Kerbau air domestik (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)
Sementara itu, Kabid Peternakan, Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Peternakan Kabupaten Lahat, Adi Sulistiyono menjelaskan, matinya kerbau warga tersebut karena terserang penyakit SE (ngorok). Untuk penanganannya hanya melalui pengobatan saja.
"Kondisi ini sebelumnya di Desember 2024, juga sempat terjadi di Kecamatan Tanjung Tebat, tapi berhasil cepat ditangani. Kami sudah dua kali ke lokasi (Merapi Selatan), yang sakit ada yang sudah diobati, yang sehat kami beri vitamin," ucapnya.
Namun persoalannya, kerbau warga ini banyak yang diliarkan. Pihaknya tidak mampu melayani jika ternak warga diliarkan, karena menurutnya setidaknya kerbau tersebut sudah ditangkap dan dikandangkan.
Adi berharap, peternak, pemerintah desa dan kecamatan bisa bekerjasama dengan pihaknya dalam lakukan pengobatan. Dengan cara menentukan jadwal dan mengandangkan hewan ternaknya. Karena dengan jumlah tenaga yang terbatas, pihaknya tidak bisa berulang kali hanya berikan pelayanan untuk satu kecamatan saja.
"Penyakit ini tidak bahaya untuk manusia, tapi bisa ikut menyerang sapi dan kambing. Awal mula penyakit ini karena terbawa dari luar. Untuk itu, peternak kami imbau tidak menjual hewan kerbaunya jika melihat terindikasi penyakit, sehingga penyakit tersebut tidak menyebar ke wilayah lain," imbaunya.