Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Petani Kopi Sumsel Beralih Tanam Sayur karena Gagal Panen

Tanaman kopi di sentra produksi kopi Pagar Alam (IDN Times/Rangga Erfizal)

Palembang, IDN Times - Peralihan musim hujan menuju kemarau yang tidak tentu membuat petani kopi di Sumatra Selatan (Sumsel) pasrah. Hujan yang terus mengguyur sejumlah wilayah penghasil kopi di Sumsel memicu gagal panen.

Kondisi gagal panen itu membuat petani mengalami penurunan produksi hingga 70 persen. Jika sebelumnya petani kopi bisa menghasilkan 1 ton kopi jenis robusta, maka akibat kegagalan panen hanya mendapatkan 300 kilogram.

"Sekarang seharusnya musim kemarau namun hujan deras masih sering kali terjadi. Kondisi ini membuat tanaman kopi rentan busuk karena kondisi lembab," ungkap Joni Efendi (34), petani di Semende Darat Ulu, Sumsel, Jumat (22/7/2022).

1. Petani tak lagi beri pupuk tanamannya

Tanaman kopi di sentra produksi kopi Pagar Alam (IDN Times/Rangga Erfizal)

Kondisi hujan yang terus turun hingga pertengahan Juli membuat para petani mulai beralih menanam komoditas lain seperti sayur-sayuran. Joni menilai, kegagalan panen tahun ini merupakan yang pertama dirasakannya sejak 10 tahun terakhir.

"Padahal saat ini harga jual biji kopi sedang bagus hingga Rp22.000 per kilogram untuk jenis petik pelangi (asalan), dibanding harga tahun lalu hanya Rp18.000 per kilogram," ungkap dia.

Kegagalan panen berpengaruh pada kondisi keuangan petani kopi. Mereka terpaksa harus menyetop pembelian pupuk sementara waktu. Padahal Joni sadar pupuk dapat menambah nutrisi tanaman kopi.

"Karena hasil kopi sedikit, saya tidak lagi memupuk sejak dua tahun terakhir," jelas dia.

2. Tanam cabai lebih menguntungkan saat ini

ilustrasi komoditas cabai di pasar tradisional. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Hal senada dirasakan petani kopi di Dempo Utara, Pagar Alam, bernama Anandi (40). Menurutnya sejak kopi mengalami tanda-tanda gagal panen, banyak petani yang beralih menanam komoditas seperti sayur.

Penurunan yang dirasakan Anandi pun drastis dari yang tadinya dapat dipanen sampai 1,3 ton biji kopi, sekarang hanya sekitar 200 kilogram saja.

"Lebih untung menjual cabai. Saat ini harga cabai dihargai Rp40.000 per kilogram," ungkap dia.

3. Petani mulai lepaskan tergantungan kopi

ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

Anandi turut memaksimalkan mata pencariannya tak hanya sebatas cabai, melainkan menanam berbagai sayur-sayuran. Komoditas sayur yang akhirnya diproduksi adalah wortel dan daun bawang. Selama kopi menurun, komoditas sayur inilah yang membuat para petani dapat bertahan.

"Lumayan hasil sayur-sayuran dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari," tutup dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deryardli Tiarhendi
Rangga Erfizal
Deryardli Tiarhendi
EditorDeryardli Tiarhendi
Follow Us