Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi gen Z

Intinya sih...

  • Frugal living atau gaya hidup hemat kini tren di kalangan Gen Z dan Millenials
  • Frugal living bukan tentang pelit, tapi cerdas memilah kebutuhan dan mengelola emosi dalam berbelanja
  • Konsep frugal living membantu menjaga keuangan stabil, mengalihkan keuangan untuk investasi atau tabungan

Palembang, IDN Times - Frugal living atau kebiasaan gaya hidup kini ramai dibahas. Apalagi tren ini, sering diterapkan Generasi Z dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya untuk bisa menabung dan menjaga finasial atau keuangan lebih stabil.

Sejumlah Gen Z di Palembang saat ini pun getol menerapkan gaya hidup lebih hemat agar bisa mendapatkan barang prioritas. Namun kata mereka, meski menerapkan tren frugal living, jangan sampai tidak menyenangkan diri sendiri.

1. Frugal living bukan berarti tidak menyenangkan diri

Ilustrasi gen z (frepik)

Yuni, alumni Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Islam di Palembang misalnya. Meski dia setuju dengan kehidupan menghemat dengan istilah frugal living, Yuni tetap bisa memberi kesenangan diri sendiri dengan tetap beli kopi seminggu beberapa kali.

Dia menilai, frugal living itu bukan pelit atau perhitungan. Tetapi katanya, cerdas memilah apa yang dibutuhkan dan tidak memaksa keinginan secara emosi. Yuni yang memang penikmat kopi, tak bisa meninggalkan kebiasaannya mengonsumsi kopi.

"Jadi lebih ke tidak membeli barang yang tidak penting. Misal lagi jalan lihat tas bagus, ada di dalam diri mau dan ingin beli. Tapi jadi mikir dua kali, kira-kira kalau beli sepenting apa? Padahal ada uangnya, lebih ke menahan diri tidak langsung saat itu mau, langsung san harus beli. Lihat batas kebutuhan," jelasnya kepada IDN Times, Jumat (28/3/2025).

2. Frugal living tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri

Ilustrasi gen z (frepik)

Tak hanya Yuni, Mela karyawan swasta di Palembang menilai, konsep frugal living bukan hal baru dalam mengatur keuangan. Ia menyebut frugal living saat ini tren penyebutannya, dalam dunia media sosial (medsos). Padahal zaman dulu, orangtua dan keluarga sudah menerapkan konsep frugal living.

"Lebih ke bahasa gaul (frugal living), kalau secara bahasa sekarang, artinya hidup sederhana. Konsep ini meminimalisir hal yang tidak perlu atau kurang penting," kata dia.

Setuju dengan penerapan frugal living, dia juga menggunakan pendapatan hanya untuk hal mendesak. Pengeluarannya pun tidak untuk diri sendiri, namun berbagi dengan sekitar, membantu keluarga, dan lain-lain. Dia yang menerima gaji hasil kerja, uang itu sudah memiliki posko masing-masing untuk memenuhi kebutuhan primer tanpa harus mengejar gaya hidup.

"Jadi tidak mementingkan diri sendiri secara emosional. Lebih mementingkan kebutuhan hidup dan tidak fokus ke gengsi. Contohnya, tidak mengikuti tren seperti kalau ada baju lagi tren, aku gak beli. Jadi beli barang bukan pas lagi ramai, tapi sesuai kebutuhan," jelasnya.

3. Konsep frugal living memang harus diterapkan di keseharian

Ilustrasi gen z

Sementara menurut Husna, Gen Z yang kini sudah menikah, konsep frugal living memang tepat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena katanya, pola frugal living menjadikan diri kita tidak terlalu konsumtif dan boros belanja.

"Jadi tindakan memprioritaskan kebutuhan dibanding keinginan ini juga melatih diri bisa me-manage hidup yang baik dan tentunya jadi bisa mengalihkan keuangan untuk kebutuhan investasi atau tabungan," kata dia.

Husna mengatakan, frugal living jadi bagian penting dalam hidup, supaya keuangan stabil. Jika keuangan tersusun dan diatur positif, maka masa depan bisa lebih terencana, tanpa harus khawatir kekurangan dana.

"Setidaknya untuk menjaga agar keuangan dalam kondisi stabil. Karena keuangan juga menjadi salah satu poin yang memengaruhi kondisi diri (stres dan ketenangan). Kondisi ini sekarang erat dikaitkan dengan para Generasi Z," jelasnya.

Editorial Team