Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Nelayan memarkirkan kapal kecil di Muaro Anai (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)
Nelayan memarkirkan kapal kecil di Muaro Anai (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)

Intinya sih...

  • Nelayan di Muaro Anai menggantungkan harapan pada pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

  • Pendangkalan di Muaro Anai menyebabkan penurunan hasil tangkapan ikan dan kesulitan mendapatkan BBM, serta sulitnya perbaikan kapal.

  • Kementerian KKP berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menyelesaikan permasalahan nelayan, serta membangun fasilitas seperti SPBU dan bengkel kapal.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Padang, IDN Times - Terik mentari di Kota Padang bak membakar kulit pada siang itu, Kamis (16/10/2025). Eriadi menatap lurus ke arah para pekerja yang tengah sibuk mengaduk semen di daerah Muaro Anai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Pria paruh baya itu menarik napasnya pelan, lalu kembali menghisap rokok yang sejak beberapa menit lalu ia jepitkan di jemari kanannya. Kepulan asap dihembuskan pelan.

"Kami sangat menggantungkan harapan pada pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih ini," kata pria yang dipercaya sebagai ketua nelayan di daerah itu pelan.

Pria yang akrab disapa Aciak itu membayangkan jika apa yang dibangun saat ini terwujud, maka puluhan nelayan yang ada di sekitar Muaro Anai akan hidup lebih sejahtera lagi. Pasalnya, saat ini para nelayan itu hanya bisa menghasilkan uang puluhan ribu rupiah setiap harinya usai bertarung dengan gelombang laut untuk mendapatkan ikan kecil yang nantinya dijual di lokasi itu.

Kesulitan nelayan di Muaro Anai

Pendangkalan yang terjadi di Muaro Anai (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)

Pada masa lalu, Muaro Anai menurut Eriadi, adalah tempat penjualan ikan yang cukup besar. Karena, kapal-kapal besar banyak yang bersandar di sana dan membongkar ikan hasil tangkapannya. Tetapi, masa itu telah berakhir. Belasan tahun berlalu, tidak ada lagi kapal besar yang masuk ke pelabuhan Muaro Anai karena pendangkalan yang terjadi sehingga menyulitkan para kapal-kapal besar untuk masuk.

Seiring berjalannya waktu, pasar ikan yang dulunya ramai, saat ini menjadi sepi karena semakin sedikitnya ikan yang dihasilkan nelayan yang ada di sekitar lokasi itu dan tidak danya kapal besar yang masuk.

"Pendangkalan ini seingat saya terjadi pada tahun 2010 lalu dan sampai saat ini semakin parah dan kami tidak mampu untuk melakukan pengerukan itu," katanya.

Pada masa itu, nelayan di sekitar Muaro Anai cukup bernapas lega karena bisa menghasilkan rupiah untuk menghidupi keluarga mereka. Tapi, saat ini para nelayan terpaksa harus puas dengan hasil tangkapan yang minim.

"Karena, kami hanya bisa menggunakan kapal kecil saja yang hanya bisa menjangkau paling jauh sekitar 2 kilometer ke tengah laut untuk menangkap ikan," tuturnya.

Dengan jangkauan jarak yang minim, tentunya para nelayan tersebut tidak mampu menangkap ikan berukuran besar seperti Tuna apalagi Kerapu yang memiliki harga yang cukup menjanjikan.

"Hanya ikan-ikan kecil yang bisa kami tangkap yang tentunya harganya tidak semahal Tuna dan ikan berukuran besar lainnya," lanjutnya.

Kesulitan lainnya tidak berhenti sampai di situ. Sulitnya mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) juga menjadi batu sandungan bagi para nelayan yang ada di Muaro Anai. Karena, tidak adanya Sentra Pengisian Bahan Bakar Umum (SPU) khusus nelayan di lokasi tersebut.

"Kami terpaksa harus berebut mendapatkan BBM baik solar ataupun Pertalite dengan pengguna kendaraan lainnya yang kadang dapat dan kadang harus mencari ke SPBU yang lebih jauh," katanya.

Kesulitan lainnya yang dirasakan para nelayan di Muaro Anai saat ini kerusakan kapal yang kerap terjadi saat menangkap ikan dan sulit untuk melakukan perbaikan.

"Kalau adanya kerusakan kapal, biasanya kami akan melakukan perbaikan secara mandiri. Karena kalau ke bengkel kapal itu jauh dan harganya juga mahal," katanya.

Dengan dibangunnya Kampung Nelayan Merah Putih di Muaro Anai, Aciak berharap agar perekonomian nelayan nantinya akan bisa berkembang dan lokasi itu kembali menjadi sentra ikan yang dikunjungi oleh semua masyarakat.

Negara harus hadir untuk masyarakat

Staf Ahli Menteri KKP Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya yang juga sebagai Tim Pelaksana Pembangunan KNMP, Trian Yunanda (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)

Staf Ahli Menteri KKP Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya, Trian Yunanda saat mengunjungi lokasi pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih menegaskan, negara harus hadir untuk masyarakat.

"Untuk setiap permasalahan ini kami akan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk bisa menyelesaikan permasalahan nelayan di sini," katanya.

Trian mengatakan, untuk permasalahan pendangkalan yang terjadi di Muaro Anai KKP akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Karena untuk wilayah sungai berada di kementerian tersebut.

"Nanti kami akan meminta Pemkot Padang untuk menyurati Kementerian KKP dan akan kami koordinasikan dengan Kementerian PU agar bisa dilakukan pengerukan sedimennya," katanya.

Menurutnya, dengan sinergi antar kementerian untuk kesejahteraan masyarakat akan membantu menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat.

"Tentunya, dengan begitu masyarakat bisa merasakan negara hadir untuk menyelesaikan permasalahan mereka dan itulah yang diperintahkan oleh bapak Presiden Prabowo," katanya.

Sementara, untuk permasalahan kapal dan mesin yang dibutuhkan oleh para nelayan, ia akan mengusahakan memberikan bantuan dari Kementerian KKP yang bisa dimanfaatkan oleh para nelayan ke depannya.

Sementara, untuk permasalahan lainnya yang dikeluhkan oleh nelayan di Muaro Anai menurut Trian akan diselesaikan melalui program Kampung Nelayan Merah Putih yang tengah digagas oleh Kementerian KKP.

Pembangunan untuk rakyat

Nelayan memarkirkan kapal kecil di Muaro Anai (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)

Trian mengungkapkan, pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih tersebut akan sangat berdampak ke depannya bagi perekonomian masyarakat pesisir di seluruh Indonesia.

"Tahun ini ada sebanyak 85 Kampung Nelayan Merah Putih yang kita bangun dan di Sumbar ada 2. Pertama di Kabupaten Padang Pariaman dan yang kedua di Kota Padang ini," katanya.

Trian mengatakan, pembangunan yang tengah dilaksanakan itu nantinya sangat diharapkan untuk menjadi sentra perekonomian di wilayah pesisir dan akan berkolaborasi dengan Koperasi Merah Putih.

"Jadi nantinya pengurus Koperasi Merah Putih yang mengelola seluruh fasilitas yang dibangun saat ini agar bisa menumbuhkan perekonomian masyarakat nelayan," katanya.

Menurut Trian, di lokasi yang berukuran kurang lebih satu hektar tersebut akan dibangun berbagai kebutuhan nelayan seperti pabrik es balok yang sangat dibutuhkan oleh nelayan.

"Selain itu juga akan dibangun SPBU khusus nelayan di lokasi ini serta bengkel kapal yang tentunya akan sangat membantu para nelayan nantinya," katanya.

Ia juga mengarahkan Pemerintah Daerah agar bisa mengarahkan kegiatan perekonomian seperti pasar ikan di lokasi itu nantinya agar adanya perputaran uang di tempat itu.

"Jadi, semua fasilitas yang dibangun di sini nantinya akan dikelola oleh Koperasi Merah Putih di sini yang akan berkreatifitas untuk pergerakan ekonomi," tuturnya.

Dengan kreativitas tersebut nantinya menurut Trian akan terjadi pertumbuhan ekonomi dan para nelayan bisa hidup lebih baik kedepannya dengan berbagai program yang dilakukan itu.

Tekad pengurus koperasi Merah Putih

Pekerja bangunan memulai membangun kampung nelayan merah putih di Kabupaten Padang Pariaman (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)

Ketua Koperasi Merah Putih Kelurahan Padang Sarai, Ari sangat optimis bisa membantu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Padang jika kampung nelayan merah putih itu telah terwujud.

"Dari master plan yang kami dapatkan nanti akan banyak yang dibangun di sini seperti SPBU khusus nelayan, cold storage, dan yang terpenting adanya tempat kuliner juga," katanya.

Menurut Ari, jika Koperasi Merah Putih melakukan pengelolaan tempat tersebut nantinya akan melakukan berbagai promosi agar tempat itu dikenal oleh warga Kota Padang dan daerah lainnya.

"Apalagi kalau dilakukan pengerukan di Muara itu dan kapal besar bisa masuk, saya optimis tempat ini akan menjadi sentra ikan di Kota Padang ini nantinya," katanya.

Menurutnya, jika kapal besar bisa masuk ke Muara Batang Anai, maka ikan-ikan hasil tangkapan yang lebih baik tentunya juga akan dibongkar di lokasi itu.

"Dengan begitu akan menarik minat para pembeli baik untuk rumah tangga ataupun untuk dijual kembali nantinya dan dengan begitu perekonomian akan bergerak di sini," katanya.

Ari menyatakan bahwa ia dan anggota koperasinya juga akan bekerja keras untuk bisa mewujudkan perekonomian yang lebih baik untuk nelayan jika pembangunan itu telah diselesaikan.

"Tentunya dengan telah ditunjuk nantinya kami akan bekerja keras untuk bisa mewujudkan mimpi itu agar perekonomian tumbuh pesat seperti harapan bapak Presiden Prabowo," tukasnya.

Editorial Team