Sulit Saingi Cerita Fiksi, Film Maker: Dokumenter Harus Naik Kelas

kreativitas cerita dari seorang film maker masih kurang

Palembang, IDN Times - Kreativitas seorang film maker atau pembuat film memang sangat dibutuhkan untuk menunjang hasil cerita yang menarik. Selain menjadi unsur utama dalam skenario, diperlukan kreativitas dalam pembaruan inovasi karya termasuk ketika proses pembuatan film dokumenter.

Menurut Ketua Asosiasi Film Dokumenter Nusantara Penyutradara Capter Palembang, Ari Ibnu Hajar, permasalahan yang terjadi saat ini adalah minimnya penyuka film dokumenter dibandingkan dengan film fiksi drama dan horor.

"Sekarang penonton kurang menyukai film dokumenter. Itu karena kreativitas yang membuat ceritanya masih sedikit. Padahal, dalam film semua informasi bisa disampaikan lewat gambar. Permasalahannya, film dokumenter sekarang banyak dengan gaya monoton dan flat sehingga penonton bosen. Inilah kenapa film dokumenter seperti anak tiri dibanding fiksi atau horor," ujar dia, usai mengisi paparan pada kegiatan Sepekan Kesenian Palembang, di Guns Cafe, Palembang, Kamis (13/2).

1. Dorong film maker dokumenter untuk naik kelas

Sulit Saingi Cerita Fiksi, Film Maker: Dokumenter Harus Naik KelasSuasana sepekan kesenian Palembang di Guns Caffe (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu mengungkapkan, tantangan terberat bagi film maker dokumenter adalah menyaingi cerita film fiksi drama dan horor. Setidaknya, walau tidak mampu menyetarakan, film dokumenter harus naik tahta ke kelas lebih baik.

"Potensi pasar Indonesia masih drama fiksi. Saya sebagai penggiat dokumenter, berharap film ini bisa naik kelas. Buktinya sudah ada, dengan kehadiran film dokumenter masuk bioskop. Beberapa bulan lalu film Nyanyian Akar Rumput berhasil tayang di bioskop," ungkap dia.

Meski belum mampu menyaingi pasar film fiksi, sambung dia, rencana pertama untuk  menaikkan rating film dokumenter adalah dengan mendorong film maker membuat karya-karya luar biasa. "Paling tidak menyeimbangi lah maunya," sambung dia.

2. Film maker dokumenter harus berinovasi dan menggiring perkembangan jaman

Sulit Saingi Cerita Fiksi, Film Maker: Dokumenter Harus Naik KelasSuasana sepekan kesenian Palembang di Guns Caffe (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ibnu menerangkan, satu cara meningkatkan antusias penonton untuk menyaksikan film dokumenter, tentu si film maker harus bisa berinovasi dan mengikuti perkembangan jaman.

"Bagaimana struktur penggarapan film harus menarik dan menyesuaikan jaman. Menggiring perkembangan jadi pokok penting. Termasuk memperhatikan fokus pengambilan gambar dan pengambilan lokasi pembuatan film," terang dia.

Contoh film dokumenter dengan visual menarik, kata Ibnu, ada pada film Don't Fuck With Cat.

"Lalu ada film dokumenter keluaran BBC dengan judul Jago. Ceritanya orang yang jago selam di Labuan Bajo sambil berburu ikan dan bisa menahan napas lama. Film ini lebih ke gaya ekseneratif," kata dia.

Baca Juga: Pemkot Tantang DKP Pertahankan dan Kembangkan Identitas Kota Palembang

3. Proses awal pembuatan film dokumenter bisa melalui tahapan wawancara

Sulit Saingi Cerita Fiksi, Film Maker: Dokumenter Harus Naik KelasSuasana sepekan kesenian Palembang di Guns Caffe (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ibnu melanjutkan, proses pembuatan film dokumenter ini awal harus melalui wawancara. Kemudian masuk ke transkrip menjadi tulisan, lalu dipilih dan di sortir apa yang mau disampaikan. Selanjutnya melakukan syuting untuk menunjang film tersebut dengan insert gambar. Karena, dari hasil wawancara akan masuk dalam unsur cerita film dokumenter.

"Contoh film binatang anak penyu, film ini tanpa wawancara, tapi gantinya melalui riset, seperti melihat kondisi alamnya, fase kehidupan ketika bertelur. Kemudian kuatkan di pengambilan gambar agar hasilnya memiliki daya tarik," tandas dia.

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya