SISKA Diharapkan Wujudkan Swasembada Sapi di Sumsel

Intinya sih...
- Program swasembada sapi fokus di Sumsel melalui integrasi sapi dan kelapa sawit (SISKA) untuk meningkatkan produktivitas tanaman sawit.
- Budidaya sapi dengan pola SISKA sudah berkembang di kalangan petani sawit plasma di Muba, dengan dampak positif bagi tanaman sawit.
- Pola SISKA relevan untuk mengembangkan populasi sawit yang menurun, serta merupakan bagian dari program pemerintah dalam mengembangkan sawit berkelanjutan.
Palembang, IDN Times – Program swasembada sapi menjadi perhatian utama di Sumatra Selatan (Sumsel) melalui pengembangan di lahan kelapa sawit. Sistem integrasi sapi dan kelapa sawit (SISKA) diyakini dapat meningkatkan produktivitas tanaman sawit dan efisiensi biaya produksi peternakan sapi.
Wakil Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia, Bambang Gianto, menjelaskan bahwa budidaya sapi dengan pola SISKA sudah mulai berkembang di kalangan petani sawit plasma di Sumsel. "Pola ini menawarkan nilai tambah yang signifikan bagi petani sawit plasma. Selain membantu petani dari sisi ekonomi, sistem ini juga dapat mewujudkan swasembada sapi di Sumsel," ujar Bambang Gianto, Jumat (23/8/2024).
1. Ada 1.500 sapi yang dikembangkan petani sawit plasma
Bambang juga menyebut bahwa petani sawit plasma di Musi Banyuasin (Muba) telah memulai pengembangan sistem SISKA ini. Saat ini, terdapat sekitar 1.500 sapi yang dikembangkan di kebun sawit di daerah tersebut. "Dampaknya positif bagi tanaman sawit milik para petani, di mana tanah yang digunakan untuk beternak menjadi lebih subur sehingga meningkatkan produktivitas sawit," tambahnya.
Ia juga berharap bahwa ke depannya, peningkatan populasi sapi dan penggunaan pola SISKA dapat diperluas di Sumsel. "Kita ingin mempercepat peningkatan populasi sapi dan mengajak lebih banyak peternak untuk menggunakan pola SISKA agar dapat lebih luas diterapkan di Sumsel," jelasnya.
Senada dengan Bambang, Ketua Dewan Pengawas Aspekpir Indonesia, Rusman Heriawan, menyatakan bahwa pola SISKA relevan untuk mengembangkan populasi sawit yang menurun dalam 10 tahun terakhir. "Pola ini diharapkan dapat mendorong investasi dari perusahaan kelapa sawit dan pemerintah dalam pengadaan sapi bakalan dan sapi indukan," ujarnya.
2. BPDPKS dorong petani kembangkan pola siska
Kepala Divisi UKMK Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Helmi Muhansyah, menambahkan bahwa program SISKA ini merupakan bagian dari program pemerintah dalam mengembangkan sawit berkelanjutan. "Sistem pola SISKA mampu mengembangkan sumber daya manusia dan pangan di wilayah komoditas sawit," jelas Helmi.
Helmi juga menekankan bahwa kinerja BPDPKS diukur dari kemampuan menghimpun, mengelola, dan menyalurkan dana yang dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan kinerja sektor sawit di Indonesia. "Kami berfokus pada peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor sawit melalui berbagai program yang didukung oleh dana BPDPKS," tambahnya.
3. Dinas Perkebunan dorong pengembangan sawit berkelanjutan
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Sumsel, Agus Darwa, menyatakan pentingnya dukungan BPDPKS untuk mendukung budidaya sapi berbasis kelapa sawit secara masif. "Dana yang dihimpun BPDPKS sangat besar, dan bisa digunakan untuk mengembangkan budidaya sapi berbasis kelapa sawit," kata Agus.
Agus juga mengusulkan agar pengembangan budidaya sapi berbasis kelapa sawit dimasukkan dalam kategori yang dapat dibantu oleh BPDPKS melalui bidang sarana dan prasarana (Sarpras), terutama bagi petani sawit yang melakukan replanting. "Kalau ini dapat dimasukkan ke dalam Sarpras, dana Sarpras bisa dioptimalkan penyerapannya," tutupnya.
Dengan program ini, diharapkan integrasi sapi dan sawit dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas dan membantu mewujudkan swasembada sapi di Sumsel.