Puluhan Narapidana Keracunan, Kalapas Bukittinggi Bungkam

Intinya sih...
- Kepala Lapas Kelas IIA Bukittinggi, Erdianto bungkam soal puluhan narapidana yang diduga keracunan.
- Informasi lebih lanjut akan dijelaskan oleh Kakanwil Pemasyarakatan Sumbar besok dalam rilis bersama.
- Pihak Lapas sedang melakukan penyelidikan internal terkait korban dan penyebab keracunan narapidana.
Padang, IDN Times - Kepala Lapas Kelas IIA Bukittinggi, Erdianto bungkam saat dikonfirmasi soal puluhan narapidana yang diduga mengalami keracunan pada Rabu (30/4/2025).
"Saya tidak tau, nanti biar ibu Kakanwil yang menjelaskan," katanya saat dikonfirmasi awak media di Bukittinggi.
Endrianto juga enggan menjawab soal kebenaran adanya puluhan narapidana yang keracunan di dalam Lapas yang ia pimpin tersebut.
1. Tunggu rilis dengan Kakanwil
Endrianto mengungkapkan, untuk informasi soal dugaan keracunan tersebut awak media harus menunggu keterangan dari Kakanwil Pemasyarakatan Sumbar.
"Besok akan ada rilisnya bersama ibu Kakanwil dan kita tunggu saja besok keterangannya dari ibuk Kakanwil," katanya.
Endrianto juga enggan berkomentar soal penyebab keracunan massal tersebut dan jumlah korban yang dirawat saat ini baik di RSAM Bukittinggi atau di RSUD.
2. Masih penyelidikan internal
Endrianto mengungkapkan, saat ini pihaknya tengah melakukan penyelidikan internal soal korban dan penyebab adanya narapidana yang keracunan tersebut.
"Saat ini kami masih melakukan penyelidikan internal. Soal yang lainnya nanti dijelaskan oleh ibu Kakanwil," katanya.
Ia juga membenarkan narapidana tersebut memang dibawa ke Rumah Sakit Ahmad Mukhtar di Bukittinggi, namun enggan memberikan keterangan lebih lanjut.
3. 22 narapidana keracunan
Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak 22 orang narapidana dari Lapas Kelas IIA Bukittinggi sedang dirawat di Rumah Sakit Ahmad Mukhtar (RSAM) Bukittinggi.
Direktur RSAM Bukittinggi, Busril mengungkapkan 2 orang diantaranya dalam keadaan kritis dan 11 lainnya juga dalam keadaan kode kuning.
"Kami melakukan penanganan dan perawatan yang intensif kepada seluruh pasien ini. Terlebih untuk yang berstatus kode kuning dan merah," katanya.