Kondisi Sumsel 2019, Diantara Ancaman Kekeringan & Bencana Karhutla 

Prediksi kemarau panjang dan munculnya sebaran titik api

Palembang, IDN Times - Wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) memang sudah diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bakal mengalami masa kekeringan yang cukup lama.

Prediksi tersebut, dibarengi dengan meningkatnya hotspot (titik api) di sejumlah lahan kering di sebagian daerah Sumsel. Bahkan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel menetapkan darurat Karhutla sejak Maret 2019 lalu.

"Kemarau ini yang terparah, ada 1.000 hektare lebih sudah terbakar," ungkap Gubernur Sumsel, Selasa (27/8).

1. Sejumlah daerah di Sumsel sudah melewati fase 40 hari tanpa hujan

Kondisi Sumsel 2019, Diantara Ancaman Kekeringan & Bencana Karhutla IDN Times/Rangga Erfizal

Herman Deru mengungkapkan, saat ini daerah yang dipimpinnya sudah melewati 40 hari tanpa hujan dan sebagian wilayah tak lagi merasakan tetesan hujan. Kondisi ini membuat masyarakat pun mulai kewalahan. 

Namun, berbarengan dengan kondisi tersebut, Pemprov Sumsel bersama BPBD, BMKG, Polri, dan TNI terus berupaya mengantisipasi adanya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Karena, pada satu sisi dampak kekeringan akan berdampak pada kualitas hidup masyarakat. Di sisi lain, bencana karhutla akibat kekeringan juga di takutkan mengganggu kesehatan dan aktivitas masyarakat.

"Baru 40 hari kita gak dapat hujan sudah kesusahan begini. Ditambah, akibat kekeringan saat ini, api mudah menjalar dan membakar lahan yang ada sehingga api menjadi sulit dipadamkan," ungkapnya.

"Upaya semua pihak sudah maksimal, teknologi, usaha konvensional, karung goni basah hingga water boombing kita lakukan untuk mencegah karhutla tidak menyebar," sambungnya.

2. Belum muncul tanda-tanda hadirnya hujan

Kondisi Sumsel 2019, Diantara Ancaman Kekeringan & Bencana Karhutla IDN Times/Rangga Erfizal

Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Kenten Palembang, Nandang mengatakan, memang beberapa wilayah kabupaten/kota di Sumsel hingga Dasarian II Agustus 2019 tidak ada tanda-tanda akan mengalami hujan.

"Hasil pemantauan kita, hari tanpa hujan dengan kriteria sangat panjang antara rentang waktu 31-60 hari yakni, OKU Timur, Musi Rawas, dan Empat Lawang. Terutama di Kecamatan Ulu Musi (Empat Lawang) sudah tanpa hujan 53 hari. Sedangkan rentang waktu panjang 21-30 hari, OKI, Ogan Ilir, Banyuasin, Palembang, Muba. Kemudian jangka menengah, 11-20 hari yakni, Muara Enim dan Musi Rawas. Pagaralam kriteria pendek 1-5 hari," kata Nandang.

Nandang melanjutkan, puncak musim kemarau tersebut akan berlangsung sejak Agustus hingga pertengahan Oktober mendatang.

"Kondisi suhu juga terus mengalami peningkatan. Suhu rata-rata saat ini mencapai 24-32 derajat celcius. Sementara suhu maksimum bisa mencapai 33-35 derajat," ujar dia.

3. Ada 26 titik api yang masih menyala di lima kabupaten/kota

Kondisi Sumsel 2019, Diantara Ancaman Kekeringan & Bencana Karhutla IDN/Istimewa

Kepada Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Ansori menjelaskan, akibat bencana kekeringan yang melanda wilayah Sumsel, BPBD Sumsel melalui tim Satgas Karhutla masih terus berupaya memadamkan api. Hasil pantauan pihaknya, terdapat 26 hotspot yang masih menyala di lima kabupaten/kota.

"Lima kabupaten yang masih terpantau titik api di antaranya, Musi Rawas Utara 1 titik api, Ogan Komering Ulu 1 titik api, Panukal Abab Lematang Ilir 4 titik api, Banyuasin 7 titik api, Ogan Komering Ilir 13 titik api," jelas Ansori. 

Ansori menuturkan, Titik api tersebut rawan tersulut jika dibiarkan dan membesar. Bahkan, ada beberapa wilayah sulit dipadamkan hingga meluas menjadi karhutla.

"Jumlah titik api meningkat jauh pada bulan Agustus ini yang mencapai 1.218 titik. Namun keseluruhan sejak bulan Januari 2019 mencapai 1.785 titik," jelas dia.

4. Hingga hari ini sudah 1.935 hektare hutan dan lahan di Sumsel yang terbakar

Kondisi Sumsel 2019, Diantara Ancaman Kekeringan & Bencana Karhutla IDN/Istimewa

Ansori menerangkan, bahwa kebakaran terbesar di Sumsel terjadi di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) dan Ogan Ilir (OI). Dari total prakiraan, jumlah hutan dan lahan yang terbakar adalah 1.935 hektare.

Jumlah tersebut melompat jauh sejak bulan Juli lalu. Padahal, total lahan yang terbakar hingga Juli 2019 hanya mencapai 140,4 hektare.

"Masuk awal bulan hingga pertengahan bulan Agustus, total kebakaran melonjak. Wilayah Musi Banyuasin bahkan terakhir mencapai seribu hektare lebih. Dari 1.935 hektare lahan yang terbakar itu, paling banyak di Muba (Muara Medak) seluas mencapai lebih dari seribu hektare," terang dia.

5. Sebanyak 9 helikopter water boombing dikerahkan untuk padamkan kebakaran di Sumsel

Kondisi Sumsel 2019, Diantara Ancaman Kekeringan & Bencana Karhutla IDN/Istimewa

Ansori melanjutkan, kondisi kebakaran lahan di Muara Medak, Kecamatan Bayung Lencir, Muba, yang mencapai 1.000 hektare lebih mulai berangsur padam dan dapat ditangani. Karena pihak BPBD Jambi dan Sumsel sudah berkoordinasi dan menurunkan 7 unit helikopter water boombing untuk memadamkan api tersebut.

"Untuk mengantisipasi karhutla semakin meluas kita sudah turunkan 7 unit helikopter water boombing untuk pemadaman di Muara Medak. Karena lokasi yang sulit di jangkau dari darat jadi paling efektif sekarang pakai water boombing. Di lokasi lain juga ada yang terbakar sudah kita kerahkan dua helikopter di Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir," jelas Ansori.

6. Lebih dari satu juta liter air yang dibawa 9 water bombing untuk memadamkan api

Kondisi Sumsel 2019, Diantara Ancaman Kekeringan & Bencana Karhutla ANTARA FOTO/Mushaful Imam

Dari 9 helikopter water boombing yang dikerahkan tersebut, papar Ansori, hingga hari ini sudah mengangkut satu juta liter air setiap harinya untuk menyirami semua hotspot yang tersebar di wilayah Sumsel. 

"Hari ini, air yang sudah digunakan untuk mengebom kebakaran lahan yang terjadi di Muba, OI, OKI, dan Muara Enim sebanyak 1.052.000 liter air," ungkap dia.

Ansori mengatakan, dari jumlah air yang dihabiskan itu paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran lahan yang terjadi di wilayah Bayung Lencir, Kabupaten Muba yang mencapai 708.000 liter.

"Sementara sisanya habis untuk mengebom kebakaran lahan yang terjadi di Sungai Rotan (Muara Enim), Pemulutan (OI), Tulung Selapan (OKI), serta Bakung dan Indralaya (OI)," ujar dia.

Selain itu, pergerakan angin ke arah barat dan barat laut, menyebabkan Karhutla yang terjadi di Kabupaten Muba selama sepekan terakhir menjalar ke daerah perbatasan Provinsi Jambi. 

"Kita sudah berkoordinasi dengan BPBD Jambi. Anginnya mengarah ke barat sehingga meluas ke Jambi," sambungnya. 

Baca Juga: Karhutla di Sumsel Diduga Disengaja, Gubernur Pantau Bayung Lencir

7. Pemkab Muba tuntut perusahaan di Muba ikut komitmen bantu karhutla

Kondisi Sumsel 2019, Diantara Ancaman Kekeringan & Bencana Karhutla IDN Times/istimewa

Wakil Bupati (Wabup) Musi Banyuasin (Muba), Beni Hernedi, menuntut semua perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Muba, untuk menunjukkan komitmen lebih proaktif membantu pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Bumi Serasan Sekate.  

"Ini bagian dari upaya penambahan kekuatan, karena kemampuan yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Muba saja tidak akan mampu, menanggulanginya (kebakaran hutan dan lahan) apabila tidak didukung semua pihak," tegas Beni, saat mengumpulkan perwakilan perusahaan di Kantor Camat Bayung Lencir, beberapa waktu lalu.

Dalam rapat tersebut, Beni menawarkan kesepakatan pembagian wilayah tiap perusahaan, dalam pencegahan dan pengendalian Karhutla, terutama di kecamatan-kecamatan yang rawan kebakaran. "Kesepakatan ini nantinya akan kita bentuk payung hukumnya," kata dia.

Beni melanjutkan, hal itu dilakukan menyusul pada karhutla yang tengah terjadi di Kecamatan Bayung Lencir, dan kecamatan lainnya, dengan luasan lahan terbakar yang cukup luas.

"Selama 29 hari ini wilayah kita tidak hujan. Hari ini di seluruh kecamatan telah melaksanakan Salat Istisqa, meminta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa menurunkan hujan dengan harapan dapat membasahi lahan yang kering dan mudah terbakar," ujarnya.

Hasil dari kesepakatan tersebut, masing-masing dari 19 perusahaan perkebunan atau setiap perusahaan menyediakan 1 regu damkar berjumlah 10 orang/regu pemadaman di lokasi terbakar selamat 7 hari kerja ( total 190 orang: distribusi area kerja personel ke Dusun 5 Medak  dan Pancuran Merang).

Kemudian, regu damkar dari masing-masing perusahaan menyediakan sapras = 1 mobil operasional, 2 unit pompa portable, 6 - 12 roll selang air dan tenda/terpal. Biaya operasional/mobilisasi/honor/BBM/konsumsi selama di lapangan dibebankan masing-masing perusahaan.

"Untuk 7 perusahaan batu bara menyediakan 7 unit eskavator dan masing-masing dengan 2 operator (20 jam per hari /2 shift ), serta durasi kerja alat berat selama di lapangan 1 bulan," jelasnya.

"Kemudian lima perusahaan Migas/K3S menyediakan kebutuhan BBM alat berat sebanyak 20.000 liter franco posko karhutla terdekat alat berat. Ini dibutuhkan atensi ke SKK Migas perwakilan Sumsel," ujar Beni.

Baca Juga: Api Sulit Dipadamkan, Karhutla di Wilayah Muba Mencapai 3.290 Ha  

8. Serentak lakukan sholat Istisqo

Kondisi Sumsel 2019, Diantara Ancaman Kekeringan & Bencana Karhutla IDN Times/Rangga Erfizal

Kembali Gubernur Sumsel, Herman Deru meneruskan, sudah segala upaya dilakukan untuk mendatangkan hujan guna mengatasi kekeringan dan karhutla, salah satunya dengan melakukan Salat Istisqo.

"Saya keliling kota melihat rumput dan tanah kering berwarna coklat. Lalu saya keliling Muba, Pali, saya lihat aliran anak sungai sudah terputus tidak tersambung lagi. Bagaimana nasib para nelayan kita melihat perahunya. Bagaimana ikan-ikannya, sawah yang merekah akibat kekeringan," kata Deru.

9. Karhutla disebabkan oleh 90 persen ulah manusia

Kondisi Sumsel 2019, Diantara Ancaman Kekeringan & Bencana Karhutla IDN Times/Rangga Erfizal

Herman Deru menjelaskan, bahwa dampak kekeringan tadi mengakibatkan karhutla dan tidak sedikit wilayah yang terdampak karhutla akibat kesalahan manusia. Bahkan, dari 90 persen penyebab karhutla, ada 10 persennya dari proses alam. Namun dirinya belum mau mengambil kesimpulan sebelum tim Litbang yang diturunkannya mengeluarkan bukti-bukti.

"Pemprov punya berbagai kesimpulan, faktor dominan karhutla adalah karena manusia, cuma tidak 100 persen yakin. Saya turunkan litbang untuk memastikan. ada 90 persen manusia, sisanya bisa faktor alam, pantulan matahari, gesekan kayu. Kalau kita bisa tahu karhutla ini kena apa, bisa kita antisipasi. Karena, pada dasarnya banyak warga yang ingin membuka lahan yang tidak seberapa akhirnya terbakar melebihi jumlah lahan yang akan dibakar," jelas dia.

Menurut Deru, kebakaran di Sumsel saat ini akan terus terjadi jika tidak dicari tahu akarnya. Untuk itulah tim litbang yang diturunkannya diharapkan dapat menjadi solusi karhutla di Sumsel.

Baca Juga: Faktor Angin, Karhutla di Wilayah Muba Menjalar ke Perbatasan Jambi 

10. Tim TMC sudah ke Sumsel dan belum temukan bibit awan

Kondisi Sumsel 2019, Diantara Ancaman Kekeringan & Bencana Karhutla IDN Times/Rangga Erfizal

Terakhir, Deru mengatakan untuk mengantisipasi karhutla dirinya sudah mengajukan kepada Tim Modifikasi Cuaca (TMC) untuk melakukan hujan buatan di Sumsel. Namun, tim baru melakukan observasi menilai titik mana saja yang dapat dijadikan awan buatan.

"Tidak semua awan mengandung bibit air. Makanya rekayasa akan bisa dilakukan kalau sudah ditemukan mana saja awan yang dapat dimodifikasi. Timnya sudah datang baru awaknya, pesawat belum," tandas dia.

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya