TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Diserang Penyakit Ngorok, Belasan Kerbau di OKI Mati Mendadak

Rata-rata kerbau yang mati usia dewasa dan dilepasliarkan

(Kerbau yang mati akibat penyakit ngorok di OKI) IDN Times/istimewa

Intinya Sih...

  • Belasan kerbau di OKI, Sumsel mati mendadak di rawa-rawa atau padang rumput.
  • Kematian disebabkan penyakit SE/HS, menyerang kerbau dewasa dan anak-anak dengan bobot 400-500 kg.
  • Dinas Peternakan sudah siapkan 1.200 vaksin untuk hewan ternak dan menghadapi kendala peternak yang tidak berkenan divaksinasi.

Ogan Komering Ilir, IDN Times - Belasan kerbau di Desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam dan Desa Tanjung Batu, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, dilaporkan mati mendadak.

Hewan ternak tersebut mati dalam hitungan hari di rawa-rawa atau padang rumput.

Baca Juga: Ribuan Bangkai Ayam Ditemukan Terapung di Sungai Pinang Mura

1. Terima laporan kematian kerbau di dua tempat

(Kerbau yang mati akibat penyakit ngorok di OKI) IDN Times/istimewa

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan dari Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten OKI, Sadi Purwanto, membenarkan kejadian tersebut dan telah menerima laporan terkait banyaknya kerbau yang mati.

"Kami sudah dapat laporan melalui UPT Puskeswan Pangkalan Lampam sebanyak 15 ekor kerbau di Desa Riding Kecamatan Pangkalan Lampam, dan di lokasi lain ada empat ekor di Desa Tanjung Batu Kecamatan Air Sugihan juga mati mendadak," ujarnya, Jumat (5/4/2024).

Baca Juga: Kapolres Muara Enim Imbau Pemudik Tak Saling Mendahului di Perlintasan

2. Penyebaran lebih cepat jika hewan dilepasliarkan

Foto oleh Roger Brown dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/bidang-lahan-padang-lapangan-5127241/

Ia menjelaskan, penyebab kematian kerbau tersebut karena penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau Haemorraghic Septecaemia (HS). Peternak biasa menyebutnya dengan penyakit ngorok.

"Penyakit ngorok ini salah satu yang harus diwaspadai. Apalagi jika hewan ternaknya dilepasliarkan, maka penyebarannya bisa sangat cepat," ungkapnya.

Lanjutnya, penyebaran virus SE/HS tersebut dapat terjangkit melalui kontak langsung dan pakannya. Daya tahan tubuh ternak yang lemah juga membuat penyebarannya semakin cepat.

"Rata-rata untuk kerbau yang dilaporkan mati ini berusia dewasa dan anak-anak, dengan bobot antara 400 hingga 500 kilogram," bebernya.

3. Siapkan 1.200 vaksin untuk hewan ternak selama satu tahun

ilustrasi produksi vaksin (Pexels.com/Plato Terentev)

Sadi menyebutkan jika harus memutus penyebaran virus tersebut maka hewan ternak harus divaksinasi.

"Kami sudah menyiapkan 1.200 vaksinasi untuk satu tahun yang akan diberikan untuk hewan ternak yang ada di OKI," jelasnya.

Namun untuk kasus yang ada di Pangkalan Lampam dan Air Sugihan, ia mengatakan jika hal tersebut karena belum sempat divaksinasi akibat pihaknya sedang melakukan vaksinasi di tempat lain.

"Belum sempat divaksinasi, baru mau divaksin sudah ada kejadian kematian mendadak itu," terangnya.

Berita Terkini Lainnya