Wawako Palembang Akui Penanganan Sampah di Palembang Belum Maksimal

Jalankan program TPS Terpadu

Palembang, IDN Times - Wakil Wali Kota (Wawako) Palembang, Fitrianti Agustinda mengakui, terhadap masih banyaknya sampah di sejumlah kawasan kota termasuk Seberang Ulu, itu memang belum ditangani dengan maksimal. 

"Memang penanggulangan masalah sampah ini terus kita rapatkan dan kerjasama kan terus. Terutama sampah yang ada di pinggir poros jalan," katanya, di ruang rapat Setda II, Kantor Wali Kota Palembang, Senin (22/7).

1. Pembangunan program TPS baru di wilayah Kalidoni

Wawako Palembang Akui Penanganan Sampah di Palembang Belum MaksimalIDN Times/Feny Maulia Agustin

Fitrianti mengungkapkan, Pemkot Palembang sendiri lagi mengupayakan program tentang sampah dengan membangun pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Terpadu. Hanya saja, program tersebut masih terfokus di daerah Kalidoni. Karena, daerah itu sudah menjadi percontohan dalam memanfaatkan sampah plastik menjadi berguna.

"Pasti di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Palembang akan dibangun TPS terpadu. Semua sampah organik akan dikelola dan ditata, dicacah dan dimanfaatkan menjadi pupuk," ungkapnya.

2. Pemanfaatan sampah mempengaruhi perekonomian warga

Wawako Palembang Akui Penanganan Sampah di Palembang Belum MaksimalIDN Times/Feny Maulia Agustin

Menurut wanita yang karib disapa Finda itu, bila sampah-sampah plastik dapat diolah sesuai dengan kebutuhan, maka masyarakat bisa membangun dan meningkatkan perekonomian lokal.

"TPS berguna dalam pemanfaatan, misal menjadikan sampah untuk bahan bakar premium atau solar dari hasil penguraian. Bahkan, minyak tanah yang katanya sudah langka bisa kita hasilkan. Kalau sudah produktif, tentu warga bisa menjual hasil yang kemudian menambah perekonomian," ujarnya.

3. Program TPS Terpadu bisa meminimalisir sampah

Wawako Palembang Akui Penanganan Sampah di Palembang Belum MaksimalIDN Times/Feny Maulia Agustin

Bertambahnya sampah plastik itu, mengakibatkan sampah terus menggunung dan itu sangat berdampak negatif untuk wajah kota. Kemudian, selain menimbulkan bau tidak sedap, sampah plastik juga sulit diurai dan membutuhkan waktu lama.

"Sampah non organik ini membutuhkan waktu 400 tahun. Makanya kami tingkatkan ke setiap kecamatan untuk membangun TPS, dengan memilah-milah mana sampah yang berfungsi dengan maksimal dan dapat meminimalisir sampah," jelasnya.

"Kami harapkan dari kesadaran masyarakat bisa saling membantu, gotong royong bersama, saling menghargai untuk dapat membangun Palembang bebas sampah," sambungnya.

Baca Juga: Wajah Wisata Sungai Sekanak, Ada Sampah Plastik dan Aroma Tak Sedap 

4. Pengambilan sampah tetap sesuai waktu yang ditetapkan DLHK Palembang

Wawako Palembang Akui Penanganan Sampah di Palembang Belum MaksimalIDN Times/Feny Maulia Agustin

Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan (DLHK) Palembang, terang Finda, sudah membuat kebijakan pengaturan waktu untuk pengambilan sampah di tiap daerah. Jadi, sebaiknya masyarakat mengikuti rule yang sudah ditetapkan pemerintah.

"Ya wajar saja, mengingat volume sampah sangat banyak. Harus mengangkut sampah di jam-jam tertentu yang sudah ditetapkan DLHK. Tapi terkadang sampah yang sudah diangkut setelah waktu pengambilan, masyarakat membuang sampah lagi," terangnya.

"Saya mohon, semua pihak termasuk warga bisa menerima keputusan dengan bijak. Bersama-sama tidak merusak pemandangan, dan wajib mengikuti aturan yang ada agar tidak menimbulkan kotoran dan membuat kota menjadi teratur," tandasnya.

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya