(Ilustrasi siswa saat belajar di rumah) ANTARA FOTO/Arnas Padda
Pengamat Pendikan Sumatra Selatan (Sumsel) sekaligus dosen di Universitas Sriwijaya (Unsri), Joko Siswanto melanjutkan, KBM yang tetap diperpanjang dengan pembelajaran online menimbulkan pro kontra.
Ia mengatakan, setahun mengajar daring banyak memunculkan pengalaman baru. Dirinya juga merasakan kelelahan, karena tidak memungkiri ada rasa jenuh ketika tidak bisa memantau interaksi mahasiswa secara langsung.
"Sisi plus semua yang terlibat dalam proses ini ada tantangannya untuk belajar. Paling tidak, mereka menerima pengetahuan kecil mengenai IT, karena ini soal teknologi dan jarak jauh. Yang terlibat menjadi rajin digital," ungkapnya.
Namun dampak negatif yang dirasakan setahun interaksi online katanya minim interaktif. Pengaruh jarak jauh dan tanpa tatap muka langsung menyebabkan seseorang tidak bisa menilai secara psikologis. Contohnya, dosen yang tidak dapat melihat mahasiswa sulit memberikan nilai etika.
"Kalau belajar langsung, kita tahu perilakunya terlihat dari gerakan fisik, melihat wajahnya. Nah karena online kadang mereka ini sengaja mematikan kamera, jadi saat menjawab pertanyaan tidak bisa mengetahui kemampuan mereka sebenarnya," tambah dia.
Kendati demikian, sambung Joko, hal paling penting dari semua kondisi adalah mengambil sisi terbaik dan mengedepankan hikmah di baliknya. Sehingga ketika menjalani pembelajaran daring, diharapkan tidak menjadi beban bagi semua pihak.
"Walaupun online juga harus membuat e-learning terganggu karena sinyal yang ramai, padat, dan saling berebutan istilahnya. Tetapi setidaknya kita lebih memahami fitur digitalisasi dan jadi bukti kemajuan teknologi," tandas dia.