Ini Cerita Mahasiswa Tiongkok Asal Sumsel, Usai mendarat di Palembang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Tujuh mahasiswa asal Sumsel yang masih menjalani masa kuliah di Republik Rakyat Tiongkok (RRT), akhirnya tiba di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Sabtu (1/2) sore, dari Bandara Soekarno-Hatta menggunakan maskapai Lion Air, usai keluar dari negeri Tirai Bambu.
Kedatangan lima mahasiswa putra dan dua putri itu langsung disambut pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Palembang, dengan melakukan berbagai pemeriksaan ketat, mulai dari, suhu tubuh, hingga kondisi kesehatan setelah mendarat. Setelah dipastikan sehat oleh tim KKP, ketujuh mahasiswa diperbolehkan meninggalkan bandara.
"Kita pulang dengan biaya sendiri, sebab yang dijemput pemerintah hanya di Wuhan. Kita pulang karena kondisi di sana sudah semakin sulit," ungkap Adam Amrismafasyah (19), mahasiswa Jiansu Normal University China asal Muaraenim, Sabtu (1/2).
1. Mahasiswa sempat terisolasi di kampus akibat wabah Corona
Adam menjelaskan, saat ini suasana dan aktivitas mahasiswa di tempat mereka kuliah cukup ketat, lantaran pihak kampus membatasi setiap gerak-gerik mahasiswa. terlebih, kondisi dua minggu terakhir sangat mengkhawatirkan, karena pemberitaan mengenai penyebaran virus yang semakin meluas.
Adam melanjutkan, selama dua minggu terakhir bersama mahasiswa lain yang berada di Tiongkok terus saling mengabari, tentang update terbaru sesama warga negara Indonesia (WNI). Aktivitas mengajar saat ini sedang tidak aktif, karena sedang masa libur semester.
"Kesulitannya itu paling keluar dari Kampus (asrama). Karena angkutan subway diberhentikan, terpaksa naik taksi. Pihak kampus juga melarang mahasiswa untuk berpergian keluar," ujar dia.
Adam juga sempat merasakan kondisi kota Zhenjiang, Provinsi Jiangsu, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menjadi sepi tanpa aktivitas. Padahal, sebelum wabah Corona menyeba normalnya kota itu penuh aktivitas. Barang-barang kebutuhan pun ikut naik karena kondisi itu.
"Efek ke kita, suasana di Tiongkok membuat semua orang mengurung diri. Di toko sudah sulit cari bahan makan, bahkan ada yang tidak jual lagi dan harga sudah lumayan naik," jelas dia.
2. Tiba di Bandara SMB II Palembang, tujuh mahasiswa langsung jalani serangkaian tes
Adam menerangkan, untuk pulang ke Indonesia mereka harus menjalani serangkaian tes kesehatan yang ketat. Mulai dari akan masuk stasiun kereta api, keluar stasiun hingga masuk bandara. Hal itu karena dampak wabah yang cepat menyebar hanya dari udara.
"Termasuk batuk, pilek juga diperiksa. Kalau dari Wuhan sendiri ke tempat kami cukup jauh, seperti Palembang - Jogja," terang dia.
3. Pihak kampus belum izinkan para mahasiswa kembali sebelum wabah teratasi
Adam menjelaskan, usai pulang ke Indonesia, dirinya belum tahu kapan akan kembali melanjutkan kuliah. Pasalnya, kampus saat ini tengah menutup diri sampai wabah virus Corona yang menyebar di RRT teratasi.
"Instruksi dari kampus jangan pulang dulu sebelum aman," jelas dia.
Sebelumnya Adam ingin menghabiskan masa libur semesternya di RRT. Namun, pihak keluarga sudah sangat cemas dengan keadaan yang berkembang.
"Saya awalnya juga belum mau balik. Hanya saja setelah orangtua meminta, karena khawatir akhirnya pulang," kata dia.
4. Orangtua dari tujuh mahasiswa langsung mendekap erat anaknya masing-masing
Setelah menginjakkan kaki di Bandara SMB II Palembang, tujuh mahasiswa asal Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Muaraenim, Palembang, Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan tersebut disambut hangat oleh keluarga masing-masing.
Mahasiswa Changcun University, Anisa Sekar (18), menangis saat bertemu orang tuanya. Anisa menceritakan kejadian selama di Tiongkok sebelum pulang ke tanah air yang begitu mencekam. Kebutuhan sangat sulit didapat. Bahkan hanya untuk masker saja sudah mulai terbatas.
Bersama rekan sekamarnya, Anisa terpaksa harus mendekam di kamar dalam kondisi yang membingungkan. Semua toko tutup dan transportasi sep dan mahasiswa hanya membatasi di kamar saja.
"Kondisi di sana sama seperti kota lain, sepi. banyak keluhan sangat kekurangan masker. Bahkan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok berusaha membantu masker. Kita juga sama KBRI selalu berhubungan," jelas dia.
5. Tujuh mahasiswa asal Sumsel dari Tiongkok dipastikan sehat
Sementara, Kasi pengendalian karantina dan Surveilance Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas II Palembang, Dr Fenty Wardha mengatakan, pemeriksaan terhadap para mahasiswa yang baru tiba dari RRT ini untuk memastikan kondisi kesehatan mereka baik-baik saja. Setelah melakukan pemeriksaan Thermal Scanner, pihaknya mengetahui kondisi semua mahasiswa tersebut sehat.
"Kita tetap waspada terhitung 14 hari setelah kedatangan ke tanah air, kita akan tetap lakukan pemantauan. Kita lengkapi teman-teman ini dengan yellow card atau kartu kewaspadaan. Data kesehatan mereka ada di lembar itu. Kalau ada keluhan, bisa dibawa ke fasilitas kesehatan sehingga teman-teman tau kalau mereka dari China," kata dia.
Baca Juga: Dampak Wabah Virus Corona, Harga Karet Sumsel Turun 8,3 persen
6. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Palembang Tetap pantau 14 hari setelah kedatangan
Fenty melanjutkan, pemeriksaan kesehatan bagi penumpang dari luar negeri tidak hanya dari Tiongkok saja. Singapura dan Malaysia yang memiliki penerbangan langsung ke Palembang juga turut diperiksa.
"Mengingat penyebaran virus masa inkubasinya 14 hari, tidak menutup kemungkinan juga tersebar dari penerbangan domestik. Sehingga kita juga menyiapkan peralatan khusus termasuk Ambulans karantina. Jangan sampai terjadi penyebaran ke masyarakat," tandas dia.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb