Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pejabat Otoritas Veteriner, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumsel, drh Jafrizal (IDN Times/Rangga Erfizal)
Pejabat Otoritas Veteriner, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumsel, drh Jafrizal (IDN Times/Rangga Erfizal)

Intinya sih...

  • Pemprov Sumsel perketat pengawasan telur untuk hindari kontaminasi bakteri

  • Peternak wajib memiliki sertifikat NKV, gudang dan ritel juga harus higienis

  • Sertifikat NKV bukan formalitas, melainkan jaminan produk telur aman, sehat, utuh, dan halal

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Telur merupakan sumber protein tinggi yang dapat dijangkau masyarakat dengan harga yang murah. Kebutuhan akan telur pun menjadi pilihan karena pengolahannya yang mudah. Namun, telur juga mudah terkontaminasi bakteri hal ini membuat peredaran telur menjadi perhatian Pemprov Sumsel.

Pejabat Otoritas Veteriner Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumsel Jafrizal menjelaskan, pemda harus terlibat dalam memastikan status higienis dan sanitasi produk telur yang ada. Sistem pengawasan tersebut berjenjang harus dilakukan mulai dari peternakan, gudang penyimpanan hingga ke ritel maupun toko.

"Berdasar Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 dan PP Nomor 95 Tahun 2012 menegaskan kewajiban pemerintah pusat dan daerah menjamin higienis serta sanitasi mulai dari peternakan hingga tempat penjualan produk hewani," ungkap Jafrizal kepada IDN TImes, Senin (6/10/2025).

1. Risiko kontaminasi bisa terjadi di setiap rantai distribusi

ilustrasi telur (freepik.com/KamranAydinov)

Menurut Jafrizal, distribusi produk hewani harus mendapat pengawasan tidak hanya ditingkat peternak sebagaimana saat ini terus digalakan Pemprov Sumsel dengan mewajibkan peternak untuk memiliki sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Pihaknya pun menilai gudang dan ritel perlu memberikan kepastian higienis kepada masyarakat.

"Banyak yang keliru menganggap NKV hanya wajib untuk peternak ayam petelur, padahal sertifikat ini juga harus dimiliki gudang, tempat pengolahan, hingga kios dan toko, karena risiko kontaminasi dapat terjadi di setiap rantai distribusi pangan," jelas dia.

2. Telur kaya protein bisa jadi berbahaya

ilustrasi menuangkan telur (unsplash.com/Marga Santoso)

Dirinya menjelaskan, produk telur dapat mudah terkontaminasi jika pola penyimpanan yang dilakukan salah. Dengan memiliki NKV gudang dan ritel mampu mendapat edukasi mengenai penyimpanan telur dan tata kelola yang baik.

"Telur yang awalnya sehat bisa berubah jadi berbahaya bila ditangani ditempat yang kotor, dijual di kios yang penuh debu atau ditangani oleh pekerja yang tidak menjaga kebersihan," jelas dia.

Selain faktor kebersihan, ruangan penyimpanan produk hewani harus teratur dan tak bisa berubah-ubah. Dirinya menilai banyak toko yang tak memperhatikan kondisi pengendalian suhu.

"Satu titik lemah dalam rantai distribusi dapat merusak seluruh upaya menjaga mutu," jelas dia.

3. Upaya menjaga kualitas dari kandang hingga meja makan

ilustrasi memecahkan telur (pexels.com/Klaus Nielsen)

Sertifikat NKV bukan sekedar dokumen formalitas, melainkan pelindung, dan sekaligus jaminan bahwa produk yang kita konsumsi tetap aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Pihaknya berharap melalui pembinaan, pendampingan, dan edukasi, para pedagang memahami dan mampu memenuhi standar NKV.

"Bahwa dari kandang hingga ke meja makan, setiap produk yang dikonsumsi masyarakat harus melewati rantai pengawasan yang ketat. Hanya dengan cara itu kita bisa memastikan setiap butir telur yang sampai di tangan rakyat benar-benar menjadi sumber gizi, bukan sumber penyakit," jelas dia.

Editorial Team