 19 Oktober hingga tanggal 31 Oktober 2019 sebagai pembantu.

"Saya bekerja dengan orang India, saya boleh makan di sana, tetapi harus makanan India. Setiap habis makan aku muntah, karena makanan India banyak bawang dan karinya," ujar NZ mengingat masa menjadi pembantu.

Karena sebagai pekerja ilegal, NZ harus mengurus cap paspor ke Indonesia. Dia bersama anak majikan barunya, Arul, terpaksa ke Batam untuk mengurus identitasnya tersebut. Sampai di Batam, di daerah Nagoya, semua diatur sedemikian rupa agar tidak memancing kecurigaan.

Tanggal 1 November malam, NZ mengaku diajak Arul beserta pacarnya dan sopir orang Indonesia yang menjadi mata-mata Arul di Batam, untuk masuk ke clubbing di daerah sekitar.

"Aku gak tau nama clubnya, yang jelas mereka semua mabuk, aku hanya melihat saja. Baru tanggal 3 November saya diajak pulang ke Johor," jelas NZ.

Saat di loket imigrasi itulah paspor NZ bermasalah, dirinya harus menunggu 8 hari di Indonesia agar dapat kembali ke sana. Menurut VZ, Arul sempat kebingungan dan meninggalkan ponsel sekaligus membelikan simcard untuk dirinya agar bisa terus berkomunikasi.

"Saya dititipkan ke orang Indonesia tadi, saya tidak boleh keluar kamar. Hanya boleh menerima panggilan telepon dari Arul. Arul sempat telepon ketika sudah di tengah laut, memastikan saya di mana. Lalu saya bilang di kamar," jelas dia.

NZ pun memikirkan bagaimana dirinya kabur, dengan ponsel di tangan, dia pura-pura mengantar laundry di seputaran hotel. Pegawai hotel pun ikut memata-matai dirinya. Agar tidak ketahuan, NZ akhirnya pura-pura membeli minum ke minimarket dan membeli pulsa.

"Saya beli pulsa, lalu kembali ke kamar dan menelpon mamak, mamak nangis dan bilang kamu di mana. Lalu aku bilang di Batam. Mamak juga bilang kalau VA sudah di Palembang. Di situ aku lega, dan minta nomor VA. Usai menghubungi VA itu lah aku akhirnya selamat," jelas dia.

VA yang mendapat kabar bila sepupunya ada di Batam, langsung menghubungi Ketua Srikandi Pemuda Pancasila Palembang, Budi Sulistiyani atau Yeyen. Dari sana Yeyen meminta bantuan Pemuda Pancasila Batam untuk melacak VZ, hingga akhirnya ditemukan dan lepas dari sindikat perdagangan manusia.

Baca Juga: Marak TKI Ilegal hingga Meninggal, Apa yang Dilakukan Pemerintah?

9. Ibu korban sempat membuat paspor dan ingin menyusul ke Malaysia

Kronologi Pelarian Pekerja Asal Palembang dari Jerat Agency TKI IlegalMS saat ditemui di rumahnyo (IDN Times/Rangga Erfizal)

Ibu Korban VA, MS (56) mengungkapkan, rasa syukurnya setelah VA dan Keponakannya NZ selamat. MS sempat sedih mengetahui anak dan keponakannya ada di Malaysia. MS juga sempat membuat paspor untuk menjemput langsung anaknya tersebut. Namun saat mendapat kabar VA di Batam, dirinya pun bergegas ke sana.

"Saya turun 6 kilogram waktu memikirkan anak bungsu saya itu. Takut kenapa-napa dengan mereka. Saat ketemu kami berpelukan menangis karena sedih," ujar MS.

Saat ini, meski sudah pulang, kasus VA dan NZ tetap diusut oleh pihak kepolisian. Dari pengakuan, VA membuat laporan ke Polda Sumatera Selatan, sedangkan NZ melalui Yeyen, melaporkan kasus tersebut ke Polrestabes Surabaya. Hingga saat ini identitas kedua korban pun masih ditahan pihak agency .

Sementara terpisah, Kabid Ketenagakerjaan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sumsel, Andi Bobby mengatakan, pihak baru mengetahui adanya warga Palembang yang tertipu penyaluran kerja ke Malaysia. Pihaknya bahkan menduga, masih banyak korban lainnya. Terhadap tenaga kerja ilegal ini, pihaknya tetap mendata mereka, sekalipun masih ada yang tertahan di Malaysia.

"Kita tetap mengawasi, apa lagi di Sumsel tercatat ada 18 perusahaan legal yang terdata, walaupun dia perusahaan di Jakarta, saat mencari tenaga dari Sumsel mereka tetap wajib lapor, dan mendapatkan keterangan dari kita," jelas dia.

Andi melanjutkan, modus menawarkan pekerjaan di luar negeri memang ramai terjadi, terlebih dengan iming-iming gaji besar. Korban yang ingin sekali bekerja, rela masuk tanpa memastikan kondisi perusahaan terlebih dahulu.

"Untuk dua korban itu juga seharusnya memastikan terlebih dahulu perusahaan dan tempat tujuan kerja ke Disnakertrans, untuk mencari kejelasan perusahaan yang akan menyalurkannya. Kita punya perwakilan setiap kabupaten/kota. Jangan sampai tergiur gaji besar berujung sengsara," tandas Andi.

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya