Pernah Tak Cocok dengan Hati Nurani, Zamzami Ahmad : Itu Biasa

Palembang, IDN Times - Bagi pelaku politik dan pemimpin daerah di ranah Sumatera Selatan (Sumsel), nama Zamzami Ahmad bukanlah hal yang asing. Sebaliknya, justru menjadi panutan tokoh-tokoh muda.
Tepat hari Selasa (30/7) ini, Zamzami Ahmad yang pernah menjabat Ketua DPRD Sumsel periode 2004-2009 itu genap berusia 82 tahun. Ada begitu banyak hal yang ingin dibagi Pak Zamzami, begitu dia sapa, kepada masyarakat Sumsel.
Saat ditemui seusai perayaan ulang tahun ke-82 di The Arista Hotel, Selasa (30/7), Zamzami tetap melempar senyum kepada IDN Times dan masih terlihat gagah, meskii pendengaranya sudah berkurang.
"Politik merupakan salah satu cara untuk berbuat baik terhadap sesama manusia dan kemajuan bersama. Sebab, jalan dan tujuan partai itu memang untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Jika kita berpegang pada prinsip itu ya aman," ujarnya mengawali perbincangan.
1. Rasakan karakter tiga Gubernur Sumsel

Keinginan Zamzami berkiprah ke dunia politik bukan hanya sekadar ikut meramaikan. Tapi ia rela memilih pensiun dari Pegawai Negeri Sipil (PNS). Partai politik (Parpol) yang menjadi pilihannya adalah Partai Golkar.
Lewat jalur politik itulah, politisi kelahiran tahun1937 itu bisa menjadi wakil rakyat selama dua periode, hingga menjadi Ketua DPRD Sumsel. Nah, sebagai politikus sejati, setelah menetapkan pensiun dari dunia politik, Zamzami tidak ikut-ikutan lagi berpolitik. "Setelah pensiun, ya benar-benar pensiun. Tidak ikut-ikut politik lagi. Sangat beda saat jadi pejabat, dengan yang sekarang," jelas dia.
Selama 10 tahun menjadi wakil rakyat, begitu banyak yang telah dilaluinya. Termasuk bagaimana berhadapan dengan gubernur pada eranya. "Saya ini menjabat dua periode dan merasakan tiga kali pergantian gubernur. Saya berteman baik dengan semuanya, Rosihan Arsyad, Syahrial Oesman, dan Alex Noerdin. Saya merasakan benar berhubungan dengan para Gubernur Sumsel," tuturnya.
2. Kadang ada perbedaan prinsip antara pribadi dan hati nurani dengan program

Mantan Ketua DPD Partai Golkar Sumsel itu mengatakan, sudah begitu banyak juga dinamika dan pertentangan-pertantangan yang ditemukannya bersama lawan politik, termasuk dengan hati nurani.
"Hal itu biasa dalam politik. Kalau dilihat sekarang, kadang-kadang ada perbedaan prinsip antara pribadi dan hati nurani kita dengan program," ujar dia.
3. Butuh loyalitas dalam berpolitik dan jangan munafik

Terlepas dari itu, jelas Zamzami, hal terpenting dalam politik adalah loyalitas, terutama pada partai yang dinaungi. Dirinya mencontohkan, selama bernaung di partai Golkar, semua yang bisa diberikan, maka serahkan semuanya untuk Partai.
"Jangan lupa loyal sama partai, apa lagi kita berkecimpung di dalamnya. Jangan jadi manusia munafik, kalau tidak senang lalu memilih beroposisi, jangan. Kita harus menjadi manusia yang loyal. Karena saya saat jadi pimpinan partai dulu, selalu mencontohkan sikap itu terhadap partai," jelas dia.
4. Perbedaan pandangan dan pertentangan dalam politik hal biasa

Saat dimintai pendapat tentang kondisi politik sekarang yang begitu banyak kegaduhan, Zamzami menilai, bahwa perbedaan dan perdebatan merupakan hal yang biasa. Sebaliknya, jangan karena perbedaan tersebut malah menjadi pertengkaran dan merusak persatuan Indonesia.
"Harapan saya, jagalah stabilitas politik di Sumsel ini, memang antara satu golongan dan golongan lain pun kerap terjadi perselisihan. Tidak hanya di Palembang dan Sumsel, di daerah lain juga sama terjadi konflik politik, yang penting kita ini tetap Negara Kesatuan Republik Indonesia," tandasnya.