Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Usai Diguyur Hujan, Titik Api di Sumsel Menghilang

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Wilayah Ogan Ilir (Dok: Mangga Agni)
Intinya sih...
  • Puncak kemarau di Sumsel akan berlangsung selama satu bulan
  • Hotspot tak terlihat setelah hujan mengguyur sejumlah wilayah di Sumsel
  • Hujan masih akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan, memengaruhi potensi hujan dan banjir

Palembang, IDN Times - Pasca hujan yang mengguyur sejumlah wilayah di Sumsel membuat hotspot atau
titik panas tak terlihat. Titik panas tersebut terpantau menghilang di peta sebaran karhutla di aplikasi Sipongi milik KLHK.

"Masih ada hujan beberapa hari terakhir, jadi aman," ujar Kepala Bidang Penanganan Darurat (BPBD) Sumsel, Sudirman, Sabtu (6/7/2024).

1. Januari-Juni terpantau ada 400 titik panas

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Wilayah Ogan Ilir (Dok: Mangga Agni)

Menurut Sudirman, kondisi saat ini berbanding terbalik dengan beberapa hari sebelumnya, ketima titik panas terpantau di sejumlah wilayah. Sepanjang 2024 tercatat sudah lebih dari 400 titik panas terpantau di Sumsel.

"Doa kita bersama tak terjadi Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla)," jelas dia.

2. Dinamika atmostfer pengaruhi kondisi hujan

Proses pemadaman karhutla di lahan gambut di kawasan Sungai Rengit Banyuasin (Dok: Manggala Agni)

Sementara itu, Kabid Operasi dan Informasi Stasiun Metereologi Palebang, Veronica Sinta Andayani, mengatakan jika hujan masih akan terjadi di wilayah Sumsel dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini lah yang menyebabkan hotspot yang sebelumnya terpantau di beberapa wilayah tak terpantau lagi.

"Kalau dari dinamika atmosfer masih memengaruhi potensi hujan, sampai dengan pertengahan bulan (Juli) ini," beber dia.

3. Puncak kemarau akan terjadi bulan depan

Ilustrasi musim kemarau. https://images.app.goo.gl/6k4X6pF8YhAEoJDT9

Veronica menambahkan, hujan di Sumsel terpantau terjadi secara merata di semua wilayah. Hanya saja, hujan yang terjadi memiliki tingkatna intensitas yang berbeda-beda antar wilayah.

"Kami masih terus memonitor fluktuasi dinamika atmosfer yang ada. Meski begitu, potensi terjadi banjir sangat minim karena hujan bersifat lokal," beber dia.

Pihaknya meminta semua pihak tetap waspada mengenai puncak kemarau yang sudah ada di depan mata. Adapun puncak kemarau tersebut akan dimulai pada akhir Juli dan sampai dipuncaknya pada Agustus 2024 mendatang.

"Puncak kemarau tetap di Juli akhir sampai dengan Agustus akhir, sekitar 1 bulan lebih," tutup dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deryardli Tiarhendi
Rangga Erfizal
Deryardli Tiarhendi
EditorDeryardli Tiarhendi
Follow Us