Cerita Sineas Palembang; Dari Jurnalis Tekuni Proses Kreatif Film

Sineas Palembang pun mulai terbiasa dengan era baru COVID-19

Palembang, IDN Times - Geliat sineas lokal dikancah perfilman Sumatra Selatan (Sumsel) kembali optimis untuk berkarya usai dihantam badai pandemik COVID-19. Para sineas tak mau terlalu lama berdiam diri untuk kembali memproduksi film.

IDN Times mencoba mengulik cerita salah satu jurnalis foto di Palembang yang mencoba terjun dalam dunia perfilman lokal sejak 2010 lalu. Bagaimana ceritanya dapat tertarik dan menginterpretasikan film serta jurnalistik dalam satu produksi? Yuk simak ceritanya.

1. Memulai pembuatan film dari dalam lembaga pemasyarakatan

Cerita Sineas Palembang; Dari Jurnalis Tekuni Proses Kreatif FilmIlustrasi sineas Palembang dalam proses kreatif pembuatan film. (Dokumen/istimewa)

Ary Priyanto atau lebih dikenal dengan Ari Barbar, mulai menggeluti dunia perfilman sejak 2010 lalu. Dirinya memproduksi karya dari film pendek hingga dokumenter. Dirinya bahkan pernah dari lapas ke lapas untuk merekam gambar kehidupan di balik dinginnya lantai ruang tahanan.

"Awalnya karena ada challenge dari Kalapas Wanita Palembang tahun 2010 untuk bikin film. Saat itu saya membuat film tentang kehidupan para wanita di dalam Lapas Merdeka Palembang, judulnya 'Meretas Batas'," ungkap Ary, Jumat (25/2022).

Usai film pertama tersebut, Ary makin bersemangat menekuni proses kreatif dalam pembuatan film. Dirinya sempat vakum setahun pada 2011 untuk serius belajar mengenai produksi film. Ary mulai magang di sebuah Production House (PH) agar bisa memahami seluk beluk tentang film.

"Perfilman lokal bagus-bagus, tidak kalah dengan sineas di Pulau Jawa. Apa lagi sudah ngomongin Sumbagsel; Sumsel, Jambi, hingga Lampung, proses kreatif di dunia film lokal sedang menggeliat," jelas dia.

Baca Juga: Angkat Kearifan Lokal, Komunitas Filmmaker Sumsel Produksi 'Begancang'

2. Dunia jurnalistik dianggap cocok dengan perfilman

Cerita Sineas Palembang; Dari Jurnalis Tekuni Proses Kreatif FilmIlustrasi sineas Palembang dalam proses kreatif pembuatan film. (Dokumen/istimewa)

Berkah Festival Film Indonesia(FFI) ke-34 pada 2014 yang diadakan di Palembang, membuat gairah sineas lokal semakin tertantang. Komunitas film yang bermunculan membuat Ary semakin semangat memproduksi film.

Ary yang sehari-hari berprofesi sebagai pewarta foto, menganggap dunia jurnalistik memiliki kaitan erat dengan dunia film. Dari sana dirinya memulai menggarap film-film dokumenter yang dekat dengan profesi sebagai jurnalis. Pada 2015, Ary sempat memproduksi film tentang cerita seorang jurnalis perempuan.

"Aku pikir enak memulai proses kreatif perfilman dengan latar belakang jurnalis. Dengan profesi hari ini sebagai jurnalis sangat memudahkan untuk riset dan mengolah data," ungkap Fotografer Kumparan tersebut.

Film yang dihasilkan Ary dan rekan-rekannya kebanyakan dalam bentuk produk dokumenter. Dirinya membuat beberapa film tentang keresahan terhadap kabut asap saat bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Atau tentang petani karet yang berjuang dengan ketidakpastian harga, dan kehidupan para ranger penjaga Hutan Lindung di Pagar Alam.

"Makin ke sini banyak produksi dokumenter yang (saya) dihasilkan dari kedekatan dunia jurnalistik dan film," jelas dia.

Baca Juga: Komunitas Layar Taman, Wadah Kreatif Filmmaker di Palembang 

3. Pandemik dan siasat sineas lokal

Cerita Sineas Palembang; Dari Jurnalis Tekuni Proses Kreatif FilmIlustrasi sineas Palembang dalam proses kreatif pembuatan film. (Dokumen/istimewa)

Era sebelum pandemik merupakan puncak geliat sineas di Palembang. Berbagai Festival film lokal marak diselenggarakan, hal ini memicu proses kreatif anak muda di Palembang membuat Film.

Namun sejak awal 2020, proses kreatif tersebut akhirnya menurun. Ary tak menampik pandemik menjadi biang keroknya. Dalam ranah komersil, proses produksi film mulai terganggu dengan pembatasan yang dilakukan hingga perlunya setiap kru yang terlibat mendapatkan vaksin.

"Di ranah idealis, kita menghadapi berbagai macam persoalan mulai dari razia hingga ditegur. Dengan kondisi ini kawan-kawan termasuk saya merasa tidak nyaman juga ada pembatasan dalam proses kreatif. Semua proses jadi ribet, padahal setiap sineas punya timeline sendiri untuk produksi," jelas dia.

Seiring berjalannya waktu, Ary pun mulai terbiasa dengan suasana pandemik. Keinginan memproduksi film kembali menggebu. Caranya dengan menyesuaikan setiap proses produksi film dengan kebijakan pemerintah. Dirinya menemukan celah proses kreatif dari kondisi pandemik ini.

"Muncul tantangan, pada akhirnya proses kreatif ini menjadi begitu flexibel. Jika sebelumnya produksi film memerlukan kru yang banyak kemudian berangsur diminimalkan. Hanya talent utama yang ke lokasi syuting. Semua kerjaan pun semakin ringkas," jelas dia.

4. Pemerintah makin menghargai karya para sineas lokal

Cerita Sineas Palembang; Dari Jurnalis Tekuni Proses Kreatif FilmIlustrasi sineas Palembang dalam proses kreatif pembuatan film. (Dokumen/istimewa)

Ary menilai banyak sineas lokal yang bermunculan dengan karya-karya yang sangat bagus sekarang ini. Hal itu tidak lepas dari dukungan pemerintah yang semakin terbuka dengan proses kreatif anak muda. Berbagai festival film rutin digelar setiap tahun, dan dijadikan wadah sineas Palembang untuk menunjukkan kreativitas mereka.

"Pemerintah pada akhirnya turut mendukung. Mereka juga mengakomodir keinginan kawan-kawan sineas. Izin-izin penggunaan tempat dipermudah, berbagai event hadir menjadi panggung show off kawan sineas," tutup dia.

Baca Juga: Filmmaker Asal Palembang Lahirkan Karya 'Rekam Pandemi'

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya