Kondisi Pasar Cinde, Senin (21/4/2025) penuh dengan semak belukar usai ditinggal kontraktor dan berperkara dalam hukum (IDN Times/Rangga Erfizal)
Bergeser ke bagian tengah bangunan, Pasar Cinde menjadi layaknya sebuah kolam retensi atau danau buatan yang menampung air di musim hujan. Layaknya sebuah penampungan air, warna airnya berwarna coklat kehijauan dengan dalam sekitar 100 hingga 200 sentimeter.
Beton berupa pasak bangunan yang tertancap di sana hampir tenggelam karena debit air yang tinggi di musim hujan. Seekor bebek bahkan terlihat asik berenang mengitari kolam tersebut. Tak ada yang berani masuk ke dalam bangunan tersebut, para pedagang hanya memandang kondisi pasar dari kejauhan yang kian suram.
"Sudah lama tidak ada aktivitas di dalam, cuma jadi kolam besar saja. Tiap hujan tambah parah, airnya tidak surut-surut," jelas dia.
Para pedagang lama yang menghuni pasar Cinde hanya bisa pasrah dan menunggu pembangunan dapat terlaksana. Pasalnya sudah hampir 10 tahun mereka menerima janji-janji pengerjaan akan segera selesai. Tak sedikit dari mereka ada yang sudah membayar lunas untuk menempati gedung baru yang dijanjikan.
"Harapannya segera dibangun, jangan biarkan pedagang pasar menunggu tanpa kejelasan," jelas dia.
PT Magna Beatum sempat mengklaim telah memasang 2 ribu tiang dari total 2.300 tiang yang akan menyanggah bangunan pasar Cinde. Janji kontraktor akhir Januari 2020 pedagang yang sudah direlokasi akan segera menempati pasar dengan total 60 persen dari 400 kios sudah laku terjual.
Kala itu, kontraktor pasar Cinde mengklaim progres pasar sudah mencapai 32 persen dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang siap untuk penyelesaian bangunan. Namun pandemik COVID-19 menjadi kambing hitam dalam pengerjaan yang sempat terhenti tiga bulan sebelum akhirnya benar-benar mangkrak.