Bripda Kelvin Patahkan Stereotip Keturunan Tionghoa Jadi Pengusaha

Walau gagal tes pertama, Kelvin wujudkan impian sejak kecil

Lahat, IDN Times - Menjadi pengusaha adalah stereotip yang disematkan bagi warga Keturunan Tionghoa di Indonesia. Paradigma ini diakui telah mengakar di kehidupan bermasyarakat. Tetapi tak berlaku bagi Bripda Kelvin, anggota Satuan Reserse Narkoba (SatresNarkoba) di Polres Lahat.

Kelvin tak terlalu memikirkan cap yang sudah terbangun sejak lama. Baginya mewujudkan cita-cita tak perlu menghiraukan stereotip. Dirinya justru tertantang untuk menekuni profesi lain, jauh dari dunia usaha.

"Kalau menekuni bidang usaha itu sudah biasa. Menekuni profesi sebagai anggota Polri jarang, bukan gak ada. Ada, tapi sedikit. Jadi dari sana muncul keinginan ikut tes polisi," ungkap Bripda Kelvin kepada IDN Times, Kamis (27/1/2022).

1. Polisi sebagai profesi impian sejak kecil

Bripda Kelvin Patahkan Stereotip Keturunan Tionghoa Jadi PengusahaIDN Times/Arief Rahmat

Kelvin merupakan keturunan Tionghoa dari suku Hokkien. Dirinya menjalani masa kecil hingga remaja di Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan (Sumsel). Lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) di Santo Yosef Lahat tak membuat Kelvin kepikiran untuk kuliah, seperti teman-teman yang lain atau menggeluti dunia usaha.

Dirinya langsung mengambil ancang-ancang mengikuti tes kepolisian. Kelvin bercerita, usahanya bergabung ke institusi Polri memerlukan perjuangan yang panjang.

"Saya besar dan lahir di Lahat. Jenjang SD, SMP l, sampai SMA, saya habiskan di Santo Yosep Lahat. Saya dari kecil memang ingin jadi polisi karena sudah cita-cita. Impian itu makin timbul sewaktu di SMA lihat senior banyak menjadi polisi. Saya jadi semakin termotivasi, mau ikut juga dan akhirnya kesampaian," ungkap dia.

Baca Juga: Satpolairud Polres OKI Tangkap Bajak Laut Perairan Selat Bangka

2. Menjadi anggota Polri pertama di keluarganya

Bripda Kelvin Patahkan Stereotip Keturunan Tionghoa Jadi PengusahaBripda Kelvin anggota Satresnarkoba Polres Lahat keturunan Tionghoa (IDN Times/Bripda Kelvin)

Kelvin mengaku, tak ada keraguan dari dirinya untuk menjadi polisi. Menurutnya, profesi sebagai polisi sangat menantang. Saat pertama daftar, Kelvin sempat apakah dirinya sanggup menjadi polisi. Namun keluarga yang mendukungnya makin menyemangati Kelvin kala itu.

Kelvin pun melakukan semua persiapan untuk menjadi anggota Polisi. Dirinya mulai belajar kembali, melatih fisik dan mental. Keraguan yang muncul di tengah jalan coba dihalau. Ia membangun keyakinan semua hal harus dicoba terlebih dahulu untuk mengetahui batas kemampuan.

"Memang kebanyakan kelurga saya adalah pengusaha. Tetapi keluarga tetap mendukung penuh pilihan saya. Mungkin saya menjadi yang pertama di keluarga menekuni bidang profesi berbeda. Belum ada keluarga saya yang masuk menjadi anggota TNI atau Polri. Saya yang pertama mematahkan stigma itu," ungkap dia.

Baca Juga: Tradisi Jelang Imlek: Cuci Patung dan Ritual Antar Dewa ke Langit

3. Kelvin sudah empat tahun jadi Polisi

Bripda Kelvin Patahkan Stereotip Keturunan Tionghoa Jadi Pengusahailustrasi polisi (IDN Times/Prayugo Utomo)

Saat pertama kali mencoba, Kelvin sempat gagal menjadi anggota Polri. Kegagalan itu tak menghentikan Kelvin. Ia justru termotivasi mengikuti tes di tahun berikutnya untuk menjadi Bintara Polri. Saat tes kedua, Kelvin diterima mengikuti Pendidikan Pembentukan Bintara (Diktukba) Polri selama hampir tujuh bulan, sebelum akhirnya dilantik sebagai polisi.

Selepas dilantik menjadi Bintara dengan pangkat Brigadir Polisi Dua (Bripda), Kelvin ditempatkan di Satsabhara Polres Lahat selama setahun. Dirinya kemudian dimutasi ke Satres Narkoba Polres Lahat. Kemudian ia dirotasi ke Polsek Kikim Timur Lahat, sebelum akhirnya kembali ke Satres Narkoba Polres Lahat.

"Saya sudah empat tahun menjadi anggota polisi di Polres Lahat. Tidak ada diskriminasi. Semua sama, apa pun sukunya, kalau mau berusaha," tutur Kelvin.

Baca Juga: Polisi Ungkap Peran Mafia Tanah di Konflik Agraria Mesuji

4. Tak sedikit mempertanyakan alasan menjadi polisi

Bripda Kelvin Patahkan Stereotip Keturunan Tionghoa Jadi PengusahaIDN Times/Arief Rahmat

Bergabung di institusi Polri menurut Kelvin merupakan suatu kebanggaan. Dirinya mengaku kerap mendapat pujian dari teman-temannya maupun di lingkungan keluarga. Mereka tak menyangka jika keturunan Tionghoa bisa menjadi anggota Polri.

"Teman banyak yang tanya bagaimana kok saya bisa jadi polisi. Jadi tanggapan mereka kok bisa, kan jarang tuh turunan Tionghoa," jelas dia.

Dalam pergaulan sehari-hari, Kelvin tidak pernah membedakan suku, apalagi agama seseorang. Ia pun cukup diterima dengan baik, sehingga mudah bergaul dengan siapa saja. Rekan-rekannya sesama polisi bahkan tidak menyangka kalau Kelvin adalah keturunan Tionghoa.

"Dari senior, teman-teman di Polri gak ada yang mendiskriminasikan saya. Mereka menduking apa pun sukunya. Kalau bersaing semua sama saja, mau dia Tionghoa, Jawa, Sumsel, sama saja perlakuannya, yang penting usaha dulu," beber dia.

Baca Juga: Polwan Korban Pemukulan Anggota TNI Tetap Proses Laporan Meski Damai

5. Sempat mendapat penghargaan karena temukan 57 batang ganja

Bripda Kelvin Patahkan Stereotip Keturunan Tionghoa Jadi PengusahaBripda Kelvin anggota Satresnarkoba Polres Lahat keturunan Tionghoa (IDN Times/Bripda Kelvin)

Kelvin tergolong polisi yang berprestasi di Polres Lahat. Dirinya bersama tim sempat mengungkap ladang ganja yang ditanam di areal perkebunan kopi di perbukitan Desa Muara Cawang, Tanjung Sakti Pumu, Kabupaten Lahat. Dari ladang ganja seluas 1,5 hektare (Ha) itu, Kelvin bersama rekannya mengamankan 57 batang ganja siap panen.

"Waktu itu saya mendapatkan penghargaan dari Bupati Lahat dan Kapolres Lahat setelah mengungkap kasus ini," tutup dia.

Baca Juga: Berkas Lengkap, Alex Noerdin Segera Disidang di PN Palembang

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya