1.000 Titik Panas Terpantau di Sumsel Sejak Awal Tahun

Muba dan Pali menjadi wilayah terbanyak titik panas

Palembang, IDN Times - Peralihan musim kemarau mengakibatkan kemunculan hotspot atau titik panas yang semakin meningkat di Bumi Sriwijaya. Kondisi ini harus diwaspadai, mengingat wilayah yang mengalami peningkatan titik panas berada di wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

"Sejak awal tahun 2022, titik panas sudah muncul. Tercatat sudah mencapai 1.000 titik panas hingga 4 April," ungkap Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatra, Ferdian Krisnanto, Selasa (5/4/2022).

1. Muba dan Pali sebagai daerah paling waspada

1.000 Titik Panas Terpantau di Sumsel Sejak Awal TahunIDN Times/Ashari Arief

Ferdian menjelaskan, wilayah terbanyak berada di wilayah Musi Banyuasin (Muba) dengan 206 titik panas. Kemudian disusul Musi Rawas Utara sebanyak 171 titik, dan Musi Rawas sebanyak 141 titik.

Selanjutnya Penukal Abab Lematang Ilir 123 titik, Muara Enim 82 titik, OKI 56 titik, Lahat 50 titik, OKU Selatan sebanyak 48 titik, OKU 32 titik, Empat Lawang 25 titik, Banyuasin 18 titik, Prabumulih 12 titik, Ogan Ilir 12 titik, OKU Timur 12 titik, Lubuklinggau 6 titik, Pagaralam 4 titik, dan terakhir Palembang ada 2 titik panas.

"Untuk Sumsel yang kita waspadai adalah Muba dan Pali," jelas dia.

Baca Juga: Tata Kelola Gambut: Izin Korporasi dan Ketegasan Pemerintah 

2. Ingatkan masyarakat tak membakar saat membuka lahan

1.000 Titik Panas Terpantau di Sumsel Sejak Awal TahunKepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto (IDN Times/Rangga Erfizal)

Ferdian menambahkan, banyak masyarakat yang telah membuka lahan dengan cara dibakar. Pihaknya berusaha memberikan pengertian agar kasus kebakaran seperti tahun sebelumnya tak kembali dilakukan.

"Saat ini tim Manggala Agni juga sudah bersiaga untuk memantau kondisi lahan di Sumsel," beber dia.

Baca Juga: Warga Sumsel Diminta Waspada Hotspot Memasuki Musim Kemarau

3. Peralihan cuaca menuju kemarau terjadi di April

1.000 Titik Panas Terpantau di Sumsel Sejak Awal TahunIlustrasi kemarau. Tanah tambak mengering di Kecamatan Mangara Bombang, Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (2/9/2019) (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Sebelumnya, Stasiun Klimatologi Sumatra Selatan (Sumsel) memprakirakan kondisi musim kemarau akan terjadi pada Mei mendatang. Peralihan musim tersebut akan dimulai pada April dengan berkurangnya tingkat curah hujan.

Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, peralihan musim dari hujan ke kemarau akan memicu peningkatan titik panas. Stasiun Klimatologi mengingatkan peningkatan hotspot berpengaruh terhadap kerawanan lahan terbakar.

"Menurunnya curah hujan adalah kemunculan hotspot kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Berdasarkan data yang ada, hotspot sudah mulai terjadi meski musim kemarau belum benar-benar terjadi," ungkap Kepala Stasiun Klimatologi Sumsel, Wandayantolis.

Wandayantolis mengatakan, musim kemarau tahun 2022 diprakirakan akan berjalan selama empat bulan. Dimulai pada Mei dan mencapai puncak pada September 2022 mendatang. Dengan masuknya musim kemarau, maka akan memengaruhi dinamika atmosfer.

"Berdasarkan prakiraan dasarian pada awal April 2022, potensi curah hujan berkisar 20-100 mm. Ini menunjukkan pola tren menurun sebagaimana biasanya saat memasuki musim kemarau," ujar dia.

Baca Juga: Menjaga Lahan Gambut Ternyata Bisa Mencegah Perubahan Iklim

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya