Proses pemadaman oleh tim BPBD Sumsel (IDN Times/Rangga Erfizal)
Sementara itu, Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumatra Selatan, memprediksi musim kemarau dakan lebih kering dari tahun 2020. Hal ini diprediksi akan memperparah kekeringan dan dapat menyebabkan karhutla.
"Tahun ini agak kering. Sebagian wilayah sudah memasuki musim kemarau. Dasarian kedua Mei sudah mulai kemarau, curah hujan mulai rendah. Potensi karhutla mulai muncul dengan puncak kemarau terjadi di bulan Agustus 2021 mendatang," Kepala Stasiun Klimatologi Palembang, Hartanto.
Hartanto menambahkan, kondisi kemarau akan berjalan dengan hari tanpa hujan (HTH) selama tiga bulan. BMKG telah melihat sinyal awal kondisi kekeringan karena tidak adanya hujan saat kemarau tiba.
"HTH Sumsel tahun ini kita prediksi sekitar tiga bulan di puncak kemarau. HTH akan dimulai dari, Juni, Juli, Agustus sampai September awal. Prediksi tidak sekering 2019, tapi lebih kering dari 2020," jelas dia.
Dalam tiga bulan itu, BMKG memprediksi intensitas hujan kurang dari 50 milimeter per 10 hari. Kondisi karhutla sangat berpotensi terjadi di cuaca panas kering yang diakibatkan intensitas hujan tersebut. Kondisi HTH juga akan memperluas potensi karhutla.
"Saat kemarau peluang hujan semakin kecil atau di bawah 50 milimeter/10 hari. Sekarang untuk intensitas masih tinggi," kata Hartanto.