Tantangan Media Massa Menjawab Persaingan Bisnis dengan Medsos

AJI Palembang menggelar outlook series

Palembang, IDN Times - Kemajuan teknologi yang kian canggih memaksa perusahaan media massa terus berinovasi dalam memberikan fakta lewat siaran berita. Perkembangan media sosial (medsos) di tengah masyarakat membuat perubahan pola konsumsi publik mendapatkan informasi.

Menurut Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia Sumatra Selatan (AMSI Sumsel), Sidratul Muntaha, teknologi digital menjadi tantangan bagi media massa untuk bekerja lebih keras mengalahkan kecepatan informasi dari medsos, khususnya dalam penyajian data yang belum tentu dipastikan kebenarannya.

"Perkembangan teknologi berkaitan erat dengan media baru, media start up yang baru merintis dunia pers. Ada kekhawatiran dari perusahaan online maupun cetak yang bisa dikendalikan teknologi. Dalam arti, jurnalis perusahaan pers disamakan dengan netizen yang kualitasnya tidak sederajat," katanya dalam Kegiatan 'Outlook Series Tantangan Bisnis Media' yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang, Rabu (23/12/2020).

1. Media massa dipaksa membuat konten sederhana namun disukai pembaca

Tantangan Media Massa Menjawab Persaingan Bisnis dengan MedsosIlustrasi (IDN Times/Helmi Shemi)

Sejumlah tantangan berat yang perlu dihadapi media masa, adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat mencari informasi lewat media massa. Publik saat ini dominan mengandalkan data lewat medsos secara gratis, ketimbang membaca berita dari situs online ataupun media cetak.

"Maka media massa terutama online dipaksa membuat konten sederhana tetapi disukai pembaca. Contoh saja konten receh justru engagement-nya tinggi, sehingga perusahaan pers dituntut berinovasi mengolah produk pers," ungkap dia.

Baca Juga: Hindari, 5 Sikap Buruk Kontributor Penulis Media Massa

2. Media massa harus mengikuti perubahan zaman

Tantangan Media Massa Menjawab Persaingan Bisnis dengan MedsosKegiatan Outlook Series Tantangan Bisnis Media yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Namun bila dilihat secara umum, persaingan media massa dan medsos sangat terlihat dari perkembangan pemberitaan media konvensial. Penilaian Direktur Utama Sumatera Ekspres, Muslimin, serangan di media konvensional harus memerhatikan dua sisi.

"Misalnya saja kondisi sekarang, sisi satu tampak dari pandemik COVID-19 dan kedua masalah medsos. Medsos sangat luar biasa, karena lebih cepat dan disukai netizen. Medsos tidak dipercaya tapi dibaca. Media cetak dipercaya tapi tidak dibaca. Contohnya informasi lewat Instagram, YouTube dan Facebook," terangnya.

Tantangan media massa ke depan menurutnya menimbulkan optimisme. Dalam jangka panjang, media massa harus mengikuti tren bisnis sesuai zaman, seperti perubahan empat pola. Yakni inovasi bisnis digital, yakni informasi dan data merujuk digitalisasi.

"Kedua bisnis data. Semua sudah diubah dalam bentuk data elektronik. Ketiga bisnis kesehatan, ini akan terus karena COVID-19 tidak akan berakhir, panjang waktunya saat ini masih pro kontra. Terakhir mengulas tren WFH, yang sekarang dunia pers pun sedang merasakannya," timpal dia.

3. Perusahaan pers dan jurnalis harus memiliki mental baja

Tantangan Media Massa Menjawab Persaingan Bisnis dengan MedsosIlustrasi media sosial (Pexels/Tobias Dziuba)

Kepala Newsroom Sriwijaya Post-Tribun Sumsel, Wenny Ramdiastuti melanjutkan, tantangan terbesar media massa di tengah pandemik COVID-19 adalah menguatkan pondasi.

"Kami grup Tribun yang bahkan sudah kuat secara online, menyebarkan informasi cepat untuk dilihat publik sebenarnya juga masih tergagap-gagap. Padahal kami punya media cetak yang ditunjang online. Kami berharap ke depan ada kekuatan di antara kita bersaing dengan medsos. Tapi satu hal penting, kita pun jangan menganggap remeh medsos," jelasnya.

Wenny menyampaikan, jurnalis dan perusahaan pers harus memiliki mental baja sebagai bentuk wartawan menolak mati dan kalah dari medsos. Insan pers katanya mesti berani tampil, terus tampil, dan menunjukkan eksistensi. Apalagi jurnalis merupakan profesi yang sangat diperlukan.

4. Perusahaan radio mesti mengedepankan teknis automation

Tantangan Media Massa Menjawab Persaingan Bisnis dengan MedsosIlustrasi media sosial (Unsplash.com/Austindistel)

Sementara berdasarkan analisa Stasiun Manger Sonora FM dan Smart FM Palembang, Dina Apriana, kemajuan teknologi dengan dunia radio menuntut perusahaan memberikan kejelasan teknis, menerangkan perbedaan antara komunikasi sistem siaran suara dengan podcast.

"Banyak masyarakat yang meminta radio membuat podcast, padahal ada perbedaan di antara keduanya. Podcast adalah visual teknis komunikasi dengan sistem obrolan radio. Secara umun berbeda jauh, nah tujuan kami sebagai orang radio harus mengedepankan perubahan soal automation," tandas dia.

Baca Juga: Penyiar Radio yang Kocak, 10 Adu Pesona Nycta Gina dan Fitri Tropica

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya