Suara Pedagang di Palembang Soal Harga Telur: Rakyat Tambah Jelata
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Harga telur ayam yang tinggi di pasaran membuat sejumlah pedagang di Palembang mengeluh. Apalagi kenaikan harga juga terjadi dengan berbagai bahan pokok seperti beras, bawang, dan cabai.
"Masalahnya stok telur ayam dari agen cukup, tapi daya beli turun. Yang ditakutkan telur akan busuk kalau pembeli terus menerus berkurang. Kondisi ini bikin rakyat tambah susah, yang jelata tetap jelata," ujar pedagang telur ayam di Pasar Kamboja Palembang, Buyung, Kamis (1/9/2022).
Baca Juga: 2 Faktor Ini Sebabkan Harga Telur Makin Meroket di Palembang
1. Penjualan telur ayam turun 10 kilogram per hari
Harga telur ayam yang menembus Rp30-32 ribu per kilogram sudah sama dengan harga jual daging ayam satu kilogram. Akibatnya, banyak konsumen memilih daging ayam ketimbang telur ayam.
"Dalam sehari biasanya sampai 15 kilogram telur ayam terjual. Sekarang cuma 5 kilogram, karena konsumen banyak membeli ayamnya langsung daripada beli telurnya saja," kata dia.
Selain telur ayam, kenaikan harga juga terjadi pada harga beras medium dan premium yang naik berkisar Rp6 ribu hingga Rp10 ribu per kilogram, dari harga normal di angka Rp10 ribu sampai Rp12 ribu per kilogram.
2. Pembeli pilih telur ayam pecah karena lebih murah
Hal serupa juga dirasakan Denawati, pedagang telur ayam di Pasar Jakabaring Palembang. Menurutnya, kenaikan harga telur ayam secara tidak langsung sangat memengaruhi minat masyarakat.
"Penjualan rata-rata mencapai 150 dus telur ayam, sekarang hanya terjual 75 dus telur ayam," timpalnya.
Bahkan kata Denawati, banyak konsumen membeli telur ayam yang masih kotor atau belum dibersihkan dari kotoran ayam karena harga lebih murah.
"Ada juga yang beli telur pecah dan retak, karena harganya lebih murah. Dijual Rp25 ribu per kilogram," tambah dia.
3. Pedagang martabak telur tak berani menaikkan harga
Menurut penjual martabak telur di Palembang, Meina, dirinya juga turut merasakan dampak kenaikan harga telur ayam. Sebab untuk membuat martabak, ia membutuhkan 2-3 telur untuk satu porsi yang dijual.
"Kalau untuk menaikan harga kami belum berani, karena yang beli martabak ini gak stabil. Kadang ramai kadang sepi. Kalau naik, takutnya konsumen jadi turun juga," ungkap Meina yang berjualan Martabak India di Jalan Mayor Santoso Kecamatan Ilir Timur I.
Untuk menyiasati agar martabak telurnya tetap dengan cita rasa sama, ia menggunakan 2-3 telur ayam. Ukuran martabak telur pun dibuat kecil.
"Buat martabak itu kan bahan dasarnya telur, sebelum telur naik kami pakai telur ukuran besar semua, tapi sekarang pilih telur ukuran besar dicampur telur kecil, kalau tidak seperti ini tidak dapat untung," tandas dia
Baca Juga: Harga Telur Kalahkan Daging Ayam, Pedagang Akui Sepi Pembeli