Kasus Stunting di Sumsel Sama dengan Nasional, Ini Respons Herman Deru

Sumsel nomor 20 status gizi stunting tertinggi di Indonesia

Palembang, IDN Times - Gubernur Sumsel, Herman Deru menyatakan, semua pihak punya tanggung jawab untuk menurunkan stunting di wilayah Sumsel. Karena, jika melihat data, Sumsel menjadi daerah dengan peringkat ke 20 status gizi stunting tertinggi di Indonesia pada anak usia di bawah lima tahun.

"Stunting kita hampir sama dengan rata-rata nasional yakni 31,7 persen. Ini tentu tugas kita mengurangi data tersebut. Semua pihak punya tanggung jawab penurunan stunting ini. Apa guna kita membangun banyak kalau masyarakat kita sendiri belum terbangun secara fisik. Harapan kita generasi ke depan terhindar dari stunting," ujar dia, Kamis (12/12).

1. Gubernur Sumsel menilai stunting jangan dilihat dari kemiskinan saja

Kasus Stunting di Sumsel Sama dengan Nasional, Ini Respons Herman DeruGubernur Sumsel, Herman Deru berdiskusi mengenai stunting dengan kepala dinas kesehatan Sumsel, Lesty (IDN Times/Rangga Erfizal)

Herman Deru mengungkapkan, stunting tidak bisa dilihat dari persoalan kemiskinan saja. Tapi, kurangnya pengetahuan terhadap asupan gizi terhadap ibu, membuat jumlah itu masih tinggi. Apalagi, persoalan stunting ini harus disadari terutama oleh ibu. Karena peran ibu memang mengatur asupan gizi pertama kali kepada anaknya.

"Stunting ini bisa saja karena genetik dari seorang ibu yang hamil. Kalau ibu tidak punya pengetahuan mengenai asupan gizi, akan berpengaruh pada kondisi stunting. Makanya diperlukan pengetahuan kepada ibu soal asupan gizi ini," ungkap dia.

2. Pemprov Sumsel anggarkan Rp145 miliar untuk pengentasan stunting tahun 2020

Kasus Stunting di Sumsel Sama dengan Nasional, Ini Respons Herman DeruHerman deru menilai stunting di Sumsel masih jadi pemasalahan (IDN Times/Rangga Erfizal)

Deru menjelaskan, untuk tahun 2020 nanti pihaknya sudah menganggarkan Rp135 miliar untuk pengentasan stunting. Ditambah lagi Rp10 miliar dari pemerintah pusat untuk perbaikan sanitasi dan edukasi kepada masyarakat.

"Kita juga perlu pemerataan ahli gizi. Saya minta setiap kelurahan dan desa di Kaur umumnya ada sosialisasi mengenai ahli gizi," jelas dia.

3. Dinkes Sumsel fokus pada kesehatan ibu dan asupan gizi anak

Kasus Stunting di Sumsel Sama dengan Nasional, Ini Respons Herman DeruPenurunan stunting menjadi prioritas pembangunan manusia (IDN Times/Rangga Erfizal)

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Sumsel, Lesty Nurainy mengatakan, target penurunan stunting setiap tahunnya berkisar pada angka 1 persen. Pihaknya menargetkan, ada perubahan secara berkala untuk penanganan gizi kronis di Bumi Sriwijaya. Untuk mencapai itu semua, Dinas Kesehatan bersama dinas terkait berupaya memangkas angka-angka itu.

Lesty membenarkan, untuk Sumsel angka stunting berkisar 31,7 persen pada anak usia bayi lima tahun melebih rata-rata nasional. Sedangkan anak bayi dua tahun sedikit di bawah rata-rata nasional sekitar, 29,8 persen.

"Setiap tahun kemungkinan menurunkan 1 persen untuk 2 persen itu berat. Saat ini angka rata-rata nasional saja ada di angka 30,8 persen. Jadi kita fokus pada kesehatan ibu dan asupan gizinya," sambung dia.

Baca Juga: Herman Deru: Masyarakat Sumsel Tak Dapatkan Sesuai yang Seharusnya  

4. Ada enam daerah di Sumsel yang menjadi perhatian pemerintah pusat untuk menekan stunting

Kasus Stunting di Sumsel Sama dengan Nasional, Ini Respons Herman DeruKepala Dinas Kesehatan Sumsel, Lesty menilai akan ada beberapa terobosan dalam mengurangi angka stunting (IDN Times/Rangga Erfizal)

Lesty meneruskan, program yang diusung Dinas Kesehatan Sumsel untuk mengurangi angka stunting pada tahun 2020 mendatang, salah satunya dengan melakukan beberapa terobosan seperti revitalisasi posyandu.

Mengapa posyandu, Lesty menerangkan, karena posyandu menjadi garda terdepan bagi kesehatan ibu dan anak di daerah. Selain itu, dari posyandu dapat mengedukasi dan pengembangan SDM ahli kesehatan nantinya akan ditambah untuk menekan laju pertumbuhan stunting.

"Ada enam daerah di Sumsel yang menjadi perhatian pemerintah pusat, seperti Palembang, Ogan Ilir, Lahat, Banyuasin, OKU, Muaraenim. Daerah-daerah ini tidak dipilih karena stunting tertinggi atau tingkat kemiskinan. Namun karena ada masukan dari Bapenas," tandas dia.

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini
http://onelink.to/s2mwkb

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya