Kabid Pencegahan dan pengendalian penyakit Dinkes Palembang Yudhi Setiawan (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Setelah pelaksanaan uji klinis vaksin DBD yang menyasar 7.500 sampel di Palembang, selanjutnya mereka yang mendapatkan vaksin tersebut akan diamati selama lima tahun sejak suntikan pertama dilakukan. Tujuannya untuk melihat seberapa efektif vaksin itu terhadap seseorang.
"Harapannya, yang sudah divaksin tidak terkena DBD. Tapi penting diketahui juga, DBD ini cepat terpapar jika antibodi menurun. Dari vaksinasi, tujuannya untuk melihat antibodi seseorang itu tinggi atau tidak, kebal terhadap DBD atau bagaimana," jelasnya.
Sementara berdasarkan data yang diterima IDN Times, kasus DBD pada 2024 di angka 930 kasus dengan tingkat kematian tinggi, jika tidak ditangani dengan segera. Penurunan DBD naik apabila cuaca di satu wilayah dalam kondisi lembab. Karena suhu ini, memicu jentik DBD yang bersarang di daerah basah berkembang lebih cepat.
"Akibat suhu lembap yang terjadi, kasus DBD sepanjang ramadan berkembang luas. Per Maret 2025 tercatat ada 40 kasus DBD," kata dia.
Meski penularan kasus terbilang cepat, Yudhi menyampaikan dari angka kasus DBD tersebut tidak menyebabkan pasien meninggal. Namun memang katanya, masyarakat perlu waspada menghadapi cuaca ekstrem dan perkembangan jentik nyamuk. Dalam langkah mencegah kasus DBD makin banyak lanjutnya, Dinkes Palembang tak bosan mengajak warga untuk terus menggalakkan program 3M yaitu menguras tempat penampungan air dan menutup tempat-tempat penampungan air.