Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi DBD. (IDN Times/Aditya Pratama).

Intinya sih...

  • Kasus kematian akibat DBD di Sumsel mencapai 34 kasus sepanjang Januari-Mei 2024, tertinggi dalam empat tahun terakhir.
  • Lonjakan sebaran kasus di Sumsel menyebabkan peningkatan angka kematian akibat DBD, dengan total 3.814 orang terkena DBD pada tahun 2024.
  • Pihak Dinkes Sumsel melakukan berbagai upaya pengendalian vektor dan antisipasi, serta sosialisasi kepada masyarakat mengenai pola hidup bersih untuk mencegah penyebaran DBD.

Palembang, IDN Times - Angka kematian akibat Demam Berdarah Dangue (DBD) terus mengalami peningkatan. Data terbaru Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel, kasus kematian DBD mencapai 34 kasus sepanjang Januari-Mei 2024.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dinkes Sumsel, Ira Primadesa l, mengatakan jumlah tersebut dianggap lebih tinggi dibandingkan 2021-2023.

"Kasus kematian akibat DBD terbanyak terjadi di Kota Palembang sembilan orang, Ogan Komering Ulu (OKU) delapan orang, Ogan Ilir (OI) lima orang, Musi Banyuasin (Muba) empat orang, Banyuasin tiga orang dan OKU Selatan dua orang. Kemudian di Lahat, Pagar Alam dan OKU Timur masing-masing satu orang. Total ada 34 orang meninggal akibat DBD di Sumsel," beber Ira, Selasa (21/5/2024).

1. Jumlah kasus DBD tertinggi empat tahun terakhir

ilustrasi demam (Irfan Fitrat/rejogja.co.id)

Ira menjelaskan, pada 2021 kasus kematian DBD di Sumsel hanya tiga orang. Kemudian 2022 naik menjadi 31 orang dan 2023 turun menjadi 22 orang. Melonjaknya angka kematian akibat DBD terjadi karena lonjakan sebaran kasus di Sumsel.

Dari data tiga tahun terakhir, pihaknya mencatat tahun 2024 pun menjadi tahun dengan angka tertinggi dibanding tiga tahun terakhir. Di tahun ini ada 3.814 orang terkena DBD sedangkan di tahun 2023 ada 2.804 kasus. Lalu 2022 ada 2.854 kasus dan 2021 ada 1.135 kasus.

"Kenaikan kasus DBD tertinggi terjadi pada Januari yang mencapai 1.578 kasus, kemudian Februari 1.194 kasus, Maret 729 kasus dan April 293 kasus. Untuk Mei ini baru ada 20 kasus (sampai 20 Mei), tapi masih di-update terus," jelas dia.

2. Sejak awal klaim sudah antisipasi DBD

ilustrasi pasien DBD (pexels.con/Anna Shvets)

Melonjaknya kasus DBD diklaim sejak awal sudah dilakukan pengantisipasian dengan mengeluarkan surat edaran pemberantasan sarang nyamuk (PSN) pada bulan Januari 2024. Lalu Februari mengeluarkan edaran mengantisipasi kejadian luar biasa (KLB). Upaya itu membuat tren kasusnya menurun pada Maret hingga Mei.

"Dinkes Sumsel juga telah mendistribusikan insektisida, larvasida, dan RDT ke seluruh daerah di Sumsel sebagai upaya antisipasi. Pelaksanaan PSN dan pengendalian vektor juga telah dilakukan serentak di kabupaten/kota untuk mengantisipasi meluasnya DBD di Sumsel," jelas dia.

3. Gandus salah satu wilayah kasus DBD tertinggi

Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti. (alodokter.com)

Camat Gandus l, Jufriansyah mengatakan, dalam langkah menangani DBD pihaknya terus melakukan sosialisasi kemasyarakat mengenai pola hidup bersih terutama tentang pola 3M,l; menguras, menutup, dan mengubur, untuk menghindari ada genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti.

"Iya tentu sosialisai yang utama di setiap kegiatan kecamatan maupun saat menghadiri undangan dari warga, kita akan selalu memberitahu tentang 3M," jelas Jufriansyah.

Jufri mengaku, salah satu penyebab sebaran DBD tertinggi di Palembang ada di wilayahnya Gandus. Hal ini bukan tanpa sebab, dikarenakan Gandus menjadi salah satu wilayah yang paling banyak berkembang di Palembang.

Kondisi tersebut menyebabkan banyaknya pembangunan perumahan baru, sehingga wilayah yang tadinya rawa ataupun hutan dimanfaatkan masyarakat untuk tinggal.

"Selain karena musim hujan, Gandus menjadi daerah yang sedang berkembang sehingga banyak perumahan subsidi baru. Secara geografis, Gandus berbatasan lansung dengan aliran Sungai Musi," ungkap dia.

Sesuai surat edaran Pj Wali Kota Ratu Dewa, pihaknya memberikan bantuan Fogging gratis kepada masyarakat untuk mencegah penyebaran DBD. Masyarakat cukup menyampaikan permintaan untuk dilakukan fogging dengan menghubungi akun instagram kecamatan.

"Kami juga bekerjasama dengan puskesmas melakukan penyebaran bibit abate (pembunuh jentik) untuk pencegahan nyamuk DBD. Bahkan masyarakat yang sedang kritis memerlukan bantuan turut akan kita bantu dengan merujuknya ke RS, meski belum ada BPJS. Nanti BPJSnya kita bantu aktifkan," tutup dia.

Editorial Team