Atasi Kekeringan Saat Kemarau, KLHK-BPPT Mulai Lakukan TMC di Sumsel
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), melakukan penyemaian garam di langit Sumatra Selatan (Sumsel). Penyemaian itu dilakukan dengan merekayasa hujan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
TMC pada tahun ini sudah dilakukan sejak Juni lalu, dan tetap dilanjutkan pada Agustus hingga 20 hari ke depan, demi memaksimalkan potensi awan hujan yang masih ada.
"Dari TMC tahap pertama didapatkan hasil yang signifikan, sekitar 22 persen potensi awan hujan. TMC merupakan upaya merekayasa untuk memperpanjang hari hujan," ungkap Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Basar Manullang di Lanud Sri Mulyono Herlambang, Palembang, Rabu (12/8/2020).
1. Gambut kering yang terbakar sulit dipadamkan
Basar menilai, proses TMC akan membantu pencegahan dan pemadaman api sekecil apa pun yang terjadi di wilayah Sumsel. Langkah ini merupakan kerja sama lintas intansi, baik di pusat dan daerah, bersama-sama menghentikan karhutla yang terjadi setiap tahun.
"Diharapkan gambut dapat basah. Kalau gambut itu kering dan kena api, akan sulit dipadamkan. Kita harapkan dapat mencegah dan menambah persediaan air yang ada jika terjadi karhutla," jelas dia.
Baca Juga: Asap Pekat Akibat Karhutla Sempat Tutupi Jalan Tol Palindra
2. Karhutla periode Januari-Juli 2020 turun 52 persen
Upaya selanjutnya, pihak KLHK mencegah agar hotspot tidak berubah menjadi firespot yang dapat membuat api sulit dipadamkan. Melalui tim Manggala Agni, pihaknya meminta setiap hari dilakukan pemantauan darat ke lokasi-lokasi rawan di Sumsel. Setidaknya ada 10 kabupaten dan kota yang mendapat catatan potensi rawan karhutla tahun ini.
"Kemarau musim ini tidak sekering tahun lalu, ada positifnya kebakaran akan berkurang. Cuma kita tidak boleh lengah, ini jadi dasar kita melakukan langkah ke depan," jelas dia.
KLHK juga mencatat potensi karhutla mengalami penurunan jika dibandingkan periode yang sama, antara Januari hingga Juli di tahun 2019 dengan 2020.
"Penurunan wilayah yang terbakar tahun ini berkurang hampir 52 persen. Kita akan mengupayakan pencegahan secara dini," jelas dia.
3. Potensi awan hujan masih ada di wilayah Sumsel hingga lima hari ke depan
Kepala Stasiun Metereologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Desindra Deddy mengungkapkan, sekarang menjadi waktu yang tepat melakukan penyemaian awan hujan.
Hal itu disebabkan masih ada potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Sumsel yang merata dari barat ke timur.
"Dominan masa air saat ini berada di wilayah Barat. Potensi hujan masih ada sampai lima hari ke depan. Saat ini kan masuk musim kemarau," jelas dia.
Baca Juga: Sekat Kanal Pencegah Karhutla Dirusak Oknum Penyelundup Kayu Gelam
4. Sebanyak 15 kabupaten sudah masuk musim kemarau
Indra menambahkan, kondisi kemarau yang sudah di atas 80 persen membuat wilayah Sumsel mengalami perubahan cuaca. Dampaknya, terjadi kekeringan hampir di seluruh wilayah. Hanya saja BMKG optimis bantuan TMC akan menciptakan hujan sehingga mengurangi kekeringan.
"Dari 17 kabupaten dan kota, 15 di antaranya sudah masuk musim kemarau. Ada dua wilayah yang belum masuk yakni OKU Timur dan Muratara," tutup dia.
Baca Juga: 5 Wilayah di Sumsel Terjadi Karhutla Selama 3 Hari