Dampak COVID-19, Nelayan di Sumsel Jual Ikan dengan Harga Miring

Banyak eksportir dan negara pengimpor tutup

Palembang, IDN Times - Pandemik COVID-19 terus memukul sektor bisnis milik warga di Sumatera Selatan, termasuk salah satunya perikanan. Salah satu efek yang dirasakan pelaku bisnis di sektor ini adalah harga jual ikan yang anjlok hingga 50 persen. 

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Dinas Perikanan, dan Kelautan Sumatera Selatan, Vivin Indira Sari. Penyebab anjloknya harga ikan itu, kata Vivin, adalah  beberapa negara menghentikan sementara waktu impor ikan dari Sumsel. 

"Eksportir saat ini memilih untuk tutup sementara karena tidak bisa berdagang ikan ke luar negeri akibat wabah COVID-19. Padahal, sebagian besar produksi ikan di Sumsel banyak yang dikirim ke luar negeri," ungkap Vivin, Jumat (24/4).

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan COVID-19 di Sumsel yang Kian Meresahkan

1. Para nelayan pun terpaksa menjual ikan hasil tangkap mereka dengan harga murah agar cepat laku

Dampak COVID-19, Nelayan di Sumsel Jual Ikan dengan Harga MiringKapal nelayan saat bersandar di pinggir sungai (IDN Times/Rangga Erfizal)

Agar haisl tangkap tetap laku, para nelayan pun terpaksa menjual hasil jerih payah mereka  ke pasar tradisional dengan harga lebih murah dari biasanya. Penyebab lain jatuhnya harga ikan adalah kian berkurangnya daya beli serta larangan beraktivitas bagi warga di tengah wabah COVID-19.

"Para pelanggan dan pembeli enggan untuk membeli ikan hasil tangkapan. Sehingga ikan terpaksa dijual murah agar cepat laku," jelas Vivin.

2. Sumsel kelebihan produksi ikan namun tidak tahu mau disalurkan ke mana

Dampak COVID-19, Nelayan di Sumsel Jual Ikan dengan Harga MiringKapal nelayan di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta (ANTARA FOTO/Sutarmi)

Sejauh ini tidak ada penurunan jumlah produksi di sektor perikanan Sumsel. Di bulan April  ikan hasil tangkapan dan budidaya ikan di Sumsel mencapai 79.897 ton.

Sementara itu, konsumsi masyarakat Sumsel ada di kisaran 29.770 ton ikan. Kelebihan itulah yang biasanya dikirim ke berbagai daerah maupun negara.

"Dari sisi pasokan kita memang aman. Tetapi dengan harga jual yang jatuh, nelayan dan petambak kita yang dirugikan. Artinya hasil tangkapan tidak sebanding dengan biaya operasional melaut," jelas dia.

3. Sebanyak 26.675 RTP terdampak COVID-19

Dampak COVID-19, Nelayan di Sumsel Jual Ikan dengan Harga Miringpexels.com/Sirikul R

Untuk wilayah perairan laut sendiri Sumsel mengandalkan dua kabupaten yakni, Ogan Komering Ilir (OKI) dan Banyuasin yang wilayahnya langsung berhadapan dengan laut. Di dua kabupaten itu jumlah masyarakat yang menggantungkan hidup dari perikanan laut atau rumah tangga perikanan (RTP) sekitar 7.597 RTP.

OKI menjadi Kabupaten terbesar RTP mencapai 6.537 RTP sedangkan Banyuasin 1.060 RTP. Sementara untuk UMKM yang bergantung pada hasil perikanan mencapai 2.198 kelompok.

"Sedangkan untuk RTP budi daya yang menjadi pasokan terbesar ikan Sumsel ada sekitar 19.078 RTP," ujar Vivin.

4. Pemprov Sumsel pilih salurkan sembako ke nelayan

Dampak COVID-19, Nelayan di Sumsel Jual Ikan dengan Harga MiringGubernur Sumsel Herman Deru umumkan status Sumsel naik dari Waspada ke Siaga (IDN Times/Rangga Erfizal)

Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru menjelaskan, untuk masalah petani tambak dan nelayan di Sumsel yang terdampak COVID-19, pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi seperti menyalurkan sembako dan bantuan.

"Totalnya ada 250 paket. Mereka (nelayan) juga terdampak dan mereka patut dibantu. Selain itu, bantuan ini diberikan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan," jelas Deru.

Beberapa wilayah basis nelayan, seperti di kawasan Sungsang, Lebong Hitam, Sungai Pasir, dan Sungai Lumpur akan menjadi sasaran Pemprov Sumsel untuk menyalurkan bantuan.

Deru berharap, sembako dan bantuan yang ada dapat membantu secara berkesinambungan bagi para nelayan.

Baca Juga: Bansos untuk Warga Miskin Palembang Belum Merata, Dinsos: Harap Lapor

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya