TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fenomena 'Seluang Mudik' di Sungai Musi, Berkah Bagi Warga Muba

Ikan Seluang dapat diolah jadi berbagai macam makanan

(Ikan seluang) IDN Times/Yuliani

Intinya Sih...

  • Setiap tahun, warga Musi Banyuasin memanen ikan seluang dari Sungai Musi saat air surut
  • Warga menunggu debit air surut untuk menangkap ikan seluang yang banyak di sungai, menjadi berkah bagi warga sekitar
  • Ikan seluang diolah menjadi berbagai makanan favorit, seperti pempek, pepes, dan pundang seluang

Musi Banyuasin, IDN Times - Setiap satu tahun sekali tepatnya di penghujung musim penghujan, warga kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatra Selatan (Sumsel), bersuka cita memanen ikan seluang dari Sungai Musi.

Kemunculan ikan mungil dalam jumlah banyak ini sering disebut dengan istilah 'Seluang Mudik', karena saat air mulai surut warga di tepian sungai di wilayah Sekayu dan sekitarnya berkumpul membentangkan tangkul mencari ikan jenis ini. 

Saat itulah persediaan ikan seluang melimpah, karena volume air yang sudah lebih rendah dari permukaan tebing sungai, menjadi salah satu ciri memasuki musim Seluang Mudik.

Baca Juga: Resep Mi Celor Khas Palembang, Santapan Istimewa Raja Sriwijaya

1. Seluang Mudik karena ikan berenang ke hulu sungai

(Ikan seluang) IDN Times/istimewa

Saat air tinggi apalagi musim banjir, persediaan ikan seluang sudah berlimpah di sungai. Namun saat 'Ayo Nalam', menangkapnya pun cukup sulit sehingga warga menunggu debit air sedikit surut. 

Dari sana muncul istilah Seluang Mudik, karena ikan akan memiliki kebiasaan berpindah tempat menuju hulu Sungai Musi. Hal ini menjadi berkah bagi warga sekitar dan memanfaatkan ikan seluang untuk mengais rezeki.

Baca Juga: Resep Laksan Kuah Susu, Inovasi Menu Khas Palembang Bebas Kolestrol

2. Ikan langsung banyak saat air surut

(Warga Sekayu saat menjual ikan seluang) IDN Times/istimewa

Erma, salah satu warga Kelurahan Balai Agung Kecamatan Sekayu, mengatakan sejak menangkul ikan seluang, dirinya mendapat keuntungan dan bisa menambah uang belanja sehari-hari.

"Seluang putih Rp30 per kilo. Biasanya yang kecil sering digiling dan dibuat pempek. Lalu untuk seluang yang agak gelap Rp25 ribu per kilo," ujarnya saat dijumpai saat berjualan di pinggir jalan.

Dirinya mengaku tahun ini cukup melimpah dari hasil menangkul ikan seluang. Apalagi untuk ukuran ikan besar-besar.

"Pernah sekali nangkul dapat 20 kilo lebih, namun sekarang tidak banyak lagi. Tergantung cuaca juga, kalau panas susah dapat ikan. Biasanya kami nangkul pagi atau sore, atau saat cuaca mendung banyak sekali dapat seluang," terangnya.

Berita Terkini Lainnya