Belajar Tatap Muka Dipaksakan, Respon Akademisi dan Pengamat Palembang

Wako Palembang izinkan belajar di sekolah mulai Januari 2021

Palembang, IDN Times - Kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang yang mengizinkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau belajar tatap muka di sekolah, dikomentari akademisi dan pengamat kesehatan.

Menurut Akademisi Pendidikan Sumatra Selatan (Sumsel), Joko Siswanto, pemerintah daerah seharusnya memperhatikan dua hal penting. Yakni persoalan kesehatan dan tetap menjalankan keberlangsungan proses belajar mengajar.

"Sekolah harus benar-benar ketat, bila perlu ada perjanjian jika ada yang melanggar protokol kesehatan (prokes). Apabila prokes dilanggar maka konsekuensi penyebaran COVID-19 akan ditanggung pihak sekolah," katanya kepada IDN Times, Kamis (24/12/2020).

1. Minta Pemda dan Dinkes jamin tidak ada klaster baru

Belajar Tatap Muka Dipaksakan, Respon Akademisi dan Pengamat PalembangJoko Siswanto Ketua Kagama Sumsel (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ia menerangkan, Pemkot dan Dinas Kesehatan (Dinkes) harus menjamin tidak akan terjadi penyebaran COVID-19 seperti klaster baru di lingkungan sekolah.

"Kalau kondisinya masih fluktuatif dan diadakan sekolah offline (tatap muka) maka akan semakin parah. Apalagi anak susah diatur saat berkumpul. Jangankan pelajar di kampus, mahasiswa pun susah menjaga jarak," ungkapnya.

Baca Juga: Sah! Belajar Tatap Muka di Palembang Dimulai Minggu Kedua Januari 2021

2. Joko sarankan sistem aman tatap muka

Belajar Tatap Muka Dipaksakan, Respon Akademisi dan Pengamat PalembangSuasana di sekolah dengan sarana protokol kesehatan COVID-19 (Dok. KPAI)

Joko menilai, belajar tatap muka bisa dilakukan jika institusi pendidikan memenuhi daftar periksa, yakni ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan. Seperti toilet bersih, sarana cuci tangan, hand sanitizer, masker, dan disinfektan. Termasuk fasilitas pelayanan kesehatan pendukung lain.

"Untuk sementara kita harus melalui daring dulu namun bertahap untuk tatap muka, seperti zona hijau atau kuning silakan dibuka dengan jumlah siswa yang sedikit," terang dia.

Kendati mengakui belajar daring memang sangat menjenuhkan, namun di sisi lain menurut Joko, faktor kesehatan harus lebih diutamakan.

"Memang bosan belajar daring, saya akui itu. Sehingga menurut saya jika ingin tatap muka, bisa dilakukan dalam kurun waktu dua minggu sekali, tapi itu di atur maksimal 50 orang," tegasnya.

Baca Juga: Jelang Belajar Tatap Muka, Dinkes Ingkatkan Potensi Klaster Baru

3. Belajar tatap muka di sekolah terlalu tergesa-gesa

Belajar Tatap Muka Dipaksakan, Respon Akademisi dan Pengamat PalembangDr. Iche Andriyani Liberty, M.Kes, Ahli Epidemiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. (IDN Times/Humas Pemprov Sumsel)

Berdasarkan penilaian pengamat kesehatan Sumsel yang juga Ahli Epidemiologi, Dr Iche Andriyani Liberty, keputusan belajar tatap muka di pekan kedua Januari 2021 terkesan terburu-buru dan belum tepat untuk dilaksanakan. Palembang katanya tidak menemui kesulitan saat sekolah daring. Belajar tatap muka pun tidak perlu dipaksakan.

"Kabarnya sekolah akan dibuka kembali oleh Pemkot Palembang di jenjang SMK, SMP, SD, dan TK. Anak-anak seusia itu terlalu riskan kalau harus sekolah tatap muka, banyak hal yang harus benar-benar dipastikan terkendali," tutur dia.

4. Belajar atap muka mesti menunggu parameter COVID-19 landai

Belajar Tatap Muka Dipaksakan, Respon Akademisi dan Pengamat PalembangIlustrasi aktivitas di sekolah. IDN Times/Feny Maulia Agustin

Menurut Iche, fungsi sekolah diliburkan untuk memperketat dan melandaikan kurva COVID-19. Namun faktanya kurva justru tidak melandai, dan Pemkot Palembang malah mengizinkan belajar di sekolah.

Berdasarkan data terakhir, pada 23 Desember 2020, kasus COVID-19 di Sumsel yang aktif mencapai 602 orang dengan usia 5-14 tahun. Sebanyak 482 orang di antaranya berada di rentang usia 15-19 tahun.

"Walaupun tingkat kematian tidak setinggi kasus konfirmasi pada orang dewasa, namun penularan pada anak-anak tetap saja terjadi. Apalagi kebanyakan orangtua atau ibu-ibu terkadang tidak sabar jika menjemput anak-anaknya. Mereka masih susah diatur," timpalnya.

Iche menyarankan, belajar tatap muka harus menunggu parameter pandemik COVID-19 terkendali atau sudah herd immunity, dan masyarakat telah mendapat kepastian soal vaksin.

"Kaji kembali mana yang menjadi urgent untuk tatap muka. Kalau memang masih bisa dilakukan daring, tolong daring dulu, demi kesehatan dan keamanan generasi mendatang. Penularan tidak hanya berpotensi dari siswa dan guru, tapi juga keluarga dan orang-orang luar yang membawa virus masuk ke area sekolah," tandas dia.

Baca Juga: Tes Rapid Bandara SMB 2 Meningkat, Penumpang Reaktif Dilarang Terbang

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya