Ilustrasi anak SMA belajar (unsplash.com/@isengrapher)
Senada dengan Nadra, Vania siswa kelas sepuluh ini pun tak setuju dengan adanya penjurusan IPA, IPS dan Bahasa. Karena rencana itu terkesan sangat terburu-buru dan dipaksakan. Padahal dari siswa lebih memilih untuk konsisten memberikan sistem kegiatan belajar, agar tidak menjadi kebingungan mengejar pendidikan.
"Kalau ada kembali penjurusan IPA dan IPS tahun ini, tentu jadi keputusan yang terburu-buru. Karena bagi kami, siswa, merasa menerima sistem belajar yang digonta-ganti saja. Intinya jangan gonta-ganti tanpa ada peningkatan (pendidikan)," jelasnya.
Respons penolakan pun disampaikan Delia, siswa salah satu SMA Negeri ini menyebut, jika tanpa penjurusan, murid masih bisa menjalani sistem belajar dan mendapatkan pendidikan. Karena rata-rata jurusan kuliah tidak berpatok pada jurusan IPA atau IPS.
"Jadi survei yang ada, dengan dihilangkannya jurusan berapa tahun ini, siswa tetap bisa mengambil jurusan sesuai yang diminati. Karena jurusan minat ini tidak terfokus pada IPA atau IPS. Tapi kalau misal penjurusan dikembalikan lagi, siswa bakal kesulitan memilih jurusan saat kuliah, karena harus berpatok pada jurusan yang diambil saat SMA," kata dia.