Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

[WANSUS] Rencana Uji Coba Vaksin DBD di Palembang, Menyasar Siapa?

Puluhan pasien DBD dirawat di rumah sakit (IDN Times/ Riyanto)
Puluhan pasien DBD dirawat di rumah sakit (IDN Times/ Riyanto)
Intinya sih...
  • Uji coba vaksin DBD di Palembang direncanakan pada Agustus 2025
  • Vaksin telah mendapatkan izin dari BPOM dan akan ditujukan terhadap siswa SD
  • Setelah uji coba, penerima vaksin akan diamati selama lima tahun untuk melihat efektivitasnya

Palembang, IDN Times - Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang disorot sektor kesehatan. Selain karena tiap tahun kasusnya selalu ada, DBD jadi masalah signifikan dunia kesehatan.

Faktor itu mendorong dinas kesehatan memprioritaskan pencegahan dan penanganannya di lingkungan sekitar. Tak saja masuk program kementerian kesehatan, antisipasi DBD juga dilakukan untuk menekan lonjakan kasus yang mengkhawatirkan.

1. Vaksin DBD berasal dari Jepang

Kepala Bidang Penanggulangan Kesehatan Dinkes Palembang Yudhi Setiawan (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Kepala Bidang Penanggulangan Kesehatan Dinkes Palembang Yudhi Setiawan (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Langkah terbaru mencegah kasus DBD di satu wilayah, termasuk Kota Palembang adalah dengan mencanangkan uji coba vaksin DBD yang direncanakan berlangsung pada Agustus 2025 mendatang. Uji coba vaksin itu, segera terealisasi setelah perusahaan farmasi dari Jepang yang merupakan pembuat vaksin DBD melakukan evaluasi pasca pemasaran produk yang diklaim aman dan layak.

Efektivitas vaksin ini pun sudah siap edar karena telah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM. Sebelumnya, vaksin DBD ini telah dilakukan penelitian pada 2022.

"Sebenarnya vaksin DBD dari perusahaan Jepang, PT Takeda, di 2022 sudah dijual. Kemudian ini penelitian kembali melihat efektivitas setelah dipasarkan bulan delapan (Agustus) nanti," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang Yudhi Setiawan, kepada IDN Times, Senin (30/6/2025).

2. Uji coba vaksinasi DBD untuk 7.500 sampel di Palembang

Pengasapan DBD di lingkungan  masyarakat Kota Banjarmasin.
Pengasapan DBD di lingkungan masyarakat.

Dia menjelaskan, penelitian pembuatan vaksin DBD ini, merupakan penelitian awal dari ahli kesehatan yang sudah profesional. Dalam keterlibatan penelitian vaksin ini, ikut serta dosen kesehatan masyarakat dan kedokteran dari Universitas Sriwijaya (UNSRI). Kemudian lanjut Yudhi, menggandeng guru besar dari Jakarta Selatan, Banjarmasin termasuk Palembang. Penelitian ini juga telah mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Sudah ada uji kelayakan, mendapatkan BPOM dan telah memiliki izin edar," kata dia.

Berdasarkan uji coba vaksin di masyarakat yang akan berlangsung Agustus nanti, vaksinasi akan ditunjukkan terhadap siswa Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu kelompok yang rentan terkena DBD.

"Akan ada pengambilan sampel random sekitar 7.500, nanti akan jemput bola ke 60 sekolah di SD, termasuk nanti terealisasi di 10 puskesmas Palembang. Dalam sehari targetnya 3-4 orang menerima vaksinasi," jelas Yudhi.

3. Vaksinasi DBD bukan program pemerintah berbayar jutaan rupiah

Pasien DBD saat jalani perawatan di RSUD Caruban. IDN Times/ Riyanto
Pasien DBD saat jalani perawatan di RSUD Caruban. IDN Times/ Riyanto

Sebenarnya kata dia, vaksinasi DBD sudah berlangsung sejak lama. Namun memang pemberiannya tidak gratis karena tak masuk di program pemerintah. Bahkan di beberapa rumah sakit sudah menyediakan vaksin tersebut dengan merek dagang tertentu.

"Di apotek ada yang jual tapi bayar, sasarannya mulai usia 6-45 tahun," jelasnya.

Yudhi menyebut, vaksinasi yang dilakukan di rumah sakit dan bukan program Kementerian Kesehatan, berbayar hingga jutaan rupiah. Agar efek samping vaksin efektif, vaksinasi seumur hidup dilakukan dua kali.

"Program kemenkes nanti juga tersedia di rumah sakit. Penelitiannya ditarget selesai 2028," ujar Yudhi.

4. Harapan pasca vaksinasi DBD tidak kembali terpapar terhadap individu yang pernah positif DBD

IMG_20250612_090052.jpg
Kabid Pencegahan dan pengendalian penyakit Dinkes Palembang Yudhi Setiawan (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Setelah pelaksanaan uji coba vaksin DBD yang menyasar 7.500 sampel di Palembang, selanjutnya mereka yang mendapatkan vaksin tersebut akan diamati selama lima tahun sejak suntikan pertama dilakukan. Tujuannya untuk melihat seberapa efektif vaksin itu terhadap seseorang.

"Harapannya, yang sudah divaksin tidak terkena DBD. Tapi penting diketahui juga, DBD ini cepat terpapar jika antibodi menurun. Dari vaksinasi, tujuannya untuk melihat antibodi seseorang itu tinggi atau tidak, kebal terhadap DBD atau bagaimana," jelasnya.

Sementara berdasarkan data yang diterima IDN Times, kasus DBD pada 2024 di angka 930 kasus dengan tingkat kematian tinggi, jika tidak ditangani dengan segera. Penurunan DBD naik apabila cuaca di satu wilayah dalam kondisi lembab. Karena suhu ini, memicu jentik DBD yang bersarang di daerah basah berkembang lebih cepat.

"Akibat suhu lembab yang terjadi, kasus DBD sepanjang ramadan berkembang luas. Per Maret 2025 tercatat ada 40 kasus DBD," kata dia.

Meski penularan kasus terbilang cepat, Yudhi menyampaikan dari angka kasus DBD tersebut tidak menyebabkan pasien meninggal. Namun memang katanya, masyarakat perlu waspada menghadapi cuaca ekstrem dan perkembangan jentik nyamuk. Dalam langkah mencegah kasus DBD makin banyak lanjutnya, Dinkes Palembang tak bosan mengajak warga untuk terus menggalakkan program 3M yaitu menguras tempat penampungan air dan menutup tempat-tempat penampungan air.

5. Pro kontra vaksinasi DBD di masyarakat

Foto sejumlah pasien DBD saat dirawat di RSUD Kota Bima beberapa hari lalu (IDN Times/Juliadin)
Foto sejumlah pasien DBD saat dirawat di rumah sakit (IDN Times/Juliadin)

Menanggapi rencana vaksinasi DBD, Krisna salah satu warga Palembang mengaku tidak ingin jadi bagian uji coba penerima vaksin DBD meski gratis. Sebab katanya, terlalu banyak vaksin dalam tubuh, justru menimbulkan kekhawatiran karena badan sudah banyak mendapatkan obat-obatan.

"Sudah pernah vaksin COVID-19, vaksin waktu kecil. Banyak sekali badan ini dimasukkan obat. Kalau ada (vaksinasi gratis) kayaknya tidak (tak mau menerima vaksinasi). Lebih baik jaga kesehatan, lingkungan dan pertahankan stamina agar tidak mudah sakit," jelas dia.

Kemudian kata Ibnu, warga Palembang yang pernah positif DBD, ketika dirinya sakit hal paling penting adalah jaga pikiran agar tidak tambah stres. Lalu tetap memantau kondisi trombosit tubuh. Selanjutnya, pasrah menerima pengobatan agar tetap sembuh.

"Kalau saya karena sudah pernah (DBD), tidak masalah (divaksin DBD untuk keluarga) mencegah daripada mengobati. Karena kalau sudah sakit dan tidak ketahuan efeknya bahaya," katanya.

6. Vaksinasi DBD sudah rekomendasi WHO, IDI dan IDAI

Kantor Dinkes Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Kantor Dinkes Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Dikutip dari Kajian Vaksinasi DBD Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel), secara epidemiologi data Kemenkes RI, terdapat peningkatan jumlah kasus DBD dari 73.518 orang positif DBD pada 2021 menjadi 131.265 kasus pada tahun 2022. Rata-rata kasus DBD ini berisiko terpapar dan sangat rentan menular individu yang pernah memiliki riwayat inveksi virus dengue, individu dengan sistem kekebalan tubuh rendah dan tinggal di lingkungan rumah kotor.

Kemudian berdasarkan rekomendasi vaksin DBD penelitian world health organization's (WHO) dengan merek dagang QDenga yang diproduksi Takeda dan dipasarkan oleh PT Bio Farma, menunjukkan efikasi baik terhadap keseluruhan serotipe virus untuk anak 4-16 tahun di negara endemis (baseline seropositive) dan efikasi pada serotipe 1 dan 2 pada anak (baseline seronegative).

Uji coba vaksin DBD ini pun sudah mendapatkan izin dari perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia melalui surat rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Target vaksinasi DBD juga direkomendasikan bagi orang dewasa berusia 19-45 tahun dengan jadwal dua dosis (0 dan 3 bulan) secara subkutan.

Sedangkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin DBD dapat diberikan pada seropositif maupun seromegatif usia 6-45 tahun dengan penyuntikan subkutan 2 dosis interval 3 bulan. Harapannya, program vaksinasi DBD ditarget mencapai Zero Dengue Death di Indonesia pada 2030 lewat program pemerintah strategi nasional penanggulangan Dengue tahun 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us