Padang, IDN Times - Selasa (15/10/2024) siang, puluhan pengendara sepeda motor tampak tengah mengantre Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sentra Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Modular 15.251.010 yang ada di kawasan Kampus Universitas Andalas (UNAND).
Farez Fathoni Albadri tengah menunggu giliran untuk mengisi BBM sepeda motor Blade yang tengah ia kendarai. Menggunakan kemeja berwarna hitam, celana biru serta tas yang ia sandang, pemuda itu terlihat seperti seorang mahasiswa di kampus ternama di Sumatra Barat itu.
Perlahan ia mulai menggeser sepeda motornya ke depan sesuai dengan antrean yang telah ditentukan. Sebelum gilirannya tiba, Farez memutar kunci sepeda motor itu dan mengangkat jok sepeda motornya.
Setelah menunggu kurang lebih 10 menit, giliran Farez untuk mengisi BBM sepeda motornya akhirnya tiba. Ia mendorong sepeda motornya tepat sejajar dengan mesin pompa yang dijaga oleh seorang pria.
"20 ribu ya bang," ujarnya kepada petugas SPBU yang menggunakan celana dan baju berwarna merah dengan merek Pertamina pada bagian dada sebelah kanan.
Pria berkumis tipis itu langsung mengangguk sembari menarik gagang nozzle berwarna biru yang tergantung di mesin pompa berwarna putih dengan campuran hijau itu.
"Dimulai dari 0 ya," ujar pria berambut pendek itu sambil memasukkan nozzle ke lobang tangki sepeda motor yang didorong oleh Farez.
Tidak butuh waktu lama, jumlah BBM yang diinginkan Farez sudah terisi sesuai dengan permintaan mahasiswa semester akhir itu. "Terima kasih, Pak," kata Farez sembari memberikan 2 lembar uang pecahan Rp10 ribu kepada petugas itu.
"Iya sama-sama," jawab petugas sembari meletakkan kembali nozzle di mesin pompa SPBU.
Sementara Farez menutup tangki sepeda motornya yang dilanjutkan dengan menutup jok. Lalu, Farez mendorong sepeda motornya ke depan untuk memberikan kesempatan kepada perempuan yang menggunakan sepeda motor Scoopy yang mengantre di belakangnya.
Farez menarik napas lega, dan melihat ke arah meteran sepeda motornya yang terlihat sudah mulai naik. IDN Times lalu menghampirinya untuk meminta kesediaannya diwawancarai soal keberadaan SPBU Modular itu.
"Saya sedang ditunggu dosen pembimbing saya," tuturnya setelah meninggalkan nomor telepon genggamnya.
Farez lalu menancap gas sepeda motornya ke arah kampus untuk menemui dosen pembimbing yang akan mendiskusikan tentang skripsi yang tengah ia tulis.
Detik demi detik pun berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Farez akhirnya membalas pesan singkat yang dikirimkan melalui aplikasi Wahats App.
"Ya, saya tunggu di depan Fakultas Peternakan saja," tulisnya.
IDN Times langsung menghampiri sepeda motor yang terparkir di arah jalan keluar lokasi SPBU dan langsung menghampiri pemuda itu di tempat yang sudah dijanjikan. Terlihat dari kejauhan, beberapa orang mahasiswa tengah berkumpul di depan Fakultas Peternakan yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari SPBU Modular itu.
Salah satu dari mereka adalah Farez dengan senyum sumringahnya usai mendapatkan pencerahan dari dosen pembimbingnya tentang skripsi yang tengah ia kerjakan. IDN Times berhenti di parkiran yang sudah disediakan dan langsung menghampiri Farez dengan harap-harap cemas tentang kesediaannya untuk diwawancarai.
Sambil mengulurkan tangannya, pemuda itu memperkenalkan diri dan yang terakhir diketahui ia adalah mahasiswa yang sudah 5 tahun menimba ilmu di Universitas dengan logo pohon beringin dan lilin itu.
"Saya masuk di UNAND ini tahun 2019. Terpaut sekitar 3 tahun sebelum SPBU Modular itu ada," katanya.
Farez menceritakan, sebelum SPBU Modular itu berdiri di kampus dengan almamater berwarna hijau itu, dirinya sangat merasa kesulitan jika kehabisan BBM saat berada di kampus.
"Maklum lah, kampus ini kan berada cukup jauh dari perkotaan. Tentu sangat sulit mendapatkan BBM di sini sebelum SPBU itu ada," katanya.
Beberapa tahun silam, Farez pernah mengalami kehabisan bensin di kampusnya. Ia terpaksa harus meminta bantuan temannya untuk mendorong sepeda motornya.
"Ya kalau habis bensin saya minta tolong teman untuk mendorongkan hingga menemukan penjual bensin eceran di pinggir jalan," katanya.
Meskipun telah mendapatkan BBM, ia tetap merasa kurang puas saat mengisi bahan bakar untuk sepeda motor yang ia sayangi itu. Alasannya tidak muluk-muluk, Farez mengungkapkan bahwa BBM yang dijual dengan menggunakan botol air minum mineral itu memiliki banyak kekurangan.
"Karena tentu ukurannya tidak jelas apakah memang cukup satu liter atau tidak. Ditambah lagi, kualitas BBM yang dijual kita juga tidak tahu," tuturnya.
Jika tidak ingin mengisi BBM eceran tersebut, pilihan lain yang bisa ia lakukan adalah meminta temannya untuk mendorongkan sepeda motornya ke SPBU terdekat yang berjarak kurang lebih 10 kilometer.
"Ya, kalau ke SPBU terdekat jaraknya sangat jauh. Kasihan juga teman saya harus mendorongkan sejauh itu," katanya.
Lalu, mahasiswa berambut rapi itu membandingkan dengan keadaan setelah berdirinya SPBU Modular di kawasan kampusnya itu. "Setelah berdirinya SPBU itu saya tidak perlu khawatir lagi soal kehabisan BBM di area kampus. Karena tidak terlalu jauh untuk mendapatkannya," katanya.
Tidak hanya soal jarak, kualitas BBM yang dijual di SPBU Modular itu juga menjadi sebuah pertimbangan bagi Farez. "BBM yang dijual di SPBU itu juga Pertamax yang kualitasnya sudah teruji," tuturnya.